38. Sidang Skripsi

2.4K 166 36
                                    

(Kapan mau sidang skripsinya?)

"Hari Rabu, Bu. Doian Kirana semoga lancar, ya."

(Iya, Ibu, Bapak, dan semuanya bakalan doain. Tapi jaga juga kesehatan kamu. Inget, jangan kecapean. Kamu kan lagi hamil juga.)

"In syaa allah, Bu. Oh, iya. Awal bulan nanti Kirana bakal lahiran, Bu. Ibu ke Yogja, ya sama Bapak. Kirana dan Mas Alif sudah menyiapkan tiketnya, pinta Kirana.

(Iya, iya. Nanti Ibu dan Bapak datang ke sana.)

"Sudah dulu, ya, Bu. Kirana mau istirahat dulu. Ibu sama Bapak jaga kesehatan juga, ya. Assalamualaikum."

(Wa'alikumsalam.)

Senyuman Ibunya dapat membuat hati Kirana sedikit tenang. Kirana yang berada diluar rumah langsung masuk ke dalam.

Dari jauh ia melihat Alif sedang mengangkat telepon dari seseorang. Ah, pasti teman misteriusnya.

"Mas, udah ngerjain tugasnya?" tegur Kirana.

Alif yang seolah gelagapan langsung menutup ponselnya.

"Ini, loh, sayang, sebentar lagi. Kenapa nanya kayak gitu? Butuh sesuatu?" tanya Alif.

"Enggak. Cuma mau nanya aja. Oh, ya, Mas, lusa aku sidang skripsi. Jangan lupa datang."

"Lusa jam kuliah aku padet banget,Yank. Belum lagi aku harus kerja kelompok. In syaa Allah, ya. Kalau ada waktu lenggang aku bakal dateng."

Kirana menarik nafas begitu mendengar alasan Alif. Ia memasang wajah cemberutnya dan berlalu begitu saja meninggalkan Alif.

***

Hari ini adalah hari dimana Kirana akan mengadakan sidang skripsi. Jantung berdegub kencang karena ini adalah momen penentuannya.

Baru saja ia sampai didepan ruangan yang digunakan untuk sidang. Pandangan mata dan cuitan-cuitan suara terdengar ditelinganya.

Lagi-lagi ia mendengar masalah tentang kehamilannya. Meski masalahnya sudah clear, tapi masih saja ada oknum yang mencibir kehamilan Kirana.

Ia mengacuhkan apa yang matanya lihat dan telinganya dengar. Biarkan saja mereka mengunjing. Yang terpenting adalah, anak-anak yang berada didalam kandungannya ini merupakan anak dari hubungan yang halal.

"Ki, cepet banget datengnya," tegur Nayla. Kali ini dia datang bersama Gilang.

"Iya," jawabnya. "Gilang sendiri kenapa disini? Bukannya kata Alif, kalian lagi padet jam kuliah?" tanya Kirana.

Pria itu menyipitkan matanya karena bingung.

"Jam kuliah kita enggak padet amat, kok. Malahan, Alif dari tadi pagi enggak ada di kelas. Aku kira udah ke sini. Makanya aku ikut sama perempuan ini." Gilang menunjuk Nayla.

Hati Kirana merasa curiga saat Gilang mengatakan itu. Apakah Alif sedang berbohong kepada dirinya.

***

Alif yang baru saja pulang dari urusannya langsung menuju kampus Kirana. Ia berharap jika Kirana belum melakukan sidangnya.

Baru saja ia sampai di parkiran, matanya sudah melihat Kirana, Nayla dan Gilang berjalan bersama.

Dengan cepat ia mencoba bersembunyi didalam mobil. Bisa gawat jika Gilang melihat dirinya baru saja datang. Gilang bisa memberikan banyak pertanyaan kepada dirinya.

Ia membiarkan Kirana berlalu bersama ke dua sahabatnya itu. Tampaknya ia telat untuk menemani Kirana. Ada rasa penasaran ketika melihat wajah sang istri.

Wajah itu tampak begitu lesu. Apakah Kirana tidak lulus?

***

Kirana yang baru saja pulang langsung membaringkan tubuhnya. Harusnya ia senang karena bulan depan ia akan wisuda. Tapi hatinya gelisah memikirkan Alif. Otaknya bertanya-tanya kemana suaminya pergi.

Cklek!

Pintu itu terbuka. Lelaki yang ia khawatirkan sedari tadi membukanya. Alif berjalan mendekat kearah Kirana dengan senyuman. Namun yang diberikan senyuman tampak acuh.

"Assalamualaikum, sayang. Gimana sidangnya? Lancar?" tanya Alif.

Pria itu duduk disamping Kirana yang tengah berbaring.

"Alhamdulillah lancar. Bulan depan aku wisuda. Beruntungnya ada anak-anak yang selalu menemani aku," ucap Kirana mengelus perutnya.

"Maaf, ya, sayang. Aku tadi enggak sempet nemenin kamu. Kamu tahu kan jadwal kuliah padet banget. Tapi nanti kalau kamu wisudahan aku bakal dateng kok," ucapnya dengan senyuman.

Sebenarnya Kirana malas untuk merespon ucapan itu. Ia hanya membalas dengan senyuman tanpa bertanya kemana Alif pergi.

"Mas Alif mandi aja dulu. Bersih-bersih, badannya bau. Aku enggak suka," ucap Kirana.

Alif mencium bau tubuhnya sendiri untuk mengecek apakah badannya benar-benar bau.

"Enggak usah kayak gitu. Mandi aja sana. Nanti kita gantian," ucap Kirana.

"Enggak mau mandi bareng?" Godanya.

"Mas!"

"Hehehe, iya, iya. Aku mandi."

Alif mendekatkan wajahnya ke perut Kirana. Ia mencium perut Kirana selanjutnya mencium kening Kirana.

Rasa yang Kirana rasakan berbeda. Dulu ada desiran kehangatan ketika dicium Alif. Tapi sekarang, semuanya terasa berbeda.

Selagi menunggu Alif mandi, Kirana memainkan ponselnya. Melihat postingan makanan yang ada di Instagram. Namun, tiba-tiba saja muncul sebuah pesan dari Dimas.

Ia membenarkan posisi duduknya. Setelah sekian lama, Dimas mengechatnya kembali. Segera Kirana beralih akun ke WhatsApp.

Disana Dimas mengeringkan pesan suara. Tidak menunggu lama, Kirana mendownload pesan itu hingga terdengar suara percakapan antara Dimas dan seorang wanita.

Ia mendengarkan suara itu dengan seksama dan menebak suara siapa itu. Namun sebelum ia berhasil menebak, Kirana sudah dikejutkan dengan sebuah pengakuan.

"Alda?!" Tebaknya kemudian.

__________________________________________

Bersambung ...

Assalamualaikum

Hallo, Alhamdulillah hari ini Up pagi-pagi
Semoga masih ada yang berkenan menunggu. Jangan lupa, tinggalkan jejak berupa vote dan komen, ya

Kalau ada yang tahu, terakhir aku Up cerita ini kapan, ya?

Udah lama banget kan?

Maaf-maaf sudah membuat yang penasaran menunggu.

Kali ini kalau banyak yang komen, aku bakal Up segera ya.

See you again dan wassalamu'alaikum

H.A.L.A.LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang