39. Kembali Normal

2.8K 224 52
                                    

Mendapatkan sebuah rekaman suara dan pesan dari Dimas kemarin. Kirana langsung menemui Dimas sendirian disebauh Cafe.

Ia ingin meminta kepastian apakah benar suara yang didengarnya kemarin adalah suara milik Alda.

Ting! Suara lonceng yang terletak di atas pintu cafe menandakan pintu terbuka. Kirana yang berada tak jauh dari pintu menoleh. Disana ia melihat Dimas menolehkan kepala ke arah kiri dan kanan. Hingga akhirnya mata pria itu berhasil melihatnya.

Wajah yang penuh dengan senyuman kini berubah menjadi dingin. Tanpa senyum Dimas mendekat kearah Kirana dan duduk di hadapannya.

"Maaf sudah menunggu lama," ucapnya tanpa melihat Kirana.

"Enggak apa-apa," balas Kirana.

"Oke, langsung aja," ucap Dimas. "Kamu sudah dengar audio yang aku kirimkan kemarin?" tanya Dimas yang dibalas dengan anggukan.

"Kemarin itu ... seperti suara ---"

"Alda." Potong Dimas.

"Jadi kamu selama ini jauhi aku untuk menyelidiki masalah ini?" tanya Kirana.

"Jangan ge'er," jawab Dimas. "Itu cuma sampingan. Aku cuma kasihan sama kamu yang masih saja di tuduh sama anak-anak." Sambungnya.

Kirana menatap Dimas yang sedari tadi menatap dirinya. Suara bel yang ada diatas pintu masuk berbunyi lagi. Dimas melirik kearah sana.

"Itu Alda." Kirana menatap heran.

Ia melihat Dimas melambaikan tangannya. Telinganya mendengar suara langkah kaki yang mendekat.

"Hai, Bebs. Maaf lama tadi aku ... " Kalimatnya berhenti saat Alda melihat wajah Kirana.

"Loh, kok ada dia disini?" tanyanya.

Dimas yang duduk langsung berdiri. Ia memegang kedua pundak Alda dengan senyuman. Menuntun wanita itu agar duduk di hadapan Kirana.

"Duduk dulu, Bebs. Santai, katanya kalau kamu ada waktu, kamu pengen ngeluarin unek-unek kamu sama Kirana. Ya jadi aku atur waktu supaya kamu bisa bicara sama dia," ucap Dimas.

"Kamu ngejebak aku?" tanya Alda.

"Astaga, Bebs. Aku ini pacar kamu. Masa ia ngejabak pacar sendiri," jawab Dimas.

"Iya pacar. Tapi kamu kan pernah suka sama Kirana dan kamu bekas temannya!" Alda sedikit emosi karena merasa dirinya telah dibohongi.

"Nyesel aku datang ke sini." Rutuk Alda.

Dimas muak melihat perlakuan Alda. Jujur saja ia terpaksa menerima Alda karena ingin membuka hati ke perempuan lain. Tapi hatinya masih belum bisa melupakan Kirana.

"Udah protesnya?" tanya Dimas.

Alda diam tak menyahut. Ia merasa dibohongi oleh pacarnya sendiri. Tidak disahut oleh Alda, Dimas menatap Kirana.

"Kirana, sekarang kalau kamu mau bicara sama pacarku, silahkan. Dia orangnya super sibuk  dan jarang ada waktu luang untuk membahas masalah sepenting ini."  Dimas mengatakannya dengan penuh penekanan dan sindiran.

Kirana menarik napas sebagai ancang-ancang. Ia meraih ponsel, mencari audio kiriman dari Dimas kemarin. Tanpa berkata-kata, ia memutarkan audio itu.

"Cerita aja kalau kamu tahu. Inget, kamu sendiri yang bilang, rahasia aku, rahasia kamu juga."

Alda menatap ponsel milik Kirana. Ia mengenali suara itu. Itu suara Dimas yang waktu itu menanyakan tentang rahasia yang ia miliki.

"Apa-apaan ini?!" tanyanya sedikit emosi.

H.A.L.A.LWhere stories live. Discover now