Chapter 6

58.4K 1.7K 5
                                    

"Kenapa kamu melakukan semua ini Bri?"

Ini yang brian benci saat bertemu dengan Nara, wanita itu selalu saja menangis dan itu membuat Brian sakit.

Perlahan Brian mendekati Nara lalu membawa Nara ke dalam pelukannya, wanita yang ada di pelukannya saat ini adalah wanita yang sangat berarti bagi Brian, dan tidak ada yang boleh menyakitinya sedikit pun.

"I am sorry, saya menyakiti kamu lagi." Bisik Brian.

Sedangkan Nara semakin menangis, tangan mungilnya terus memukul dada bidang milik Brian. Brian sengaja membiarkan nya agar Nara bisa lebih sedikit tenang.

"A-ku gak mau jadi istri simpanan hiks." Isak Nara.

"Hei, siapa yang mengatakan kamu istri simpanan? Kamu istri sah saya, dan ingat! Saya tidak pernah menganggap kamu istri simpanan atau pelayan, jadi jangan mengatakan hal itu lagi." Tegas Brian.

Nara mengangguk lalu melepaskan pelukannya dari Brian, Nara menatap wajah Brian sedangkan yang di tatap hanya diam tak menyadarinya. Sudah Nara duga bahwa hari ini Brian semakin tampan, dan Nara semakin jatuh cinta pada laki-laki yang tidak bisa di tebak sikap dan sifatnya itu.

"Orang tampan memang selalu ada yang memperhatikan." Sindir Brian membuat pipi Nara merona.

"Percaya diri sekali." Cetus Nara.

"Aku memang tampan sayang." Ujar Brian sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Nara dan membuat Nara semakin merona.

Nara tidak habis pikir dengan perilaku Brian yang bisa berubah semanis ini, mungkin kebanyakan orang akan menganggapnya biasa saja, tapi Nara yang baru mendapatkan perlakuan seperti ini mungkin sangat senang.

"Kata Esme kamu belum memakan makan siang mu, apa itu benar?" Tanya Brian.

Nara mengangguk sambil tersenyum, senyum yang mampu menular pada Brian.

"Makan lah, kasihan bayi yang ada di dalam perut mu." Ujar Brian.

"Aku mual." Lirih Nara.

"Harus kau paksakan, kalau kamu tidak makan bisa-bisa sesuatu terjadi pada bayi mu."

"Tidak bisa, kalau aku paksakan perutku akan sakit."

"Apa kamu menginginkan sesuatu? Bilang saja, aku akan mencarikan nya untuk mu." Tawar Brian.

Nara tampak berpikir, tidak ada yang di inginkan nya saat ini.

"Ah iya aku mau kamu menyuapi aku." Pinta Nara.

"Tidak buruk." Ucap Brian.

Brian keluar dari kamarnya menuju dapur untuk mengambil makan siang yang baru, dia tidak ingin makanan yang tidak sehat untuk istri dan calon bayinya, maka dari itu Brian akan berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk mereka.

Nara tersenyum senang saat melihat Brian memasuki kamarnya, dengan nampan yang berisi makanan lengkap dengan vitamin, buah, dan susu ibu hamil, sungguh Nara ingin menangis, karena mendapat perhatian lebih dari Brian hari ini.

"Kenapa menangis?"

"Aku terharu." Kata Nara.

Brian tersenyum lalu mengusap air mata Nara, dan astagaaaaaaa!!! Nara sangat tidak tahan melihat senyum Brian yang sungguh sangat manis sekali.

"Kenapa kamu senyum Bri? Kamu tau gak senyum kamu itu sangat manis, kalo aku tiba-tiba terserang diabetes gimana coba." Gemas Nara.

"Tidak usah lebay." Kekeh Brian lalu menyuapi Nara dengan telaten, sesekali Brian memergoki Nara yang menahan mual nya.

"Apa sangat mual?" Tanya Brian.

Nara mengangguk, Nara sedih karena setiap makanan yang ia makan akan keluar kembali, dan Nara berpikir kalau dirinya tidak makan, berarti bayi yang ada di dalam kandungannya juga tidak makan, dan itu artinya sama saja Nara menyakiti bayinya sendiri.

"Di coba pelan-pelan supaya tidak mual." Saran Brian.

Nara mencobanya walau masih belum bisa, dan akhirnya Nara bisa memakan sedikit makan siangnya, perjuangan yang tidak sia-sia.

"Setelah minum vitamin kamu harus istirahat, dan saya akan kembali ke kantor." Ujar Brian.

Nara langsung mengubah ekspresi wajahnya yang tadinya sedikit ceria menjadi mendung, jika hanya untuk sebentar lebih baik Brian tidak usah pulang sekalian.

"Kenapa harus kembali ke kantor?" Tanya Nara.

"Saya masih banyak pekerjaan yang belum di selesaikan."

"Isssh, ya udah lah." Ketus Nara.

Nara langsung menidurkan diri lalu menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya, Brian di buat tersenyum melihat tingkah laku istrinya itu.

Perlahan Brian duduk di ranjang yang kosong di samping Nara, lalu mengelus kepala istri uniknya itu.

"Saya akan pulang cepat untuk kamu." Ucap Brian.

"Beneran?!" Seru Nara sambil membuka selimut yang menutupi wajahnya.

"Iya."

"Janji?"

"Iya sayang, saya berangkat kamu jaga diri baik-baik, kalo mau sesuatu tinggal panggil saja Esme." Pesan Brian.

Nara mengangguk dan Brian pergi begitu saja, tanpa adanya ciuman yang di terima oleh Nara, Nara terlalu berharap, lagi pula mungkin Brian buru-buru karena ada sesuatu hal yang penting di kantornya.

***

"Kamu harus membuat Brian hancur sayang." Ucap seorang pria paruh baya itu.

"Tentu saja, pria angkuh itu harus mendapatkan karma atas apa yang dia lakukan padaku dulu." Ujar seorang wanita.

"Bagus hahaha." Pria paruh baya itu tertawa nyaring seperti orang gila.

"Thom." Panggil sang wanita.

"Iya sayang?"

"Aku ingin membeli mobil keluaran terbaru dong." Ucap manja wanita itu.

"Belilah sesuka hatimu sayang, uangku tidak akan habis, hanya karena untuk membeli mobil yang harganya tidak seberapa itu." Ujar enteng pria paruh baya yang bernama Thomas itu.

"Terimakasih." Wanita itu memeluk mesra pria paruh baya yang ada di depannya, lalu pergi begitu saja untuk segera membeli mobil keluaran terbaru yang ia inginkan.

Di lain tempat seorang pria tampan sedang berdiam diri di sebuah kamar milik sahabatnya, sambil meneguk wine kesukaannya, Brian tidak habis pikir dengan Thomas, bisa-bisanya pria tua itu selalu mencampuri urusannya, dan yang lebih parahnya Thomas selalu mengincar Nara untuk alat balas dendamnya.

Brian tidak akan membiarkan itu terjadi, sampai kapanpun tidak ada yang bisa membawa Nara jauh dari jangkauannya, apalagi pergi meninggalkan Brian.

"Ya elah galau mulu lo bos, udah punya istri masih aja galau, gimana gue yang belum punya." Ucap Jack.

"Apa hubungannya istri sama galau anjay." Ucap Brian sambil menoyor kepala Jack.

"Kan yang udah punya istri bisa ena-ena setiap hari, jadi gak galau lagi deeh." Setelah mengucapkan kata-kata itu, Jack langsung tertawa keras.

"Dasar otak ena-ena!" Dengus Brian.

"Alah sok ngatain orang, padahal sendirinya juga otak ena-ena." Sindir Jack.

"Heh! Yang otak ena-ena tuh noh si Marko yang lagi ena-ena sama tunangannya, di ruang tamu rumahnya kan bangsat! Haha." Ujar Brian.

"Beneran Bri?" Tanya Jack tak percaya.

"Iyalah, lo kalah sama Marko yang gerak cepat, dan sampe sekarang di antara kita bertiga cuma lo yang masih jomblo, udah lah gue cabut, istri gue nunggu di rumah." Brian pergi dari mansion Jack untuk menempati janjinya pada Nara, untuk pulang lebih cepat.

***

Hidden Marriage (SELESAI)Where stories live. Discover now