Chapter 34

35.7K 1K 21
                                    

"Kamu yakin ingin bercerai dengan aku?"

Mendengar pertanyaan Brian membuat Nara bingung harus menjawab apa, tekatnya untuk bercerai dengan Brian sudah bulat, tapi di sisi lain Nara masih enggan untuk melepas Brian, karena rasa cinta yang masih tersimpan di dalam hatinya.

"I-iya, aku sudah yakin dengan keputusan yang aku buat," saut Nara pelan.

"Apa aku sudah tidak punya kesempatan lagi?" Tanya Brian lagi.

"Tidak Brian."

"Jika sudah tidak ada cinta lagi untukku, setidaknya pikirkan tentang Leon,"

Nar tertegun mendengar ucapan Brian, apa selama ini Nara tidak memikirkan tentang Leon, yang akan membutuhkan sosok papa dalam hidupnya. Benar-benar Nara dalam kebingungan yang luar biasa.

"Aku tidak bisa terus bersamamu, tapi kamu akan bisa selalu menemui Leon kapanpun kamu mau." Ujar Nara.

"Tapi Leon pasti akan menginginkan keluar yang utuh dan sempurna," ujar Brian tak mau kalah.

"Lalu aku harus seperti apa Brian? Membatalkan perceraian kita? Itu tidak mungkin, karena aku sudah tidak ingin bersamamu. Tolong hargai keputusan aku kali ini."

Brian tidak bisa memaksa Nara lagi, Brian takut jika nanti dirinya akan semakin menyakiti Nara. Mau tidak mau Brian akan menuruti kemauan Nara.

"Baiklah, jika itu sudah menjadi akhir keputusan kamu, besok aku akan segera urus surat cerai kita dan kamu sidah bebas dari pernikahan yang tidak kamu inginkan ini."

Brian tidak melanjutkan pembicaraannya dengan Nara, karena melihat Leon yang terbangun dari tidurnya dan menangis, Brian segera mendekati putra tercintanya itu.

"Kenapa sayang? Tidurnya tidak nyenyak ya? Papa tidak kemana-mana, papa di sini dan akan selalu menemani Leon kapanpun dan di manapun Leon berada."

Brian menggendong, memeluk, membelai, dan mencium Leon dengan sangat sayang. Brian tidak bisa membayangkan jika dirinya jauh dengan Leon.

Nara juga menyaksikan bagaimana Brian sangat-sangat menyayangi Leon, Nara masih akan mengizinkan Brian untuk bertemu dengan Leon setelah mereka bercerai nanti. Hanya saja Nara tidak yakin kalau Leon akan baik-baik saja jika tidak tinggal bersama Brian, bukankah ikatan antara ayah dan anak sangat kuat?

"Nara, kayaknya Leon laper deh." Ujar Brian.

"Biar aku kasih ASI dulu ya Leon nya," ucap Nara.

Nara menggendong Leon dengan perlahan, dan mendudukkan Leon di pangkuannya. Setelahnya Nara mulai menyusui Leon yang terlihat sangat lahap sekali, Nara senang jika melihat Leon yang sudah lebih baik seperti sekarang ini.

"Kamu mau makan tidak?" Tanya Brian pada Nara.

"Iya aku lapar, kamu mau beli makanan?"

"Iya, nanti aku belikan untuk kamu sekalian." Brian pergi dari ruangan itu untuk membeli makanan untuknya dan juga untuk Nara.

Sedangkan Nara masih setia menyusui Leon, menurut Nara menatap wajah Leon sama saja dengan menatap wajah Brian. Sama-sama membuat Nara semakin jatuh cinta, mungkin cintanya pada Leon akan terus abadi, tapi entah dengan cintanya pada Brian.

"Maafin mama yang egois ya sayang, mama cuman gak mau nantinya bukan hanya mama yang merasakan sakit hati. Mama takut kamu akan merasakan apa yang mama rasakan selama ini hidup dengan papa kamu nak." Lirih Nara.

Sedangkan Leon yang belum mengerti ucapan Nara hanya bisa mengedipkan bola matanya saja, dan itu sungguh membuat Nara sangat gemas dengan Leon.

"Sekarang kamu bobo lagi ya, maaf tadi mama dan papa mengganggu tidur nyenyak Leon, mama sayang kamu." Sebelum beranjak dari brankar tempat Leon tidur, Nara terlebih dahulu mencium pipi Leon yang sangat empuk itu.

Nara kembali duduk di sofa yang terdapat di sudut ruangan, dari pada bosan Nara lebih memilih memainkan ponselnya. Tapi ternyata sama saja, sama-sama membosankan.

Akhirnya Nara menunggu Brian sambil melakukan hal yang paling nikmat, yaitu melamun dan mengkhayal.

Tidak lama Nara melamun, akhirnya Brian datang dengan membawa makanan yang sudah tidak sabar untuk Nara makan. Makanan yang di bawa Brian kali ini adalah nasi goreng, dan ini adalah salah satu makanan kesukaan Nara.

"Terimakasih," ucap Nara tulus.

"Sama-sama."

Keduanya makan dengan diam, dan karena mereka juga sedang sama-sama di landa oleh kelaparan karena menjaga Leon sejak semalam.

"Setelah kita bercerai, kamu dan Leon akan tetap tinggal di rumah yang sekarang, dan aku akan mencari apartemen lain untuk tempat tinggal ku." Ujar Brian setelah makannya selesai.

Sedangkan Nara benci jika Brian terus saja membahas tentang perceraian, Nara tidak suka setiap Brian membahasnya, seolah-olah Brian sangat ingin bercerai dengan Nara.

"Tidak bisakah kita membahasnya nanti? Aku masih makan dan kita tidak perlu membicarakan ini lagi, karena aku sudah bosan mendengarnya." Ujar Nara.

"Baiklah."

***

Sore hari ini Nara dan Brian sudah kembali ke rumah, kerena Leon sudah lebih baik dari sebelumnya, malam ini juga Brian akan membereskan sebagian barang-barangnya yang akan ia bawa ke apartemen barunya. Besok Brian akan mengurus surat cerainya dengan Nara, Brian juga tidak bisa terus menundanya lebih lama lagi, karena semakin lama Brian tinggal dengan Nara, itu akan semakin membuat Brian jatuh cinta dengan wanita yang sebentar lagi akan menjadi mantan istrinya.

"Loh kamu mau kemana Bri?" Tanya Nara yang melihat Brian sedang membereskan berkas-berkas pentingnya.

"Pindah ke apartemen baru," ujar Brian.

Nara hanya mengangguk saja, lalu setelahnya Nara pergi ke dapur untuk mengambil susu ibu menyusui. Sekeras apapun Nara mencoba untuk tidak peduli dengan Brian itu tidak akan bisa, karena Nara sudah terlanjur terbiasa dengan Brian.

Setelah meminum susunya, Nara akan kembali ke kamarnya untuk menemani Leon yang sedang tidur. Tapi rasanya Nara tidak baik jika tidak membantu Brian yang sedang repot.

"Boleh aku bantu?" Tanya Nara menawarkan bantuan pada Brian.

"Silahkan."

Nara langsung membantu Brian untuk memisahkan berkas-berkas mana yang penting dan mana yang tidak terlalu penting, sepanjang membereskan berkas-berkas itu Brian sama sekali tidak menoleh ke arahnya.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya Nara.

"Pria mana yang baik-baik saja, ketika ingin bercerai dengan istri yang sangat di cintanya."

Lagi dan lagi perkataan Brian mampu membuat Nara merasa bersalah, Nara rasa dirinya hanya ingin lepas dari Brian agar tidak semakin lama merasakan sakit hati, dan Brian juga dapat menemukan wanita yang selama ini Brian impikan dan yang pasti itu bukan Nara.

"Apa kamu marah atas keputusan yang aku buat?" Tanya Nara 'lagi.

"Apa jika aku marah kamu akan membatalkan keputusan yang sudah kamu buat?" Ujar Brian bertanya balik.

"Jika iya, apa kamu masih mau denganku?" Lirih Nara.

***

Hidden Marriage (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang