Chapter 19

32K 1K 1
                                    

Nara terbangun dari tidurnya, karena merasakan berat di atas perutnya. Nara belum sadar kalau Brian tidur bersamanya dan memeluknya juga, saat ingin menuju kamar mandi Nara baru menyadari jika ada orang yang tidur dengannya semalam.

"Brian?" Lirih Nara, hanya sekedar menyebut nama suaminya saja.

Setelahnya Nara pergi untuk membersihkan tubuhnya di kamar mandi, hari ini Nara berniat tidak akan berbicara dengan Brian. Hanya sekedar untuk memberi Brian pelajaran, apakah Brian biasa saja atau justru tidak biasa saja.

Saat Nara sedang berendam di dalam bathtub, tiba-tiba saja Brian masuk kedalam kamar mandi. Nara memang sudah biasa tidak mengunci pintu kamar mandi jika mandi, dan lihatlah Nara sangat malu saat Brian menatapnya dengan intens.

Nara berusaha menormalkan detak jantungnya, dia harus biasa saja. Kalau sampai Nara membuka suaranya itu tandanya Nara kalah dengan Brian.

"Boleh bergabung?" Tanya Brian.

Nara tidak menjawab pertanyaan Brian, melainkan menyudahi acara berendam nya. Dengan tubuh polosnya Nara membilas tubuhnya dibawah guyuran shower tanpa memikirkan Brian yang sudah tidak tahan melihat tubuh seksi milik istrinya.

"Nara," lirih Brian dengan suara seraknya.

Nara tidak menggubris suaminya, dan lebih memilih menyambar handuk yang terletak disamping tubuh Brian, yang berdiri dengan kokoh. Nara sengaja mengedipkan sebelah matanya saat bertatapan dengan Brian, bertujuan untuk menggoda suami yang katanya malu memiliki istri seperti dirinya.

Brian mencengkeram lengan Nara dengan sedikit kencang.

"Jangan menyiksa sayang," bisik Brian.

Nara menghempaskan tangan Brian yang mencengkram lengannya, Nara tidak suka jika Brian berlaku kasar seperti itu padanya. Dengan sedikit menyingkirkan badan Brian dari hadapannya, Nara keluar dari kamar mandi untuk segera menggunakan pakaiannya.

"Sial!" Umpat Brian kesal.

Brian tidak mungkin memaksa Nara untuk melakukan hubungan intim, apalagi Brian dan Nara masih saling diam setelah masalah kemarin. Terpaksa Brian menyesuaikannya sendiri di kamar mandi.

Beralih pada Nara yang sudah rapi dengan dress santainya, Nara hanya bisa terkekeh mengingat wajah suaminya yang begitu frustasi.

Setelah menyiapkan pakaian kerja untuk suaminya, Nara turun ke bawah untuk membuatkan Brian teh seperti biasanya.

"Pagi nyonya," sapa Sinta.

"Pagi," saut Nara.

Nara melihat Sinta yang sedang memasak dengan santai, mungkin selama ini memang Nara yang salah mengira tentang Sinta. Sinta mengerjakan pekerjaannya dengan baik selama ini, hanya saja Sinta sedikit kurang sopan dan itu yang membuat Nara tidak suka.

Setelah selesai membuat teh, Nara langsung menuju meja makan untuk menunggu Brian turun. Hanya menunggu beberapa menit Brian sudah duduk dihadapannya, dengan pakaian rapi yang sudah Nara siapkan tadi.

"Hari ini kamu ada kegiatan apa?" Tanya Brian.

Nara tidak menjawab pertanyaan Brian, dia hanya sibuk dengan ponselnya tanpa menyentuh sarapan sedikitpun. Brian mengeraskan rahangnya melihat kelakuan Nara yang begitu tidak sopan.

"Jangan memancing emosi di pagi hari Nara!" Seru Brian.

"Cepat habiskan sarapan mu, dan segera pergi ke kantor," singkat Nara, lalu pergi meninggalkan Brian .

Pagi hari yang sangat buruk menurut Brian, ia kira Nara sudah tidak marah padanya. Mengingat Nara yang menyiapkan pakaian untuknya pergi bekerja, dan membuatkannya teh seperti biasa.

Tanpa memakan sarapannya, Brian kembali masuk ke dalam kamarnya, dan menemukan Nara yang sedang melamun. Tapi setelah Nara menyadari Brian masuk kedalam kamar, dia langsung mengambil ponselnya dan memainkannya.

"Tidak usah pura-pura," ujar Brian.

"Aku tahu kamu tidak memainkan apapun di ponsel," lanjutnya.

Brian mendekati Nara, dan mencium istrinya seperti biasa saat dirinya akan berangkat bekerja. Nara tidak memberikan respon apapun pada Brian, tapi dalam hatinya Nara sangat senang mendapat ciuman dari suaminya.

"Aku berangkat, jaga diri baik-baik." Ucap Brian.

Nara memperhatikan Brian saat pria itu keluar dari kamarnya, setelah pintu kamar tertutup barulah senyum terbit dari bibir ranumnya.

"Hati-hati," lirihnya.

***

Nara mengendarai mobilnya menuju salah satu butik terkenal di Jakarta, untuk membunuh rasa bosannya, Nara memutuskan akan membeli beberapa pakaian baru untuknya dan juga Brian. Rasanya sudah lama Nara tidak membelikan kemeja kerja untuk Brian, yang sekarang sudah terlihat membosankan, ya walaupun pemberiannya dibeli dengan uang Brian juga.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya seorang pegawai butik tersebut.

"Saya mau cari kemeja untuk suami saya mbak, bisa tolong tunjukkan tempatnya?" Ujar Nara.

"Mari ikut saya."

Nara mengikuti pegawai tersebut, Nara memandang takjub kearah kemeja yang berbaris rapi dengan warna yang berbeda-beda itu. Nara juga membayangkan bagaimana Brian memakai salah satu dari kemeja itu, mungkin suaminya akan terlihat semakin tampan menurut Nara.

Nara membeli beberapa kemeja untuk Brian, dengan warna yang kalem dan modis. Entahlah Nara hanya suka dengan kemaja kemeja itu, jadi tidak salah kalau dirinya membelikannya untuk Brian.

"Terimakasih," ucap Nara setelah keluar dari butik tersebut.

Setelah puas dengan acara berbelanja nya, Nara langsung pulang karena perutnya sudah minta di isi. Mengingat Nara tidak suka makanan luar, jadilah dia harus pulang, dan memakan makanan yang biasa dimasakkan oleh Sinta.

Saat memasuki gerbang rumahnya, Nara heran melihat mobil milik Brian yang sudah ada di rumah. Tidak biasanya Brian pulang jam segini, atau Brian pulang hanya untuk mengambil barang yang tertinggal saja.

"Sinta!" Seru Nara saat memasuki rumah.

"Iya nyonya?"

"Tolong bawakan ini ya," ujar Nara memberikan barang belanjaannya kepada Sinta.

"Kemana saja kamu?" Tanya Brian yang datang setelah Sinta pergi.

Ingin rasanya Nara mengabaikan pertanyaan Brian, tapi Nara rasa tidak berbicara dengan Brian adalah ide yang buruk. Nara tidak bisa terus-terusan mengabaikan suaminya, karena Nara tidak tahan mendiami Brian.

"Belanja," ucap Nara.

"Seharusnya kamu ada di rumah saat aku pulang."

"Iya aku ngerti, tapi aku gak tahu kalo kamu pulang jam segini," ujar Nara.

"Cepat mandi dan ganti pakaian kamu, kita makan di luar malam ini."

"Baiklah."

Nara beranjak dari tempatnya, untuk segera menjalankan perintah dari Brian. Jarang sekali Brian mengajaknya makan malam diluar, jadi Nara tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

"Tumben sekali Brian mengajak makan malam di luar," lirih Nara yang sedang berdandan didepan cermin besarnya.

Melihat jam yang masih menunjukkan pukul 18.45, Nara bingung dengan Brian yang mengajaknya makan malam jam segini. Atau Brian ingin membawa Nara ketempat yang jauh dari rumah? Entahlah Nara tidak bisa menebak suaminya itu.

Saat Nara turun dari kamarnya, Brian menatap Nara begitu intens. Brian sangat kagum melihat kecantikan istrinya yang tidak tertandingi oleh siapapun, sedangkan Nara tersenyum melihat gaun yang melekat indah ditubuhnya yang baru saja ia beli tadi siang itu.

"Sudah siap?" Tanya Brian.

"Iya."

***












Hidden Marriage (SELESAI)Where stories live. Discover now