Chapter 31

37.9K 1.2K 17
                                    

Nara membuka matanya perlahan, saat mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Nara bersyukur, karena sudah tidak di ruangan yang selama ini tempat Thomas mengurungnya lagi, Nara masih lemas karena baru terbangun dari pingsannya, dan Nara juga berusaha mengingat apa yang baru terjadi dengannya.

"Nara," lirih Brian yang mengetahui istrinya sudah sadar.

Sedangkan Nara terkejut mendengar suara Brian, dengan leher yang masih kaku Nara berusaha melihat Brian yang ada disampingnya.

"Minum," ujar Nara pelan.

Dengan sigap Brian langsung memberikan minum pada Nara, dan setelahnya Nara ingin berusaha duduk tapi perutnya terasa sakit.

"Jangan terlalu banyak bergerak," ucap Brian.

Menyadari perubahan pada perutnya, Nara langsung kaget sekaligus khawatir. "Brian! Bayiku?"

"Bayi kita sudah lahir, dia seorang jagoan dan sangat tampan," kata Brian menceritakan bayinya dengan bahagia.

"Sungguh? Aku ingin melihatnya," ujar Nara berkaca-kaca.

"Tidak sekarang, dia masih di dalam inkubator."

"Inkubator? Apa dia baik-baik saja Bri? Apa dia sehat dan sempurna?!" Tanya Nara beruntun.

Brian bisa melihat kalau Nara begitu sangat mencintai anaknya, terlihat dari mata Nara yang memancarkan kekhawatiran yang begitu dalam.

"Dia sehat dan sempurna," ujar Brian.

"Syukurlah," lirih Nara, lalu setelahnya air bening lolos dari sudut mata Nara tanpa ia sadari.

"Apa kamu yang membawa ku pergi dari rumah itu?" Tanya Nara.

"Aku dan yang lainnya," jawab Brian.

Nara tidak tahu kalau sampai Brian tidak datang tepat waktu, mungkin nyawa Nara dan nyawa anaknya sudah terancam. Nara sangat berterimakasih kepada Brian dan yang lainnya, berkat mereka Nara sudah menjadi seorang ibu saat ini.

"Terimakasih Brian."

"Tidak perlu, itu sudah menjadi kewajiban ku sebagai seorang suami sekaligus ayah," kata Brian.

"Itu perlu, karena kalau kamu memang benar-benar merasa mempunyai kewajiban. Sudah dari sembilan bulan yang lalu kamu mencari dan menemukan ku, dan pastinya aku dan anakku, tidak akan merasakan hal yang sangat menyakitkan di dalam rumah terkutuk itu!" Seru Nara.

"Tolong jangan bicarakan masalah ini sekarang, kita fokus untuk pemulihan kamu dulu saat ini."

"Kenapa memang kalau aku mau membahasnya sekarang?! Semua yang aku katakan tadi benar adanya, setiap hari aku di siksa oleh Tania dan Thomas. Di mana kamu saat aku membutuhkanmu Brian? Jika bukan karena bayi yang ada di dalam kandunganku yang menguatkan, mungkin saat itu aku lebih memilih mati Brian! Apa kamu lebih memilih pelayan mu itu? Sampai kau tega mengabaikan aku dan bayi kita?!" Teriak Nara dalam tangisannya.

Brian tidak tinggal diam melihat Nara yang begitu frustasi, Brian segera membawa Nara ke dalam pelukannya.

"Tidak, semua yang kamu katakan salah Nara. Aku mencari mu dari sembilan bulan yang lalu, aku bahkan hampir gila, saat tidak ada satupun orang kepercayaanku yang tahu di mana Thomas mengurung kamu. Bahkan setelah kejadian itu, aku langsung mengusir Sinta dari rumah, aku benar-benar mencintaimu Nara."

Nara tidak mendengarkan penjelasan Brian, sudah cukup Nara sakit hati oleh kata-kata yang selalu Brian lontarkan. Untuk yang terakhir kalinya Nara akan merasakan sakit yang luar biasa setelah ini, setelah ia mengungkapkan keinginannya bercerai dengan Brian.

"Dengan sangat memohon, tolong ceraikan aku Brian. Aku sudah tidak kuat lagi mengarungi rumah tangga bersamamu," ucap Nara sangat memohon pada Brian.

"Baiklah kalau itu yang terbaik buat kamu, aku akan mengurus surat perceraian kita secepatnya."

Brian tidak mungkin bisa mempertahankan rumah tangganya bersama Nara lagi, Brian masih sangat mencintai Nara, tapi Brian juga tidak bisa jika harus terus-menerus menyakiti hati Nara.

Rasanya hati Nara sakit sekali mendengar keputusan dari Brian, Nara memang wanita munafik yang meminta Brian menceraikannya. Tetapi di hati Nara yang paling dalam, Nara menginginkan Brian untuk menolak keras permintaannya.

Brian pergi meninggalkan Nara sendirian di ruangan itu, sedangkan Nara kembali menangis menyesali kebodohannya.

***

"Kamu sangat tampan seperti papa kamu sayang, mama sangat bersyukur mempunyai kamu sekarang. Kamu yang nantinya akan terus menemani mama, hanya kita berdua." Ujar Nara sendu memandang wajah putranya, yang sudah diperbolehkan keluar dari inkubator.

Saat ini Nara masih berada di rumah sakit untuk beberapa hari ke depan, dan Nara meminta perawat untuk membiarkan bayinya tetap bersama Nara.

Edzard Leonardo, nama yang Nara dan Brian buat bersama untuk putra pertama mereka. Mereka harap nama itu membawa kebahagiaan untuk anaknya kelak dimasa depan, dan Nara lebih berharap Leon bisa menjadi laki-laki bertanggung jawab nantinya.

Sekarang Nara sedang memangku putranya sambil memberinya ASI, Leon sangat haus karena dia baru saja bangun dari tidurnya. Untuk saat ini Nara sudah sangat bahagia dengan adanya Leon, tidak tahu kedepannya bagaimana Nara menjalani hidup tanpa sosok Brian, yang sebentar lagi akan menjadi mantan suami Nara.

Semoga nantinya Leon akan mendapatkan kasih sayang yang cukup tanpa adanya seorang ayah, Nara tidak yakin jika putranya akan baik-baik saja, dengan perceraiannya dengan Brian saat ini.

Baru saja Nara selesai memberi Leon ASI, Brian masuk dengan membawa makanan untuk Nara, dan untuknya sendiri yang sengaja tidak makan di rumah. Brian ingin menghabiskan waktu nya sebagai suami Nara dengan bahagia, Brian juga tidak ingin berpisah dengan kesan buruk dengan Nara.

"Apa Leon rewel hari ini?" Tanya Brian.

"Tidak, dia sangat penurut."

"Baguslah, sepertinya Leon tahu keadaan kita saat ini," lirih Brian.

"Jangan membicarakannya di depan Leon, aku tidak mau Leon terluka karena perceraian kita," ucap Nara.

Sekali lagi Nara memandang wajah putranya yang tertidur dengan damai, apakah ia tega membiarkan Leon hidup menjadi anak broken home nantinya. Apakah Nara siap jika banyak yang akan menghina anaknya nanti, sungguh membayangkannya saja Nara sudah tidak sanggup, bagaimana jika itu terjadi.

"Kenapa?" Tanya Brian.

"Tidak."

Brian menyiapkan makanan untuknya dan juga Nara, setelah selesai Brian memberikan makanan itu kepada Nara. Nara menerimanya dengan senang hati, karena kebetulan setiap Nara menyusui Leon, setelahnya Nara akan merasa sangat lapar.

"Terimakasih Brian."

"Sama-sama."

Brian merasa Nara yang kurang baik saat ini, tapi jika Brian menanyakan apa yang Nara pikirkan pasti Nara tidak akan menjawabnya, seperti tadi.

Setelah makan, Brian berjalan memutari brankar untuk menggendong Leon.

"Cuci tanganmu sebelum menyentuh Leon, Brian!" Seru Nara.

"Sudah sayang."

Brian tidak sadar dengan panggilannya kepada Nara, sampai membuat Nara tertegun sejenak.

"Ih anak papa bobo terus ya, bangun dong sayang, sebentar lagi di tinggal sama papa nih," ujar Brian yang masih terdengar oleh Nara.

"Brian tolong jangan bicara macam-macam dengannya!"

***

Hidden Marriage (SELESAI)Where stories live. Discover now