-20 : Mimpi Pangeran-

2K 238 90
                                    

01 Desember 2003.

00.01

"Selamat ulang tahun untuk anak ayah yang paaaling cantik sedunia semoga selalu bahagia ya nak." Ardan yang merupakan ayah kandung dari Arsyi Syazalia menyodorkan kue tart berukuran small pada Arsyi serta memberikan kecupan manis di pucuk kepala anak semata wayangnya ini.

"Ayah!"

Gadis yang baru genap berusia 4 tahun itu menyingkap selimutnya mengabaikan rasa kantuk yang ada dan langsung berhambur kepelukan pria yang dia sayanginya seumur hidup.

"Makasih Ayah, Arsyi pikir ayah sudah lupa hari ini hari apa!" ucapnya yang menarik diri dan mengalungkan lengan mungilnya di leher sang Ayah.

Ardan tersenyum. "Makanya, jangan dikit-dikit ngambek, ayah nggak akan lupain hari istimewa ini, nak."

Arsyi kecil hanya menampilkan deretan giginya yang bolong ditengah. Benar, dirinya sempat ngambek karena dipikir ayah tidak mengingat ulang tahunnya karena sibuk bekerja.

"Kadonya mana?" tanya Arsyi polos setelah menyuapkan kue tart pada sang Ayah.

Ardan menoel hidung putrinya. "Kado terus yang dipikirin, dasar!" gerutu Ardan karena tagihan kado sudah terngiang di telinganya sejak dua bulan yang lalu. Anaknya itu benar-benar!

Sekali lagi Arsyi hanya menyengir tanpa dosa khas anak kecil.

Lalu Ardan menyerahkan kotak kado berukuran sedang kepada Arsyi.

"Waahh." Gadis itu langsung semringah kegirangan. Lantas Arsyi langsung menyobek asal bungkus kado itu.

"Iiiih lucu bangeeeeet!" pekik Arsyi begitu senang sambil memeluk boneka twingky-wingky yang kini sudah lengkap koleksi boneka teletubisnya, ada twingky-twingky, depsi, lala dan Po~.

"Gimana, suka nggak?"

Arsyi mengangguk mantap. "Banget!"

"Makasih, Ayah," lanjutnya dan--

Chu~

--mencium pipi sang Ayah.

Ardan lantas tersenyum melihat anaknya yang kepalang senang ini.

"Oiya ada satu lagi, nih." Ardan mengambil sekotak kado berukuran lebih kecil dari tas kerjanya lalu menyodorkannya pada Arsyi.

"Waaah ayah ngasih dua?" tanya Arsyi yang nampak semakin terkejut seraya menerima kado itu.

Ardan tersenyum getir. "Itu dari ibu, nak."

Seketika wajah Arsyi yang tadinya semringah berubah menjadi redup dan air muka yang terlihat tidak suka.

Lantas tanpa aba-aba Arsyi langsung melempar kado itu ke lantai.

"Arsyi gak perlu kado dari ibu!" pekiknya yang langsung emosional itu.

Ardan memegang kedua pundak sempit itu dan berusaha memberikan pengertian kepada sang anak. "Kamu nggak boleh begitu, nak, bagaimana pun dia tetep ibunya Arsyi. Arsyi itu anak ayah sama ibu. Kamu gak boleh gitu sama ibu kamu."

"Eggak! Arsyi benci ibu! Ibu itu jahat!"

"Ibu nggak jahat, nak."

"Tapi ibu ninggalin Arsyi. Pokoknya ibu itu jahat! Arsyi benci ibu!"

Arsyi mengamuk tak ter-elakkan. Selalu saja seperti ini--dia yang menjadi emosional ketika mendengar kata ibu. Sepertinya ditinggalkan oleh sang ibu terlalu membuat luka yang dalam di hatinya. Jelas saja, anak mana yang bahagia jika ibu kandungnya meninggalkannya di saat melihat teman TKnya tengah asyik-asyiknya di manja dengan ibu mereka?

S W E E T G U A R DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang