Part 9 : Permintaan

1.5K 108 0
                                    

"Bagaimana perasaan itu tak tumbuh? Jika yang aku lihat adalah dirimu disetiap waktuku."

-Avara Callista-

Langit pagi ini sedang tersenyum cerah. Secerah harapan yang tersusun berharap jadi nyata. Murid murid lain sedang asik dengan dunianya masing masing. Namun, lihatlah Ara sekarang, duduk sendirian di kelas tanpa ada yang mengajaknya berbicara. Entah kemana perginya dua sahabatnya itu, bahkan sampai detik ini belum terlihat batang hidungnya.

Lagi dan lagi. Ia merasa terasingkan. Ia menyembunyikan wajahnya diantara kedua lipatan tangannya. Mencoba tidak peduli terhadap kesendiriannya.

"DOR! " Teriak Navisha mengagetkan Ara.

"Gila ya Lo! Untung gaada riwayat penyakit jantung gue," Kata Ara menetralkan kekagetannya.

Navisha terkekeh, "Sorry Ra. Habisnya masih pagi udah gaada semangatnya gitu. Harusnya lo contoh gue dong, masih pagi udah nebar senyuman ke semua orang," Kata Navisha dengan bangganya.

Ara memutar bola matanya, "Menebar kekagetan yang ada, "

Fisika adalah satu pelajaran yang membuat Ara banyak mengucapkan istigfar pagi ini. Dari sekian banyak pelajaran, mengapa fisika yang harus Ara hadapi dihari pertama pembelajarannya.

"Baik anak anak, pelajaran fisika kali ini dicukupkan sampai sini. Sampai bertemu di hari selanjutnya, " Ucap Bu Rani mengakhiri pelajaran. Dan tak lupa, sebuah pekerjaan rumah yang pasti melelahkan sudah tertera di papan tulis depan kelas.

"Baik bu," Ucap kelas Ara bersamaan.

Namun, pandangan Bu Rani tiba tiba mengarah pada Ara.

"Dan untuk Avara. Sepulang sekolah nanti bisa menghadap ke ruangan ibu? Ada beberapa hal yang harus ibu sampaikan sama kamu, "

Ara yang semula melamun langsung tersentak, "Baik bu, bisa, "

Bu Rani mengangguk. Lalu pergi meninggalkan ruangan kelas 11 Mipa 2.

"Ada apa ya Bu Rani manggil gue?" Tanya Ara pada Navisha.

Navisha menoleh, "Lo ngerasa ngelakuin kesalahan ga? "

Ara berpikir sejenak, "Kayaknya engga deh. Ketemu sama Bu Rani aja jarang, "

Navisha mengangguk mengerti, "Yaudahlah ya, kalau lo ga ngerasa ngelakuin kesalahan, ya santai aja. Pasti Bu Rani punya alesan tersendiri kenapa manggil lo, "

Ara tersenyum, lalu mengangguk.

Dengan langkah gontai, Ara berjalan menuju meja Bu Rani di ruang guru. Selain Bu Rani adalah guru fisika Ara. Bu Rani juga merangkap sebagai wali kelas Ara. Semoga aja, tidak ada hal yang menghawatirkan.

"Permisi bu," Ucap Ara pada bu Rani yang sedang sibuk dengan laptopnya.

Bu Rani menoleh, "Ehh Avara. Duduk sini,"

Ara mendudukan tubuhnya di kursi kosong sebelah Bu Rani. Ia menatap Bu Rani yang tampak sibuk dengan kertas kertas ulangan.

"Ada apa ya bu memanggil saya? " Tanya Ara sesopan mungkin.

Bu Rani tersenyum tipis, "Jadi gini Ra. Minggu lalu, kamu ikut ulangan fisika kan? " Ara mengangguk.

"Nah, ibu lihat hasil ulangan kamu itu, termasuk tiga terendah dalam satu kelas, Ra," Bu Rani menyodorkan hasil ulangan fisika milik Ara.

𝐑 𝐄 𝐘 𝐕 𝐀 𝐑 𝐀 | END Where stories live. Discover now