40. Dipertemukan

946 72 13
                                    

Lantunan murotal terdengar dengan sangat merdu. Kirana mengelus perutnya untuk memberikan sentuhan hangat kepada sang buah hati.

Hatinya terasa sedikit lega karena ia sudah tahu siapa dalang yang menyebarkan fitnah itu. Ia sangat berterima kasih kepada Dimas. Walaupun sifat lelaki itu telah berubah. Tapi ia selalu menjaga Kirana sama seperti dulu.

Melepas kebahagian yang ia rasakan. Dirinya sedang menunggu Alif, suaminya itu selalu pulang larut malam. Kirana tidak banyak tanya kenapa dia pulang selalu malam. Bahkan jarang sekali memberikan kabar jika pulang telat.

Seperti kebanyakan para wanita. Hanya ada satu pertanyaan didalam pikiran  mereka ketika pasangan mulai berubah. Apakah ada wanita lain di luar sana?

Pikiran buruk selalu Kirana buang karena ia tidak mau berburuk sangka ke suaminya. Ia masih menunggu Alif, bersama bayi kembarnya dan juga muratal.

Tidak lama dari situ, suara mobil masuk ke pekarangan rumah. Kirana segera berdiri dengan hati-hati menuju ke arah pintu depan.

Ia membuka perlahan pintu itu, disana berdiri suaminya dengan tas belanja yang bdgitu banyak ditangan.

"Assalamualaikum, istriku," sapnya dengan senyuman.

Alif mencium dahi Kirana sebelum masuk membawa tas belanja itu. Bukan senang, Kirana malah merasa aneh. Tidak biasanya Alif membawa barang sebanyak itu.

Ia mengikuti Alif menuju ruang tengah. Tempat dimana Alif berhenti dan merebahkan tas itu diatas sofa mereka. Tidak ingin menyentuh, ia menatap barang itu dengan tatapan aneh.

"Ki, ayo duduk. Lihat aku bawa apa," ucapnya yang perlahan membuka tas-tas itu.

Kirana menurut saja. Ia duduk didekat suaminya. Tapi ia masih tidak ingin menyentuh barang-barang itu.

"Nah lihat. Baju bayi warna pink dan juga biru, buat anak kita nanti,"ucapnya.

Kirana yang tadinya enggan kini mulai bergairah. Ia memegang baju itu, menatapnya dengan tatapan bahagia.

"Suka?" tanya Alif.

Ia mengangguk dengan senangnya. Ia mulai berani melihat isi dari bawaan Alif tadi. Begitu bahagia dan bersemangat karena ternyata Alif sangat perduli kepada dirinya.

"Kamu beli baju sebanyak ini kenapa sendirian? Aku kan juga pengen sekali-kali belanja sama kamu," tanya Kirana.

"Sebenernya baju ini hadiah dari Jessika," jawab Alif.

"Kamu inget Jessika enggak?" Tanya Alif.

Senyum bahagia memudar seketika nama itu disebut. Ia menatap ke arah Alif dengan serius.

"Yang waktu itu dateng ke rumah kan?" Tanyanya.

"Iya. Dia ngasih baju sama perlengkapan bayi ini untuk anak kita nanti. Oh, iya. Lusa, dia mau ketemu sama kamu. Katanya ada yang mau dia ceritakan. Kamu bisa enggak lusa nanti?"

"Mau bicara apa dia?" tanya Kirana sedikit judes.

"Aku enggak tahu. Dia mau minta ketemu aja sama kamu," jawab Alif yang belum menyadari kekesalan Kirana.

Kirana segera meletakkan baju bayi yang dia pegang. Hatinya kecewa karena baju ini bukan Alif yang membelikannya. Apalagi dia tahu kalau Jessika menaruh hati kepada suamninya.

"Aku ngantuk," ucapnya yang kemudian berdiri.

"Ki, tunggu." Henti Alif. "Jadi gimana? Bisa?" Tanya Alif.

"In Syaa Allah. Kamu atur aja. Kayaknya penting," ucapnya yang kemudian berlalu.

Seakan tidak mengetahui perasaan yang dirasakan oleh istrinya. Alif langsung menelpon Jessika dengan senyuman.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 13, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

H.A.L.A.LWhere stories live. Discover now