Part 26 : Varo

1.1K 75 1
                                    

"Jangan terlalu memaksakan diri untuk terlihat kuat. Karena bertahan diantara ketidakpastian adalah sebuah kebodohan"

Happy reading

Taman belakang sekolah memang menjadi tempat favorit murid murid disini. Tak terkecuali Ara. Ia sedang duduk sendiri di salah satu kursi, mata yang fokus terhadap novelnya dan telinga yang disumpali earphone membuatnya tak peduli akan kesendiriannya.

Halaman demi halaman telah ia baca, hingga tak sadar seorang lelaki sedang memperhatikannya dari jauh. Lelaki tersebut pun memberanikan diri untuk mendekat ke arah Ara.

"Sendirian aja? " Kata lelaki itu ketika duduk disamping Ara. Sedangkan yang ditanya pun tak menanggapi ucapan lelaki itu.

"Hello!" Lelaki itu melambaikan tangan ke arah Ara, namun lagi lagi Ara tak menanggapinya.

"Hei!" Lelaki itu pun tak sabaran, akhirnya ia menepuk pundak Ara.

"Eh!" Ara kelabakan, ia melepas earphone sekali tarikan, dan langsung menutup novelnya.

Lelaki itu tersenyum melihat tingkah Ara berusan. Tak lama ia menjulurkan tangan ke arah Ara.

"Varo," Ara menatap tangan lelaki itu dan menaikkan sebelah alisnya.

"Gue Varo, nama lo? " Tanya lelaki itu, dan akhirnya Ara pun tersadar.

"Gue Ara," Kata Ara seraya tersenyum,ia masih menatap tangan Varo, belum ada niatan untuk menyentuh tangan itu.

"Ga mau jabat tangan gue? Tenang aja bersih dari virus kok," Varo menjulurkan lagi tangannya, dan mau tak mau Ara menjabat tangan lelaki itu.

"Lo ngapain disini? " Ara bertanya.

"Mau duduk aja bentar, abis latihan futsal tadi," Jawabnya. Memang saat ini Varo mengenakan jersey futsalnya yang masih terlihat basah akan keringat, namun tak menghilangkan ketampanannya, ehh! Ingat Reynand Ra!

"Ohh," Kata Ara acuh.

"Lo sendiri ga risih diliatin sama orang orang? " Kata Varo melihat ke acuhan Ara. Ara sendiri mengerti maksud ucapan Varo, yang secara tak langsung mengatakan 'ga malu duduk sendirian? liat noh yang lain mah gandengan' mungkin seperti itu kasarnya.

"Biarin aja lah, mereka kan punya mata," Ucap Ara acuh, ia pun mulai membaca novelnya lagi untuk menghilangkan badmood-nya.

"Lo masih sendiri? " Varo lagi lagi bertanya. Apa dia ingin membangungkan singa yang sedang kelaparan?

"Kan ada lo, jadi berdua lah," Jawab Ara cuek. Bukannya dia tak senang akan kehadiran Varo, namun mood nya benar benar tak ingin diganggu saat ini.

"Huft! Maksud gue itu, lo single atau udah punya gandengan? " Jawab Varo to the point. Gadis yang menarik perhatiannya ini ternyata tak suka basa basi.

Ara memutar bola matanya, lalu menoleh ke arah kiri.

"Sold out. You know? "

Jam sudah menunjukkan waktu 16.45 WITA. Reynand baru keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya saja. Setelah tadi menghabiskan hari terakhirnya bersama Alesha. Tak terlalu banyak obrolan yang berarti, karena rasa canggung yang masih menghinggapi, namun ia senang bisa bersama Aleshanya lagi.

Reynand membuka kopernya lalu mengambil pakaian yang akan ia gunakan, namun tatapannya tiba tiba terpaku pada sebuah benda yang dibungkus oleh plastik.

Setelah menggunakan pakaiannya, Reynand membuka benda yang kini ada digenggamannya. Ia ingat siapa yang memberinya benda ini. Ara, kekasihnya yang seharian ini ia lupakan karena terlalu asyik bersama cinta masa lalunya.

Reynand menggelengkan kepalanya, lalu membuka plastik kemasan benda itu.

Matanya terpaku. Ia melihat sebuah buku yang berjudul 'Cara menjadi pacar yang baik', entah kenapa hati kecilnya seaakan tercubit oleh buku pemberian Ara ini.

"Aku bener bener cinta sama kamu Ra. Tapi disatu sisi aku juga mencintai Alesha. Seseorang yang aku cari sekian lama, dan setelah pertemuan kita beberapa waktu yang lalu, ternyata rasa cinta itu masih tumbuh Ra. Aku harus apa? " Lirih Reynand seraya mengusap buku pemberian Ara. Namun nyatanya, ia takkan bisa menjadi pacar yang baik untuk Ara seperti judul buku itu.

"Ini buat kamu Ra," Reynand menyodorkan sebuah paper bag untuk Ara sebagai oleh oleh untuknya. Ya! Reynand sudah kembali bersekolah setelah tiga hari ia mendapatkan cuti dari sekolah, dan baru saat ini ia bisa bertemu dengan Ara.

"Padahal aku ga minta loh Rey. Ya udah karena kamu udah repot repot bawain, aku terima dengan senang hati deh," Ara menerima paper bag itu dan tersenyum ke arah Reynand.

Reynand yang melihat tingkah Ara pun tersenyum miris. Ia sudah meragukan ketulusan cinta seorang Ara yang ceria seperti ini.

"Kamu kenapa Rey?" Reynand menjawab dengan gelengan kepala seraya tersenyum.

"Aku kangen kamu," Ara tak kuasa menahan senyumannya, bahkan dirinya sudah salah tingkah saat ini.

"Lama ga ketemu makin lucu aja ya kamu," Ara tertawa mendengar ucapan Reynand tadi.

"Dari pertama aku ngedip di dunia ini. Aku itu udah lucu loh Rey!" Kata Ara dengan percaya dirinya.

"Emang siapa orang pertama yang kamu kedipin sih? " Tanya Reynand mulai terbawa ke absurd-an Ara.

"Dokternya mungkin, hahaha," Mereka berdua pun tertawa bersama setelah sekian lama tak jumpa.

"Dari lahir udah genit ternyata," Kata Reynand setelah tawanya selesai. Ia tak menyadari, bahwa kehangatan seperti ini hanya ia dapatkan bersama Ara.

"Aku ke toilet bentar ya Rey, nitip ini ya," Ara pergi dengan menitipkan tas sekolahnya pada Reynand. Namun saat Reynand hendak meraih tas tersebut, suatu barang terjatuh dari dalamnya

"Kok ada foundation, perasaan Ara ga pernah pake make up," 

To be Continue

✍️ Revisi : 11 Juli 2020

𝐑 𝐄 𝐘 𝐕 𝐀 𝐑 𝐀 | END Where stories live. Discover now