Chapter 28

34.9K 1K 11
                                    

Brian dan ketiga sahabatnya bertarung habis-habisan, dengan anak buah Thomas yang memang tidak bisa dianggap remeh, bahkan Brian tidak hanya sekali terkena pukulan dan sayatan benda tajam dari lawannya. Walau begitu bagi Brian itu tidak masalah, perjuangannya saat ini tidak ada apa-apanya, dengan penderita yang selama ini Nara rasakan.

"Mati lo bangsat!" Seru Jack saat mematahkan tulang leher musuhnya.

Percayalah, hal yang paling digemari Jack adalah memusnahkan lawan-lawannya. Bahkan diantara mereka berempat, yang paling bar-bar dalam bertarung adalah Jack.

"Sial!" Brian sedikit lengah sampai-sampai salah satu musuhnya berhasil menghantam wajahnya.

Brian sudah mendapat banyak luka di bagian wajah dan lengannya, sama seperti Jack dan Marko. Tapi tidak dengan Jeremy yang masih bersih dari luka, melawan orang-orang ini tidak ada apa-apanya menurut Jeremy, yang notabenenya anak dari ketua mafia seperti Willy Anderson.

Lawan mereka tidak ada habis-habisnya, setelah satu gerombolan kalah, maka akan ada gerombolan lainnya yang datang dan menyerang Brian serta anak buahnya.

"Hah! Gue capek," ujar Jack yang duduk di tengah-tengah pertarungan, alhasil seorang musuh berhasil menusuk perut Jack dengan pisaunya.

"Akh! Sakit sialan!" Teriak Jack, lalu setelahnya Jack kembali melawan musuhnya dengan membabi buta.

Brian yakin kalau musuh yang ia lawan saat ini adalah yang terakhir, melihat jumlahnya lebih sedikit dari yang sebelum-sebelumnya.

Dengan tenaga yang mulai menipis Brian berusaha tetap melawan musuh-musuhnya, dan sampai pada akhirnya semua anak buah Thomas terkapar tidak bernyawa dihadapan Brian, Jeremy, Jack, dan Marko.

"Kita berhasil," ujar Marko, dan setelahnya keempat pria itu kembali mencari di mana tempat Nara disembunyikan.

Jeremy dan Marko tetap berjaga-jaga, sedangkan Jack hanya duduk merasakan sakit di perutnya. Brian berusaha mencari keberadaan istrinya, ruangan dan kamar di rumah ini begitu banyak. Membuat Brian harus memeriksanya satu persatu, semua kamar dan ruangan sudah Brian periksa, tapi tidak ada petunjuk tentang Nara sedikitpun.

"Gimana Bri?" Tanya Jeremy.

"Tidak ada petunjuk tentang Nara Je."

"Kita langsung ke lantai tiga Bri, gue yakin Nara ada di sana!" Seru Marko.

"Biar gue sama Jeremy yang ke atas, lo di sini memantau keadaan dan menjaga Jack," ujar Brian.

"Oke," kata Marko.

Brian dan Jeremy langsung menuju tangga dan menuju ke atas, Brian bisa melihat lantai tiga yang lebih kotor dari lantai-lantai sebelumnya.

"Wah wah wah, ternyata anakku yang cerdas ini nekad juga datang ke sini," ujar Thomas yang berdiri di depan salah satu ruangan, dengan dua anak buah di belakangnya.

Brian dan Jeremy langsung waspada melihat Thomas yang mengeluarkan pistol dari sakunya, Brian mengeraskan rahangnya. Menatap Thomas dengan benci, ingin rasanya Brian membunuh pria tua itu.

"Ada perlu apa kau datang ke sini nak?" Tanya Thomas dengan nada meremehkan.

"Tidak usah banyak bacot! Cepat tunjukkan dimana kau menyembunyikan Nara!" Seru Brian.

"Nara? Oh istri tidak berguna mu itu? Tenang saja dia masih hidup."

"Bangsat!!" Dengan tidak sabar Brian langsung menghantam wajah Thomas.

Belum puas Brian melakukannya, dua orang anak buah Thomas sudah menghantam Brian terlebih dahulu. Jeremy yang melihat itupun langsung membantu Brian, tanpa mereka ketahui Thomas sudah menarik pelatuk pistol yang akan diarahkan kepada Brian.

Dan...

Dor!

"Anjing!" Seru Jeremy saat peluru itu menancap tepat dipundaknya.

Dengan mudah Jeremy dikalahkan oleh anak buah Thomas, dan kini hanya Brian yang melawan dua orang bertubuh besar itu. Tidak sampai sepuluh menit Brian berhasil memutus urat nadi mereka, dan sekarang giliran si tua bangka Thomas yang akan Brian habisi.

"Menyerah lah Brian, sebelum aku membunuhmu seperti aku membunuh ibumu!" Teriak Thomas.

"Kau yang akan aku bunuh tua bangka tidak berguna! Akan ku balas perlakuan kau terhadap ibu saya!"

"Perlakuan apa? Aku sebagai suaminya berhak atas harta yang istriku miliki, dan sekarang aku akan merebut kembali harta itu dari mu!" Seru Thomas.

Brian tidak habis pikir dengan pria tua yang berdiri di hadapannya ini, membunuh ibunya hanya karena harta yang ibunya miliki akan jatuh kepada Brian. Dan yang lebih parahnya lagi, Thomas pernah sempat mencoba membunuh Brian saat umurnya masih sangat kecil. Entah terbuat dari apa hati dan pikiran Thomas, sampai Brian saja tidak sudi menganggapnya sebagai ayah.

"Sifat mu tidak berubah Thomas, masih sama seperti dulu. Terlalu percaya diri dan menjijikkan!" Ujar Brian.

"Panggil aku ayah, terlalu tidak sopan jika kau hanya memanggil namaku saja."

"Cih, tidak akan sudi!" Seru Brian murka.

Sebelum Brian menyerang Thomas, Jack dan Marko datang untuk membantu Brian dan menyelamatkan Jeremy. Baru setelahnya Brian dan Marko melawan Thomas yang tidak bisa dianggap remeh.

Baku hantam pun tidak bisa terhindari, Brian sudah terlanjur ingin membunuh ayahnya sendiri. Sedangkan Marko hanya ingin membantu sahabatnya, walau di dalam hatinya sedikit tidak enak, karena yang ia lawan saat ini adalah ayah dari Brian.

"Biar aku yang melawan Thomas, kau cepat cari Nara!" Seru Marko.

Brian tidak ingin egois, dia kembali menyerahkan Thomas pada Marko. Dan sekarang waktunya Brian untuk bisa bertemu dengan istri yang selama ini Brian cari, satu persatu Brian mengecek kamar yang ada di lantai tiga ini.

Sampai pada akhirnya Brian tiba di sebuah kamar yang terkunci, dan Brian yakin Nara ada di dalam kamar tersebut. Pintu kamar itu terbuat dari besi yang sangat keras, dan Brian rasa dirinya tidak mungkin bisa mendongkrak pintu tersebut.

Brian memutar otaknya untuk bekerja keras, bagaimana Brian bisa masuk dengan cepat, sebelum para anak buah Thomas kembali menyerangnya. Brian mengedarkan pandangannya, mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk membuka pintu tersebut, saat melihat besi yang tidak terlalu besar, Brian langsung mengambilnya. Brian mencoba merusak handle pintu agar pintu dapat terbuka dengan sendirinya, dan Brian berhasil membuka pintu itu.

Dengan cepat Brian masuk kedalamnya, dan menemukan istrinya yang sudah tidak sadarkan diri, dengan darah yang memenuhi bagian kakinya.

"Nara! Bagun sayang, bangun! Aku datang. Tolong bertahan!" Teriak Brian.

Brian tidak bisa membendung air matanya, saat melihat keadaan Nara saat ini, istrinya terlihat sangat kurus walaupun sedang mengandung.

Baru saja Brian ingin membawa Nara pergi dari situ, Thomas datang dengan pistol di tangannya, yang siap mengeluarkan peluru nya membunuh Nara.

"Bersiaplah kehilangan wanita kedua yang sangat kau cintai setelah ibumu!" Seru Thomas.

Tidak! Brian tidak akan membiarkan itu terjadi, dengan tubuh yang sudah melemah Brian berusaha untuk melindungi Nara. Tapi sayangnya....

Dor!

Dor!

***

Hidden Marriage (SELESAI)Where stories live. Discover now