Chapter 41

30.1K 838 5
                                    

Makan malam kali ini berbeda dari sebelumnya, Brian dan Nara saling diam. Sedangkan Leon bingung dengan sikap kedua orang tuanya, tidak biasanya papa dan mamanya seperti ini.

"Lutut Leon masih sakit?" Tanya Nara.

"Sudah gak ma."

"Maafin mama ya, mama kurang hati-hati jaga Leon," ujar Nara.

"Nggak papa ma, Leon kan nakal makanya jatuh," ucap anak itu.

Mendengar ucapan Leon membuat Brian tersadar, seharusnya dia tidak menyalahkan Nara begitu saja. Karena kelakuan anak kecil bermacam-macam, dan selalu tidak mau diam apalagi seumur Leon sekarang.

"Papa kenapa diam terus?" Tanya Leon.

"Papa sedang sakit gigi sayang," bohong Brian.

"Kalo papa sakit gigi mending di obati sama mama, setiap Leon sakit gigi pasti sembuh kalo mama yang obati." Ujar Leon.

"Sebentar lagi juga sembuh kok," ucap Brian.

Leon kembali memakan makanannya, kerena sedari tadi Leon terus saja bertanya dan mengoceh kesana-kemari.

Setelah makan malam selesai, Nara langsung membawa Leon ke kamarnya untuk segera di tidurkan.

"Ma bacakan dongeng dong," pinta Leon.

"Malam ini gak usah baca dongeng ya, biar mama nyanyiin biar Leon cepet tidur," ucap Nara.

"Yeay!" Seru Leon senang.

Nara menyanyikan lagu tidur untuk anak, dan Leon tipe orang yang gampang tertidur pun langsung terlelap.

"Selamat malam sayang," sebelum keluar dari kamar Leon, Nara terlebih dahulu mencium pipi gempal putranya.

Rasanya Nara malas masuk ke dalam kamarnya, karena nantinya Brian akan membahas soal Leon yang terjatuh lagi. Tapi mau bagaimana lagi, sekarang Nara sudah sangat mengantuk.

Perlahan Nara membuka pintu kamarnya, dan melihat Brian yang masih belum tidur sedang duduk di depan laptopnya. Nara berjalan menaiki ranjang dengan hati-hati, dan setelah sampai Nara langsung merebahkan tubuhnya.

"Leon sudah tidur?" Tanya Brian.

"Sudah," saut Nara yang memang belum tertidur.

Nara menunggu pertanyaan selanjutnya dari Brian, tapi Nara malah merasakan seseorang ikut naik ke atas ranjangnya. Saat membalikkan badannya Nara melihat Brian yang sudah ada di sampingnya, untung saja Nara tidak kaget.

"Kamu masih marah sama aku?" Tanya Brian.

"Marah? Bukannya kamu yang marah sama aku, kamu yang nyalahin aku karena Leon jatuh," ujar Nara.

Nara kesal sekali dengan sikap Brian yang berpura-pura, Nara tahu kalau Brian sudah seperti ini, itu artinya Brian akan meminta maaf padanya. Nara sudah hafal betul dengan kelakuan suaminya yang satu itu, tapi Nara sebagai istrinya hanya bisa memaafkan kesalahan suaminya.

"Aku mau minta maaf soal ucapan aku yang sedikit kasar sama kamu, aku hanya khawatir sama Leon." Ujar Brian.

Nara tidak mungkin salah mengira, lihatlah sekarang suaminya sudah benar-benar meminta maaf.

"Aku ngerti kamu khawatir, tapi tidak harus membentak aku juga kan." Ucap Nara.

"Iya aku minta maaf, maafin ya," ucap Brian membujuk Nara.

"Cium dulu, baru aku maafin," ujar Nara menunjuk pipi sebelah.

Dengan senang hati Brian melakukan perintah Nara, syarat yang istrinya berikan itu sangat membuatnya senang.

"Iya aku maafin, tapi seterusnya jangan kayak gitu ya." Kata Nara.

"Iya sayang."

Brian memeluk Nara dari belakang, mengecup tengkuk istrinya. Membuat Nara merinding sekaligus geli, tapi Nara tetap menikmati sentuhan suaminya.

"Sayang lagi pengen nih, bikin adek buat Leon yuk," bisik Brian tepat di depan telinga Nara.

Nara tidak bisa menolak untuk itu, dengan senang hati Nara menerima ajakan suaminya.

***

"Leon gak mau sama mama! Leher mama merah-merah, mama mau berubah jadi zombie!" Seru Leon dengan wajah yang sudah hampir menangis.

"Mama gak akan berubah jadi zombie sayang," ujar Nara yang tidak tahu harus menjelaskannya bagaimana.

"Gak mau! Huaaaa."

Pagi hari yang ramai oleh tangisan Leon, membuat Brian yang baru selesai mandi langsung datang ke kamar anaknya.

"Kenapa sayang kok nangis sih?"

"Mama pa, mama mau berubah jadi zombie. Leher mama merah-merah, Leon takut." Adu Leon yang kembali menangis.

Brian menatap ke arah Nara, yang sedang menatapnya juga dengan wajah kesal, Brian ingin sekali tertawa melihat leher Nara, yang penuh tanda merah karena ulahnya semalam.

"Mama gak akan berubah jadi zombie sayang, emang Leon pernah liat zombie cantik?"

"Gak."

"Nah mama kan cantik, mana mungkin jadi zombie." Ujar Brian.

Nara kembali mendekati Leon, dan akhirnya anak itu mau di gendong Nara dan diajaknya mandi.

Sedangkan Brian kembali ke kamarnya untuk memakai baju, hari ini dia akan mengajak Nara dan Leon berjalan-jalan keluar. Kemarin karena ada insiden Leon jatuh, Brian tidak jadi mengajak Nara makan di luar.

"Loh kok gak pake baju yang udah aku siapin buat berangkat ke kantor sih," ujar Nara saat melihat Brian memakai baju lain.

"Hari ini aku gak berangkat ke kantor, aku mau ngajak kamu sama Leon jalan-jalan."

"Beneran? Ya udah sekarang kamu turun dulu buat sarapan, aku mau siap-siap dulu," Nara langsung memilih pakaian yang cocok untuknya.

Setelah selesai berpakaian rapi, dan memoles wajahnya dengan make up tipis Nara langsung menuju kamar Leon, dan saat memasuki kamar putranya itu, Nara hanya bisa menggeleng melihat Leon yang sedang menabur bedak ke seluruh lantai yang ada di kamarnya.

"Astaga Leon, kenapa di buang-buang bedaknya!" Seru Nara kesal.

"Leon suka ma, hehe."

Astaga jawaban macam apa yang anaknya lontarkan itu, Nara langsung membawa Leon ke depan lemari pakaian, untuk memakaikan anak itu baju.

"Ma Leon masih mau main bedak!" Seru Leon tidak suka.

"Kamu mau di rumah sendirian? Mama sama papa mau jalan-jalan loh, yakin gak mau ikut?"

"Mau."

"Ya udah, makanya nurut aja dong sayang."

Nara memakaikan baju yang modis untuk anaknya, dengan warna yang sama dengan baju yang Brian kenakan, setelah selesai Nara mengambil minyak rambut khusus untuk anak-anak dan mengolesinya ke rambut Leon.

"Sudah selesai, ayok kita turun papa pasti udah nunggu lama."

Nara menggandeng tangan Leon, supaya anak itu tidak lari saat ditengah-tengah tangga
.
"Sudah siap?" Tanya Brian.

"Sudah!" Seru Nara dan Leon bersamaan.

Ketiga keluarga itu menaiki mobil yang di kendarai oleh Brian sendiri, sepanjang perjalanan Leon tak henti-hentinya berbicara. Tapi Brian dan Nara senang karena anaknya itu selalu menceritakan apa yang terjadi padanya, tidak tertutup terhadap orang tua.

"Sampai," ujar Brian.

Nara dan Leon berseru gembira, karena baru kali ini Brian mengajaknya jalan-jalan bukan di hari libur.

"Kita langsung masuk ya," ucap Brian.
Brian menyewa tempat penginapan sederhana namun sangat nyaman dan sejuk, hanya untuk liburan hari ini saja, dan Brian tidak berniat menginap.

***

Hidden Marriage (SELESAI)Onde histórias criam vida. Descubra agora