- 49 : Ini waktunya, dan menitnya-

2.1K 299 437
                                    

Apapun yg ada di kapter ini semoga kalian ttp syg sama Arsyi dan Jungkook..

Semoga enjoy ^^

_____

Demi menjawab rasa penasarannya,
siang ini Arsyi mendatangi sekolah milik Omnya itu.

Untungnya dia bertemu langsung dengan Om Syarief dan tanpa ragu bertanya langsung pada beliau tentang Jungkook.

Dan kepala sekolah itu membenarkan bahwa salah satu guru kesayangannya itu sudah memundurkan diri kurang lebih tiga bulan yang lalu.

Setelah mendapatkan infonya, Arsyi pun meninggalkan sekolahan dengan pikiran kosong dan hati yang kembali dirundung rasa bersalah yang memuncak.

Dadanya kembali nyeri dan sesak. Lantas liquid bening itu bergulir satu persatu dari pelupuk matanya tanpa bisa ia tahan.

Arsyi keluar dari gerbang sekolah, berjalan dengan langkah gontai dan lesu tanpa tujuan kemana ia akan singgah. Tak peduli teriknya matahari yang sedang bertugas menyinari bumi.

Lo sadar? Lo udah ngehancurin mimpi orang lain, Syi...

Perkataan Yoongi datang tanpa di undang dan terngiang memenuhi isi kepalanya.

Dia gak mau gara-gara profesinya itu lo jadi ngejauhin dia..

Bahu Arsyi semakin bergetar. Arsyi tak lagi memikirkan tatapan orang-orang yang menatapnya keheranan ini, menangis sambil berjalan di pinggir jalan.

Yang ia pikirkan hanya satu. Dia harus bertemu dengan Jungkook, meminta maaf sekaligus membujuk kembali agar Jungkook kembali mengajar. Karena Arsyi tau sebesar apa keinginan Jungkook untuk menjadi guru, dia gak mau gara-gara dia Jungkook meninggalkan cita-citanya. Hal itu sangat Arsyi sesali.

Arsyi membenci dirinya, benar-benar membenci dirinya sendiri.

Arsyi tak pernah berpikir bahwa apa yang ia lakukan di beberapa bulan terakhir benar-benar berdampak buruk kepada orang yang telah menjaga dan memperlakukannya dengan sangat baik.

Lalu apakah masih ada kesempatan untuk dia bertemu Jungkook dan meminta maaf? Kalau pun mereka bertemu, apa Jungkook berkenan memaafkannya? Mengingat Arsyi merasa begitu banyak bersalah pada laki-laki bermata teduh itu.

Arsyi mengusap airmata yang membanjiri pipinya. Kepalanya ia dongakkan keatas, Ya Allah, Please, Arsyi mau ketemu sama Jungkook.., batinnya memohon dengan tulus.

Saking berkecamuknya pikirannya, Arsyi tak tau kemana kakinya melangkah, hingga tiba-tiba ia sudah berdiri di depan rumah singgah yang berada di bawah Flyover.

"Holly House"

Begitu tulisan besar yang menancap di sebuah papan yang berdiri tegak di halaman kecil bangunan sederhana itu.

Angin lembut menerpa kulit wajahnya, mengeringkan sisa airmata yang ada, anak rambutnya sedikit berterbangan akibat ulah sang angin. Perlahan, Arsyi mengikuti hatinya, menyeret langkahnya untuk melihat lebih dekat bagaimana keadaan di dalam sana.

Hingga Arsyi berdiri di depan pintu rumah (yang terbuka) yang di temboknya penuh dengan tempelan kanvas putih yang telah di oleskan dari berbagai karya tangan khas anak kecil.

Ada sekitar belasan anak kecil yang berada di dalam sana, ada yang sibuk menggambar, berhitung, bercanda dengan temannya dan asyik bermain sehingga tak menghiraukan seorang pengajar yang berdiri di depan papan tulis itu (yang berdiri memunggungi Arsyi).

"Nah, sekarang coba di hitung, 5 di kali 5 sama dengan?"

"Saya, Kak!"

"Iya kamu, Deden, berapa jawabannya?"

S W E E T G U A R DМесто, где живут истории. Откройте их для себя