27. Di fitnah

4.2K 210 7
                                    

Kirana melangkahkan kaki memasuki area kampus. Semua mata menatapnya dan berbisik-bisik. Bingung yang ia rasakan saat ini.

"Nggak nyangka gue."

"Iya gue juga."

Suara bisik-bisik itu begitu terdengar jelas di telinga kirana. Apa maksud dari ucapan dan tatapan mereka semua.

"Eh itu tu orangnya. "

"Oh itu."

Kirana melewatinya sekumpulan orang tersebut. Rasa aneh melanda di hatinya. Berpura-pura tak mendengar bisikan dari semua orang adalah yang kirana lakukan sekarang.

"Berhijab tapi Munafik."

Kakinya berhenti melangkah saat mendengar kalimat itu. Ia membalikkan badannya dan menatap orang yang berbicara itu.

"Maaf, maksud kamu apa ya?" tanya Kirana.

"Ups, ada yang tersinggung ni?" tanya Della.

Kirana menghela nafas berat. "Aku ulang  pertanyaan aku lagi. Maksud kamu bicara gitu tu apa?!"

"Ya gue enggak nyangka aja. Cewek sealim lo bisa ngelakuin itu." ucapnya.

"Ngelakuin apa?"

"Jangan sok-sok enggak tahu deh."

"Ya emang aku enggak tahu. Makanya aku nanya sama kamu." ucap Kirana sedikit emosi.

"Eh, kirana. Denger ya, berita lo udah nyebar di seluruh kampus" Jawab temannya Adel.

"Berita, berita apa?" tanya kirana bingung.

"Hamil di luar Nikah."

Kirana membalikkan badannya saat mendengar suara itu. Di sana ada Alda. Wanita itu tersenyum sinis kearah kirana. Apa maksud dari perkataan Alda. Kenapa dia bilang kirana Hamil di luar nikah.

"Kirana, kirana. Bangkai yang kamu tutupi selama ini akhirnya tercium juga."

Kirana diam tak menjawab. Sedangkan Alda, ia mendekat kearah kirana.

"Ini," ucapnya menyentuh jilbab kirana.

"Percuma pakai hijab panjang tapi kelakuannya ... "

"Wanita berhijab yang munafik."

"ALDA!!"

Alda tercekat saat mendengar suara itu. Itu suara Dimas. Dimas mendekar kearah Alda dan kirana berdiri diiringi dengan Nayla yang berjalan di belakang Dimas.

"Kamu kenapa bilang kayak gitu sama Kirana. Itu fitnah. Jangan sembarang ngomong." ucap Dimas.

"Dimas, buka mata kamu. Ni lihat, perutnya aja udah buncit." Ucap Alda memegang perut Kirana.

"Ya terus kenapa. Ada masalah sama kamu. Ganggu kamu, enggak kan." ucap Dimas.

"Ya tapi dia udah buat nama kampus kita tercemar loh dengan tingkah dia."

"Kamu tu enggak tahu yang sebenernya. Kalau kamu sembarangan ngomong atau menjelekkan orang. Nanti kamu bakal kena tindak pidana atas kasus pencemaran nama baik. Bisa 23tahun penjara kamu." Ucap Nayla.

Alda bergedik geri saat mendengarkan kalimat yang keluar dari mulut Nayla.

"Udah sana pergi. Jangan ganggu Kirana." ucap Dimas.

Dirinya begitu kesal saat Dimas membela kirana. Selalu saja begini. Alda pergi dengan menghentakan kaki serta mencibir kirana.

"Makasih ya Dim, Nay, kalian udah bantuin aku."

"Oh iya enggak masalah." ucap mereka.

"Oh ya Nay, aku enggak tahu deh kalau kamu bisa juga di hukum." puji kirana.

"Oh itu. Biasalah."

"Belajar dari mana?" tanya Dimas.

"Nebak aja sih tadi. Buat nakut-nakutin si Alda." Ucap Nayla memamerkan deretan gigi putihnya.

"Ye, kirain tahu bener." Ucap Dimas.

"Hehe."
Kirana melihat kertas yang ada di tangan Nayla dan Dimas.

"Itu kertas apa?" tanya Kirana.

Nayla dan Dimas menjadi gerogi saat kirana bertanya. Mereka tak ingin melihat kirana kecewa dan bersedih ketika membaca apa yang tertera di dalam kertas itu.

"Oh ini ..."

"Ini ..."

"Ck, lama deh. Mana liat."

Kirana merebut kertas itu dengan cepat dari tangan Nayla. "Apaan sih."

Matanya membulat saat melihat isi kertas itu, sungguh menyakitkan membacanya. Ia membuka lembar demi lembar kertas yang ia rebut tadi. Hatinya sesak, bibirnya bergetar. Semua yang tertulis di dalam kertas itu adalah sebuah hinaan tentang dirinya. Ia mengelus perutnya yang telah membuncit. Kasihan calon bayinya. Mereka hadir karena hubungan yang halal tapi mereka juga terkena hinaan sebagai anak-anak dari hasil hubungan yang haram.

"Ki," panggil Nayla.

"Ha, iya kenapa?" Ucap Kirana menghapus air matanya.

"Are you okay?" tanya Nayla.

"Yes, I am Oke."

                               ***

"Ingat, kalian harus lebih fokus. Semester akhir tinggal sebentar lagi."

"Baik bu."

"Kirana."

"Ya buk?"

"Habis saya keluar kelas ini, kamu ke gedung Rektor ya."

"Ba ... Baik bu."

Kirana menghela nafas dengan lesu. Ada apa ini. Itu yang ada di fikirannya. Jujur saja, hari ini dia sangat kurang vit karena kejadian tadi pagi. Di dalam kelas pun dia masih di jelek-jelekan.

"Kirana mau kemana?" tanga Nayla saat mau menuju kekelas Kirana.

"Mau ke gedung Rektor."

"Mau ngapain?" tanya Nayla.

"Mau kesana aja."

"Aku ikut."

"Enggak usah. "

"Ikut." ucap Nayla memaksa.

"Eh mau kemana?" tanya Dimas yang baru keluar dari kelas.

"Mau ke ruang Rektor. "

"NAYLA , nggak usah ikut. Sama aku aja disini." ucap Dimas.

"Loh kenapa. Kitakan temennya kirana. Kalau ada apa-apa di jalan gimana?"

"Kirana lagi ada urusan. Kamu ikut aku. Ada yang mau aku omongin sama kamu."

Dimas menggalungkan satu tangannya di leher Nayla sedangkan tangan satunya lagi mengisyaratkan kirana untuk pergi.

"Denger aku Nay, kita harus cari tahu siapa yang buat berita ini. Kasihan Kirana jadi bahan bullyan." bisik Dimas.

Nayla melepaskan rangkulan tangan Dimas.

"Kamu mau kita jadi detektif?" tanya Nayla.

"Ya, bis di bilang begitulah."

Nayla tersenyum saat mendengar jawaban dari Dimas.

"Oke, lat's go."

________________________________________

Bersambung ...

Wah, ada detektif.
Kirana gimana ya, bakal di DO enggak ya dari kampus.

Coment and vote.

Ceritaku jaka sembung nggak ya?

Jazakumullah ya Khair 🙏

H.A.L.A.LOnde histórias criam vida. Descubra agora