-47 : Prioritas-

1.7K 279 253
                                    

Halooo🌷🌷
Gimana lebarannya? Abis brp ketupat? Thr aman?😂 aku tungguin kok gk ada yg kirim thr seh, gitu kalean ya sama aku😌 ahahaha berjanda gaes✌🏻 tp gk itu yg pnting kok, yg penting kita masih bisa merayakan hari besar Islam, walaupun beda sm thun sblumnya, gk sebebas yg kemaren. Tp masih ttp seru kan? Msh asyik? Alhamdulillah.. Semoga dpt berkah semuanya.

Maaf telat update, kalian pasti mengerti lah ya, abis lebaran aku nggk bisa ngedit sblm publish. Iya, jd cerita ini sdh aku tulis bhkn udh ending di draft, tp seblm publish aku selalu cek, kalo aja ada typo atau ada kalimat yg hrus di potong atau di tambahin spy makin jelas, mudh di mengerti, dn enak di baca. Aku tipe orang yg hrus punya bnyk stok kapter buat persediaan, krn aku nulis gk mesti selese dlm 1,2, atau 3 hari atau bhkn lebih dr itu, ya kecuali otak lagi encer bisa sehari. Sementara wktu terus berjln buat jdwl update selanjutnya.

Di kapter ini akan menjawab kapter yg smlm, jd apakah dugaan kalian yg kmrn meleset? Dan buat yg nunggu Arsyi dn Jungkook baikan, aku mohon bersabar ya😂😂 iya mrk bkl baikan kok tenang aja (bhkn lebih dari itu), tp hrp jgn bosen nunggu ya, gk bakal lama lagi kok mrk bkl baikan :') tp itu artinya cerita ini juga selesai :'''))) buat yg sdh setia sm cerita ini hingga di bbrp part akhir aku bilang makasiih banyak buat kalian💕💕💕💕

Oke, kynya ini kepanjangan, langsung aja silahkan membaca..

_____

"Lo serius, Jung?" tanya Taehyung, menatap serius Jungkook yang duduk di meja yang dulunya di gunakan untuk belajar dan kini menjadi meja kerja, yang ada di kamarnya.

Taehyung langsung meluncur ke rumah Jungkook begitu sahabatnya itu mengirimkan pesan singkat di grup mereka bertiga yang membuat Jimin dan Taehyung memborbardir pertanyaan. Namun sayangnya hanya Taehyung yang bisa kesini karena Jimin sudah berada di Malang 3 hari yang lalu.

Rasanya tidak bisa jika hanya mendengarkan alasan lewat media sosial saja, Taehyung harus menanyakannya langsung ke Jungkook.

"Gue serius, gue udah mikirin ini beberapa hari belakangan, dan keputusan gue udah bulat," jawab Jungkook yakin. Keraguan yang sempat terlintas sudah ia lenyapkan dengan bermodalkan sebuah harapan yang kuat.

"Sumpah demi kegantengan gue lo jangan main-main sama hal ini, ini tentang masa depan dan cita-cita almarhum ayah lo, lo jangan asal ambil keputusan aja. Gue tau banget lo pengen jadi guru buat ngewujudin impian bokap lo, Jung." Taehyung mencoba membujuk Jungkook agar tak semudah itu mengambil keputusan yang besar dalam hidupnya.

Jungkook ingin mengundurkan diri mengajar di Al-Azka International school.

Tentu saja Taehyung kaget, begitu juga Jimin yang berada disana.

Jungkook menutup laptopnya yang baru saja selesai mengetik surat untuk pengunduran diri yang akan di serahkannya besok. Di gerakkannya badannya agar berhadapan dengan Taehyung yang tengah duduk di tepi tempat tidurnya.

"Gue gak mau dan gak bisa tenang bekerja di saat ada orang lain yang gak bisa bahagia karena liat gue di posisi sekarang," jelas Jungkook. "Lagi pula jadi guru nggak hanya bisanya di sekolah doang, gue bisa berbagi ilmu di rumah singgah atau panti asuhan yang sering kita kunjungin," lanjutnya.

"Dan orang lain yang lo maksud itu Arsyi, kan?" Taehyung mengangkat satu alisnya.

Jungkook mengangguk yakin. "Iya." ia melanjutkan dengan suara yang merendah, "gue gak mau Arsyi ngebenci dan gak mau nemuin gue gara-gara ini."

Jungkook menghela nafas berat. "Dan setelah gue pertimbangkan, lebih baik gue ngundurin diri." ada raut mendung dan rasa sedih kala membayangkan dirinya harus berpisah dengan anak muridnya yang sudah terlanjur ia sayang, begitu juga sebaliknya. Anak-anak lucu itu sudah mulai akrab dengan guru tampan satu ini. Tapi, mau bagaimana lagi, hanya ini cara terakhir yang ia punya.

Akhirnya Taehyung menerima keputusan akhir dari seorang Jeon Jungkook. Lantas ia pun hanya bisa memberikan semangat dan terus mendukung kemauan sahabatnya itu. "Lo mundur buat maju, Jung," ucapnya seraya menepuk 2 kali bahu Jungkook.

Jungkook menautkan alisnya.

"Lo ngundurin diri jadi guru, buat maju dalam masalah ini. Lo bener-bener nekat, rela ngelepasin apa yang lo punya demi seseorang yang lo perjuangin bener-bener. Gue salut, sumpah. Usaha gak bakal khianatin hasil. Arsyi bakal tau seberapa kerasnya lo berusaha buat dia. Dan setelah dia tau ini, gue yakin, gak ada alasan lagi buat dia mau ngemaafin lo," ucap Taehyung yakin campur bangga.

Jungkook hanya mengaminkan dalam hati apa kata-kata baik dari Taehyung.

"Btw, bunda sama abang-abang lo udah tau?" tanya Taehyung, menumpukan satu kakinya di atas lutut kaki yang satunya.

"Nggak mungkin gue kasih tau lo kalo mereka belum tau."

"Terus tanggapannya?"

"Awalnya Bang Jin nggak setuju, tapi berhubung bunda dan Bang Hoseok menyerahkan semuanya ke gue, dia juga ikut setuju dan mau mengertiin gue."

Taehyung menepuk menepuk-nepuk tengkuk Jungkook. "Terus terang gue kagum sama lo. Selama ini lo gak pernah deket-deket sama cewek, tapi pas gue liat lo sama Arsyi, lo ngetreet dia dengan baik, bahkan berjuang dan pantang menyerah kaya sekarang." sekali lagi, Taehyung bangga dengan Jungkook.

"Besok gue bikinin piala award dengan kategori pejuang cinta buat lo."

"Dari pohon pisang? Secinta itu lo sama pohon pisang."

"Bukan, pohon pisang di belakang rumah gue lagi masa puber, lagi gak boleh di ganggu moodnya naik turun."

Itu pohon pisang apa cewe sih?

"Terus apa? dari bambu kuning?"

"Bukaaan. Itu mah si Jimin. Anj gue jadi kangen sama tuh anak." Taehyung tertawa sumbang.

"Sama. Kira-kira siapa yang manggil dia bogel selain kita ya?"

"Kagak tau dah. Tuh anak pasti lagi meriang disana karena gak dapat bullyan kita."

Yang terlontar dari mulut memang berbeda apa yang di katakan hati mereka. Makna sesungguhnya adalah mereka kangen Jimin. Dan mereka mengakui, Jimin memang ngangenin. Ngangenin untuk di bully. Gak. Ngangenin beneran. Cowo itu memang gak pernah marah kalo di bully. Baik banget anaknya.

"Yaudah kalo gitu gue balik, entar emak gue keburu ngunci jendela, gak bisa masuk rumah deh gue." Taehyung berdiri pamit ke Jungkook.

"Jadi lo masuk rumah lewat jendela?"

"Kadang-kadang."

Oke. Yang satu ini adalah fakta yang baru di ketahui Jungkook. Jungkook kaget. Taehyung memang benar-benar menyimpang.

Taehyung kembali melanjutkan perkataannya sembari berjalan melewati ruang tengah menuju pintu depan bersama Jungkook. "Lewat pintu sih sebenarnya, tapi kalo udah di kunci, kadang lewat jendela. Tapi kalo udah di kunci juga ya terpaksa lewat ventilasi. Ya sedapetnya aja sih, namanya juga hidup, gak selalu bisa enak." kalo yang ini Jungkook tidak kaget lagi, dia hapal sekali, bahwa Taehyung memang kadang suka ngawur dan tidak nyambung.

"Bilangin ke bunda ya, gue balik," kata Taehyung saat di teras rumah Jungkook.

"Siap."

Taehyung menepuk pundak Jungkook satu kali. "Gue nggak nyangka, sesayang ini lo sama Arsyi," ungkapnya.

Jungkook tersenyum miris, lalu membalas, "Gue juga gak tau sampe sebesar ini ternyata perasaan gue buat dia, sampe gue gak tega liat dia nangis, dan kesiksa sendiri pas dia nggak mau nemuin gue." bahkan ia bingung dengan dirinya sendiri.

Sekarang gadis itu sungguh menjadi prioritas Jungkook setelah bundanya.

[]

Gimana? Bnr gk tebakan kalian?😂 kmrn sih ada sebagian yg nebak kaya gini berarti bener, selamat ya.
Ayo kita temenin Jungkook sekali lagi dlm perjuangannya, gk mau tau pokoknya si Arsyi sdh seharusnya buka hati buat maafin Jungkook🤧 kapal ini jgn di biarkan karam terlalu lama😂

Iya tau kok ini pendek bgt, maaf ya hehehe :v✌
Soalnya mau istirahat dulu sejenak dr sedih2 atau tegang2an, jadi kapter ini ringan plus di kasih sedikit lelucon ala kadarnya dr kebobrokan Taehyung. Kesian juga kan kalo Jungkook tekanan batin mulu?😂

Makasihku--selalu, tertuju kepadaNya dan kalian, Dank U🌷

S W E E T G U A R DWhere stories live. Discover now