Part 43 : Bimbang

1.3K 77 1
                                    

"Ingin sekali menahan yang pergi. Namun sebuah kenyataan mengingatkan. Kamu bukanlah siapa siapa untuknya"

Happy reading

Ara melempar ponselnya ke sembarang arah. Bibirnya ia tekuk tanda kekesalan sedang merasuki jiwanya. Walaupun kesal, nyatanya ia akan langsung cepat merespon jika ada notif di ponselnya.

Namun lagi lagi harapannya hancur, sang pengirim notif bukanlah orang yang sedang ia nantikan.

"Ga peka banget sih! Udah bikin badmood, malah gaada usaha buat ngehubungin," Gerutu Ara ketika layar ponselnya tidak ada notif apapun.

"Awas aja kalau nelfon. Gaakan diangkat! "

Ara menghempaskan tubuhnya pada ranjang ternyamannya. Ia tak habis pikir pada Reynand. Bisa bisanya ia tenang, setelah membuat dirinya uring uringan.

Baru sedetik mata Ara terpejam. Sebuah deringan ponselnya membuat Ara tergugah.

Dalam satu jangkauan, Ara sudah berhasil mengambil telfon itu. Dan benar saja, matanya langsung berbinar ketika nama Reynand tertampang nyata.

Namun ketika ibu jarinya hendak menyentuh icon hijau. Ia tiba tiba ingat akan ucapannya tadi.

"Gantian kamu yang uring uringan Rey!"

Ponsel miliknya sudah ia jauhkan. Namun deringan itu bukannya berhenti malah semakin keras. Mata Ara tak pernah lepas dari benda pipih itu.

Ara meraih ponselnya, ketika deringan itu berhenti.

"Awas aja kalau ga nelfon lagi!"

Satu detik

Dua detik

Tiga puluh detik

Tak ada tanda tanda ponsel itu berbunyi lagi. Ara mencebikan bibirnya, lalu melempar ponselnya, lagi.

"Gaada usaha banget buat nelfon sih!" Ara memaki orang yang ia harapkan.

"Awas aja kalau--"

Ponsel Ara kembali berdering. Matanya sempat berbinar beberapa detik, sebelum mengetahui siapa yang menelfonnya.

"Halo Ra? "

"Apa! " Maki Ara.

"Eitss santai dong, lagi PMS ya mbaknya?" Ara memutar bola matanya.

"Lagi ga mau basa basi. Cepet ngomong ada urusan apa Na,"

"Okey okey, lo lagi dimana sekarang? "

Ara terdiam sejenak.

"Rumah,"

"Gue sama Kezia lagi jalan nih," Ara mengerutkan keningnya.

"Terus? "

"Lo gaada niatan buat ikutan gabung gitu? Ga seru tau Ra cuma jalan berdua, biasanya kan ada lo,"

Ara menghembuskan napasnya.

"Gue lagi badmood. Gue harap lo berdua bisa balikin mood gue, okeyy,"

Ara melangkahkan kakinya memasuki sebuah mall ternama di kota Bandung. Ia mengetikan sesuatu pada layar ponselnya, hingga tak berselang lama sebuah balasan ia terima.

"Ra! "

Ara menoleh. Suara Kezia memanggilnya diujung sana.

"Gercep juga lo, biasanya ngaret,"

𝐑 𝐄 𝐘 𝐕 𝐀 𝐑 𝐀 | END Where stories live. Discover now