Chapter 13

33.5K 1.1K 6
                                    

Selama perjalanan pulang Brian tidak bisa tenang karena Esme sangat sulit untuk dihubungi, tentu saja Brian mengkhawatirkan Nara bukan Esme, tapi Brian harus menghubungi Esme untuk mengetahui keadaan Nara.

Saat baru sampai di depan gerbang rumahnya, Brian merasa aneh karena tidak biasanya orang rumah membiarkan gerbang terus terbuka, setelah memarkirkan mobilnya di garasi, Brian langsung memasuki rumahnya.

Brian membelalakkan matanya saat melihat Esme yang tidak sadarkan diri, dan dalam keadaan tidak baik-baik saja, melihat keadaan Esme yang seperti itu Brian langsung berlari ke arah kamarnya berada, berharap Nara baik-baik saja.

"Naraa!" Seru Brian.

"Nara kamu dimana?!" Teriak Brian berulang kali.

Brian sudah mencari Nara keseluruhan ruangan yang ada di rumahnya, tapi hasilnya nihil Nara tidak ada di manapun, Brian tahu siapa yang melakukan semua ini, dan Brian bersumpah jika terjadi sesuatu pada istri dan calon anaknya, Brian tidak akan mengampuni orang itu.

Dengan emosi yang memuncak, Brian langsung menghubungi Dion, dan menyuruhnya untuk mencari orang yang bisa membantu Brian mencari dimana Nara berada, Brian tidak punya banyak waktu untuk bersantai, karena Brian sangat tahu orang yang menculik Nara ini sangat gegabah dalam bertindak.

Brian segera menuju tempat dimana Dion berada, karena Brian sangat tidak bisa tenang saat ini.

***

Nara membuka matanya, saat suara bising itu terdengar di telinganya, Nara tidak mampu menggerakkan tubuhnya yang sudah sangat lemas itu.

Pintu ruangan tanpa pentilasi itu terbuka, dan menampakkan orang-orang berbadan besar yang menyekap Nara diruangan ini, orang-orang itu kembali mengangkat tubuh Nara, dan mengikatnya di kursi yang berada diruangan gelap dan kotor.

Entah Nara bisa bertahan hidup atau tidak, yang Nara harap anak yang ada didalam kandungannya baik-baik saja, Nara sudah menangis tanpa suara, dan tenggorokan Nara terasa sangat sakit sekali.

"Tolong lepaskan." Lirih Nara sambil terisak, ikatan dibagian perut Nara terlalu kencang, dan itu bisa menyakiti anaknya.

Tidak lama dari itu pintu terbuka dengan kasar, dan masuklah pria paruh baya yang membawa Nara kesini, dan seorang wanita yang Nara kenal, wanita yang mengaku kekasih suaminya yang bernama Tania Anastasya.

"Hai istri simpanan." Sapa Tania.

Tania mendekati Nara lalu mencengkeram rahang Nara dengan keras, "wah lihat perut perempuan ini sayang, bukankah kita sudah menyiapkan hadiah untuk calon cucumu ini." Ujar Tania pada pria paruh baya bernama Thomas.

"Tentu saja sayang," saut Thomas.

Seorang laki-laki berbadan besar masuk ke dalam ruangan, dengan membawa satu krat minuman keras,, dan menaruhnya di dekat Nara.

"Apakah kamu sudah siap untuk kehilangan bayimu? Ucapkan selamat tinggal sekarang juga padanya." Bisik Tania kepada Nara.

Tidak! Nara tidak ingin ini terjadi, Nara tidak ingin anaknya pergi, dan Nara sangat tidak rela jika itu benar-benar terjadi.

"Buka semua tutup botolnya!" Titah Tania pada laki-laki bertubuh besar itu.

Nara langsung ingin muntah saat mencium aroma alkohol yang sangat menyengat, mata Nara membelalak saat Tania mengambil satu botol minuman itu, dan ingin meminumkannya pada Nara.

"Buka mulutmu sialan!" Seru Tania saat Nara merapatkan mulutnya.

Nara menggelengkan kepalanya kuat-kuat, agar Tania tidak bisa memasukkan minuman itu kedalam mulut Nara, tapi Tania terus memaksa Nara.

Plak!

Tania menampar Nara dengan keras, sampai sudut bibir Nara mengeluarkan darah, otomatis mulut Nara terbuka, dan Tania segera mencekoki Nara dengan minuman beralkohol itu.

Nara merasa marah pada dirinya sendiri yang tidak bisa bertahan, Nara tidak bisa menjaga bayinya dengan benar.

Perlahan minuman beralkohol itu mengalir melewati tenggorokan Nara, rasanya sangat panas seperti terbakar, dan saat minuman itu sampai diperutnya wajah Nara berubah panik, karena perutnya keram dan bayi dalam kandungannya bergerak tak tenang.

"Rasakan sensasinya wanita sialan hahaha," gelak tawa Tania menggema diruangan itu.

Tania tak henti-hentinya memasukkan minuman itu kedalam mulut Nara, saat satu botol itu habis, Tania akan mengambil botol lainnya yang masih berisi minuman beralkohol lagi, dan Tania melakukan hal itu terus-menerus sampai menghabiskan lebih dari sepuluh botol.

"Sudah cukup Tania," ucap Thomas.

"Aku belum puas sayang," kesal Tania.

"Kamu tidak melihat Nara yang sudah tidak berdaya? Sekarang giliran aku sayang," ujar Thomas.

"Kau benar sayang," ucap Tania dengan seringai liciknya.

Tubuh Nara sudah tidak mampu digerakkan lagi walaupun Nara masih sadar, efek dari minuman itu sungguh membuat Nara hampir mati, kalau saja Nara tidak menguatkan tekadnya untuk bertahan.

Setelah Tania pergi dari hadapan Nara, sekarang giliran Thomas yang mendekat ke arah Nara, Thomas menghantam wajah Nara dengan tangan besarnya, dan itu langsung membuat Nara tidak sadarkan diri.

"Dasar wanita bodoh! Kau salah menempatkan diri menjadi istri dari Brian, aku Thomas Eduardo ayah dari Brian Leonardo, tidak akan membiarkan hidup Brian sempurna, karena memiliki istri yang mencintainya dan dicintainya, apalagi sebentar lagi Brian akan mendapatkan keturunan, jangan harap setelah ini calon anak kalian masih bertahan hidup hahaha. Dendamku masih belum terselesaikan selama Brian masih hidup!!"

Thomas menyuruh anak buahnya untuk melepaskan ikatan Nara, dan membiarkan Nara tergeletak di lantai yang dingin dan kotor itu, setelah sedikit puas melihat itu, Thomas dan anak buahnya pergi dari ruangan itu, menuju ruangan pribadi miliknya.

Thomas duduk di kursi kebesaran miliknya dengan ditemani Tania, yang sejak tadi tertawa puas menyaksikan penderita Nara.

"Kau memang hebat sayang," puji Thomas pada Tania.

"Itu memang keahlian ku untuk membuat orang lain menderita Thomas, ah dan kau juga sangat hebat menculik Nara dari rumah Brian yang terjaga ketat itu."

"Tidak ada yang sulit bagiku sayang, para penjaga yang ada di rumah Brian itu sangat mudah dikalahkan."

"Ingat Thomas, kau harus menepati janjimu untuk membelikan aku berlian termahal itu."

"Tidak usah khawatir sayang, lihatlah ini," Thomas menyodorkan satu koper berisi uang pada Tania, dan Tania tidak menyangka dapat melihat uang sebanyak ini dalam hidupnya.

"Kau memang terbaik sayang," ucap Tania pada Thomas, dengan sedikit menggoda.

Baru saja Thomas ingin bermain dengan Tania, tapi tiba-tiba pintu ruangannya dibuka dengan kasar, oleh anak buahnya yang masuk dengan wajah paniknya.

"Tuan Thomas, kita harus segera pergi dari sini secepatnya! Karena Brian dan anak buahnya sudah mengetahui keberadaan kita!"

"Sialan!! Cepat bereskan semuanya, tinggalkan wanita itu dan kita akan meninggalkan kota ini."

Thomas dan Tania langsung pergi menggunakan mobil milik Thomas, dan tak lupa juga Tania membawa uang satu koper miliknya itu, Thomas akan pergi dari kota ini untuk sementara waktu, karena Brian pasti akan mencarinya, dan Thomas tidak akan membiarkan Brian menemukannya.

***

Hidden Marriage (SELESAI)Kde žijí příběhy. Začni objevovat