Chapter 22

36K 1.1K 23
                                    

Brian tidak tahu harus mencari Nara kemana lagi, sudah dua hari Nara pergi, tapi Nicholas belum juga menemukan keberadaan istrinya. Sudah dua hari pula Brian mengabaikan pekerjaannya, Brian tidak berselera untuk melakukan apapun. Bahkan penampilannya saat ini sudah seperti orang gila.

Soal Sinta, Brian sudah mengusir perempuan itu dari rumahnya. Dia tidak mungkin mempertahankan Sinta menjadi pelayannya, karena kejadian itu Nara pergi dari rumah.

Hari ini Brian berencana akan mencari Nara bersama Jack, dan juga Marko. Jeremy akan menyusul jika urusan di rumah sakitnya sudah selesai, Sedangkan Nicholas mencari Nara bersama anak buahnya yang sudah tidak bisa diremehkan lagi.

"Astaga Brian apa-apaan ini?! Penampilan lo sudah seperti orang gila baru saja." Seru Marko saat melihat kondisi Brian saat ini.

"Setidaknya mandi dan berganti pakaian, lihatlah pakaian yang lo pake sekarang. Dan wajah tampan lo yang berubah menjadi dekil, mana mau Nara melihat wajah lo yang menjijikkan," ucap Jack sekenanya.

Tanpa menunggu hinaan dari kedua sahabatnya lagi, Brian langsung beranjak dari tempatnya untuk membersihkan diri. Kedua sahabatnya memang benar, Brian tidak boleh seperti ini.

Setelah membersihkan tubuhnya yang hanya sebentar, Brian bersiap untuk langsung mencari Nara. Dia tidak bisa mengandalkan Nicholas saja, buktinya sampai saat ini Nara belum ditemukan.

"Kita cari kemana?" Tanya Marko yang mengemudi mobil.

"Kemana Bri? Lo jangan diam aja dong," ketus Jack.

"Kalo gue tau, gue gak bakal minta bantuan kalian," ujar Brian.

Marko yang mengemudi menjadi bingung, kalau tidak punya tujuan untuk apa mencari Nara. Marko pikir Nicholas dan anak buahnya saja sudah cukup untuk mencari Nara, Marko harus sabar sekarang karena yang sedang frustasi adalah Brian. Sahabatnya yang paling bajingan, dan brengsek.

"Kita ke markas Nicholas," ujar Brian.

"Buat apa? Lo kan bisa hubungi dia saja," kata Jack.

"Udahlah Jack tidak usah membantah, lagi pula Brian butuh berdiskusi dengan Nicholas." Saut Marko.

"Terserah kalian berdua," sungut Jack.

Jika bukan dalam keadaan Brian yang sedang uring-uringan, Marko ingin sekali tertawa melihat Jack yang merajuk seperti biasanya. Tapi Marko sadar tempat dan sadar juga akan perasaan Brian yang sedang tidak menentu, karena Marko pernah merasakan apa yang Brian rasakan sekarang.

Saat sudah sampai markas Nicholas, ketiganya turun dan langsung memasuki markas tersebut. Mereka bisa melihat Nicholas yang sedang fokus dengan komputernya, jika seperti ini kemungkinan besar Nicholas sedang melacak keberadaan seseorang.

"Nic," panggil Brian.

"Duduk dan tunggu sebentar," ucap Nicholas tanpa mengalihkan pandangannya dari komputer itu.

Brian duduk diikuti oleh Jack dan Marko, hanya menunggu beberapa menit dan Nicholas sudah selesai dengan komputernya.

"Bagaimana?" Tanya Brian tidak sabaran.

"Nara tidak pergi dari rumah, dia dibawa seseorang atau lebih tepatnya dia diculik."

"Gue tidak bisa menemukan tempatnya, tapi gue tahu mereka membawa Nara kemana. Dan kemungkinan besar orang yang menculik Nara saat ini, sama dengan orang yang menculik Nara beberapa bulan yang lalu."

"Bagaimana bisa," ucap Brian semakin frustasi.

Kenapa ayahnya selalu ikut campur dalam rumah tangganya, Brian sangat benci dengan pria tua yang sialnya adalah ayah kandungnya sendiri. Brian tidak habis pikir dengan semua yang terjadi sekarang.

"Lakukan sesuatu Nic, gue tidak mau kejadian dulu terulang lagi," ujar Brian.

"Kejadian? Kejadian apa?" Tanya Marko penasaran.

"Penculikan yang terjadi beberapa bulan yang lalu menyebabkan calon anak gue meninggal, dan sekarang Nara diculik lagi dengan keadaan sama-sama hamil. Gue takut kalo mesti kehilangan calon anak gue yang kedua kalinya," ucap Brian sendu.

"Gue pasti berusaha menemukan istri lo, dan anak lo pasti baik-baik saja." Ujar Nicholas.

"Thanks Nic."

Setelah selesai berdiskusi dengan Nicholas, Brian pulang ke rumah Jack. Di sana Brian menghabiskan banyak sekali minuman beralkohol, meskipun Jack sudah menyuruhnya berhenti tapi Brian mengabaikannya.

Dengan keadaan yang tidak sadar karena minuman, Brian menangis dan mengucapkan kata maaf berulang-ulang yang ia tunjukkan untuk Nara.

Jack yang melihat Brian begitu hancur menjadi kasihan dengan sahabatnya itu, pasalnya Brian tidak pernah sehancur seperti sekarang ini.

***

Nara membuka mata bengkaknya dengan perlahan, merasakan perih yang amat sangat menyayat dibagian punggungnya.

Nara tidak sanggup bergerak sedikitpun, rasanya semua tulangnya remuk karena selama dua hari ini tak henti-hentinya Nara disiksa oleh Tania dan Thomas.

Dengan tangan yang selalu memeluk perutnya Nara mencoba untuk tidak menangis, jika Nara menangis perutnya akan merasakan sakit yang luar biasa. Nara berharap janin yang ada di dalam rahimnya baik-baik saja, Nara tidak ingin kehilangan calon anaknya lagi.

Hidup Nara begitu sangat berat, ditengah badai yang menimpa rumah tangganya. Orang-orang jahat ini kembali muncul dan menyakitinya lagi, seakan-akan hidup Nara tidak jauh dari kata sengsara.

"Anak mama pasti kuatkan sayang, kita bisa melalui semua ini bersama. Mama janji akan membuat kamu melihat dunia yang indah ini nak," lirih Nara menguatkan janin dan menguatkan dirinya sendiri.

Nara harus menanamkan dalam hatinya, bahwa saat ini dia tidak sendirian. Melainkan ada malaikat kecil yang selalu ada bersamanya.

Seorang wanita masuk ke dalam ruangan di mana Nara berada, Tania tersenyum licik melihat tubuh Nara yang sudah tidak berdaya itu. Dengan tangan kecilnya Tania menghentakkan cambukan di lantai, lalu tanpa aba-aba Tania mencambuk punggung Nara dengan membabi buta.

Cetar!

Cetar!

Nara berteriak kesakitan, meminta tolong entah pada siapa yang sudi menolongnya. Sekuat apapun Nara menahan untuk tidak menangis, air mata itu tetap mengalir dari matanya. Nara meraung kesakitan dan meminta Tania untuk berhenti, sudah cukup Nara tidak sanggup lagi menahan sakit di punggungnya.

"Rasanya aku sangat bahagia melihat wajahmu yang terlihat sangat kesakitan itu, kau penghalang semuanya! Kau yang membuat Brian benci padaku. Aku ini sangat mencintai Brian, bukan Thomas, dan kau! Kau wanita yang sudah merebut Brian dariku. Kau harus merasakan akibatnya sekarang, beruntung aku tidak membunuh bayimu sama seperti dulu. Itu karena aku sadar kalau anak yang ada di dalam kandunganmu adalah darah dagi Brian, orang yang sangat aku cintai. Ingat! jangan sampai kau mengadukan perbuatan ku pada Thomas!" Ancam Tania.

Wanita itu keluar meninggalkan Nara yang menangis kesakitan, kenyataan apa lagi ini? Nara tidak paham dengan apa yang terjadi dalam hidupnya. Yang jelas Nara menyesal memutuskan menikah dengan Brian dulu, karena semua yang terjadi sekarang adalah berakar dari Brian.

Untuk saat ini Nara mencoba menerima apa yang terjadi dalam hidupnya, karena menolak pun tidak ada hasilnya.

***











Hidden Marriage (SELESAI)Where stories live. Discover now