Chapter 7

46.8K 1.5K 12
                                    

Rupanya niat Brian ingin langsung pulang untuk menepati janjinya pada Nara, seketika pupus saat bertemu dengan Tania, Brian bisa saja tidak meladeni Tania tapi wanita itu terus menahannya.

"Apa mau mu?!" Sentak Brian.

"Kamu." Ujar Tania.

"Jangan mimpi kamu Tania." Kekeh Brian.

"Ya aku sedang bermimpi, dan sebentar lagi mimpiku akan terwujud Brian." Ucap Tania.

Brian tidak menanggapi ucapan Tania, ia lebih memilih untuk segera cepat pulang karena Nara pasti sudah menunggu, Brian pergi menuju di mana mobilnya berada, saat Brian pergi Tania ingin mengejar Brian, tapi sudah lebih dulu di tahan oleh orang suruhan Brian yang entah datang dari mana.

"Ah sial!" Geram Tania.

"Tunggu pembalasanku, kamu pasti akan bertekuk lutut di hadapanku Brian." Lirih Tania.

Sedangkan di rumah Nara sedang menunggu kedatangan suaminya yang sudah berjanji akan pulang cepat, Nara mengelus perutnya yang sudah sedikit menonjol, dan Nara sudah sangat lelah hari ini, karena ikut membantu Esme membereskan rumah yang luas ini.

Nara merasakan perutnya sedikit perih, tapi Nara mengabaikannya dan memilih tetap menunggu Brian datang.

"Esmeee!" Panggil Nara.

"Iya nyonya?"

"Maaf mengganggu pekerjaanmu, aku hanya ingin jus jeruk."

"Tidak apa-apa nyonya, baik saya akan langsung buatkan." Ucap Esme lalu pergi meninggalkan Nara sendirian di depan pintu utama, karena sedang menunggu Brian.

"Aduh kok papa kamu lama banget pulangnya ya nak." Ujar Nara mengajak ngobrol bayi yang masih berada di dalam kandungannya.

Nara mencoba keluar dari pintu utama dan rupanya hari sudah mulai gelap, Nara berpikir jika Brian lupa dengan janjinya, maka dari itu Nara memutuskan untuk kembali masuk ke dalam rumah.

"Nyonya ini jus jeruk yang nyonya minta." Ucap Esme membawa segelas jus jeruk.

"Taro di kamar aja, sekalian aku juga mau ke kamar." Ujar Nara.

Nara menaiki tangga satu persatu bersama Esme yang menjaganya dari belakang, sesekali Nara berhenti di tengah tangga, karena merasa sangat lelah.

Sesampainya di kamar, Nara langsung membaringkan tubuhnya yang sudah sangat lelah itu, Nara menyuruh Esme untuk kembali bekerja, karena Nara sedang tidak ingin di ganggu oleh siapapun.

Setelah Esme keluar dari kamar, tiba-tiba saja Nara merasakan perutnya seperti di lilit,  dan itu rasanya sungguh sangat sakit sekali, belum sempat Nara beranjak dari ranjang, tubuhnya sudah terlebih dahulu ambruk di atas ranjang.

***

"Wanita sialan!" Umpat Brian.

Untung saja dirinya bisa langsung lepas dari wanita gila itu, kalau tidak mungkin sekarang Brian masih bersama wanita licik itu.

Setelah sampai di mansion house, Brian langsung mencari keberadaan Nara, dan saat bertanya pada Esme ternyata Nara sedang berada di kamarnya sedang istirahat.

Brian tidak akan mengganggu istirahat istrinya, hanya saja Brian ingin melihat wajah istrinya yang di rindukannya, akhir-akhir ini Brian banyak berubah dan itu di sebabkan oleh Nara.

Senyum tercetak jelas di bibir Brian, saat melihat Nara yang sedang tertidur di atas ranjangnya, Brian mengernyitkan dahinya merasa ada yang aneh di wajah Nara, Brian mencoba membelai wajah Nara, dan di situ Brian sangat kaget saat mendapati tubuh Nara yang dingin.

"Nara." Panggil Brian berusaha membangunkan Nara.

"Hei sayang aku pulang." Ucap Brian.

Brian mulai panik saat Nara tidak merespon ucapan Brian, dengan sedikit terburu-buru Brian menarik selimut yang ada di bawah tubuh Nara untuk menyelimuti Nara, tapi Brian malah melihat darah yang cukup banyak di selimut miliknya yang berwarna putih itu.

"Nara! Bangun sayang!" Seru Brian sedikit mengguncang tubuh Nara.

Tanpa pikir panjang lagi Brian langsung menggendong Nara, untuk segera di bawa ke rumah sakit, Brian sangat khawatir melihat darah tadi, dan Brian berharap tidak akan terjadi sesuatu pada Nara dan calon bayinya.

Brian tidak peduli pada Esme, dan pelayan lainnya yang melihat dirinya membawa Nara dengan tergesa-gesa, saat ini tujuan Brian hanya satu yaitu sampai di rumah sakit dengan cepat.

"Bertahan sayang." Lirih Brian.

Brian berusaha tenang, karena saat ini dia sedang mengendarai mobilnya sendiri tanpa supir yang menemaninya, rasanya untuk sampai di rumah sakit saja sangat lama, dan itu membuat Brian mengerang frustasi.

"Bodoh kau Brian, kenapa rumah sakitnya kelewatan." Brian memukul kepalanya sendiri karena kecerobohannya, bisa-bisanya Brian tidak fokus dalam keadaan seperti ini.

Dengan cepat Brian putar balik, dan langsung memasuki area rumah sakit itu, tanpa menuju tempat parkir terlebih dahulu, mobil Brian terparkir tepat di depan pintu masuk rumah sakit besar itu.

"Pak, anda tidak boleh parkir di sini, karena ini bukan tempat untuk parkir." Ucap seorang satpam.

"Jangan menghalangi jalan saya, saya sedang buru-buru!" Sentak Brian.

"Tapi anda akan di kenakan denda pak!" Sentak balik satpam itu.

"SAYA BISA MEMBELI RUMAH SAKIT INI JIKA SAYA INGIN!!" Seru Brian keras lalu meninggalkan satpam itu.

Brian menggendong Nara dengan sedikit berlari tanpa menyakiti Nara yang ada di gendongannya, Brian kesal dengan satpam tadi dan belum lagi sekarang tidak ada perawat atau dokter yang meresponnya, rumah sakit macam apa ini.

"Dokter!!" Teriak Brian.

Saat Brian berteriak memanggil dokter, barulah segerombolan dokter datang mendekatinya dengan mulut yang menganga, karena melihat Brian yang sangat tampan, Brian bersumpah tidak akan datang lagi ke rumah sakit ini.

"Cepat tangani istri saya bodoh!!" Teriak Brian.

Seakan sadar dari mengkhayal nya, para dokter itu langsung cepat menyuruh Brian meletakkan Nara di sebuah brankar.

Brian menatap wajah pucat Nara, sungguh Brian sangat takut jika terjadi sesuatu pada keduanya.

"Berjuang sayang, demi kamu demi anak kita." Lirih Brian sambil menciumi jari-jari Nara.

"Maaf pak, anda harus menunggu di luar." Ucap seorang perawat.

Brian hanya pasrah, saat ini yang Brian lakukan hanya berdoa untuk keselamatan istri, dan calon bayinya.

"Aaakh!!" Ini pasti salahnya karena pulang terlalu lama, dan membuat Nara seperti ini.

"Bodoh kau Brian bodoh!!" Kesal Brian.

Brian menunggu dokter yang menangani Nara itu keluar, dan secepatnya memberikan kabar tentang kondisi Nara saat ini, apakah baik-baik saja atau sebaliknya, Brian masih tetap menunggu dengan khawatir, karena merasa sebagian hatinya ikut sakit melihat Nara yang tergeletak tanpa ada pergerakan tadi.

"Keluarga pasien?" Tanya dokter.

"Iya dok, saya suaminya." Ujar Brian.

"Mari ikut saya." Ucap sang dokter.

Brian mengikuti dokter itu, semoga apa yang di katakan dokter semuanya baik-baik saja tanpa adanya sedikit masalah.

"Begini pak, istri anda mungkin sangat kelelahan dan banyak pikiran hari ini, sampai mengalami pendarahan yang cukup hebat seperti tadi, untung keadaan istri anda baik-baik saja, meski harus mendapat perawatan yang intensif untuk beberapa hari kedepan, saran saya anda harus terus memantau kegiatan istri anda, karena yang di butuhkan seorang wanita hamil hanya perhatian dari suaminya." Penjelasan dokter itu.

"Tapi calon anak saya baik-baik saja kan dok?" Tanya Brian.

"Maaf, sepertinya anda telat membawa istri anda ke rumah sakit, dan menyebabkan janinnya....."

***

Hidden Marriage (SELESAI)Onde histórias criam vida. Descubra agora