1. YLS

4.2K 533 1.1K
                                    

Welcome new readers ... jangan lupa vote dan komen ya.

Kalo belom baca iceberg, ke sana dulu deh. Ini mah cerita pertamaku masih lebay wkwkwk
.
.
.

Berdiri di tepian dermaga, membentangkan kedua tangan dengan jemari yang mengait sebuah syal berkibar, gadis itu merasa tengah berada di sebuah film romansa. Netranya terpejam disertai kurva melengkung ke atas menikmati silir angin yang menggelitik dari segara di depannya.

Ah, rupanya dia benar-benar berada di tengah film romansa karena kini sebuah tangan perlahan menyentuh perut ratanya, diikuti bilah kenyal yang mendaratkan sebuah kecupan di pundaknya yang terekspos. Gadis itu bergeming merasakan sensasi asing yang kini hinggap di perut yang sukses menjalar ke seluruh inci tubuhnya.

Tunggu! Ini siapa? Apa dia semurahan itu sampai-sampai membiarkan skinship menyenangkan ini berlangsung? Pertanyaan yang muncul benar-benar menampar telak ulu hatinya.

Serta-merta gadis itu mengurai paksa pelukan tersebut lantas membalikkan tubuh dengan mata memicing guna menangkap si pelaku mesum nan manis ini.

Seandainya saja cahaya menyilaukan tidak menghalangi pandangan, tentu gadis itu sudah dapat melihat wajah si pelaku. Masih dengan rasa penasaran kelewat besar, dia mulai mendekatkan wajah dengan sesekali mengerjap menetralkan cahaya yang masuk pada retinanya. Namun, nyaris saja wajah di depannya itu terkuak, sebuah teriakan menarik ilusinya dengan paksa.

BRUK ....

Bokongnya sukses mendarat di lantai dingin dengan bilah otomatis ber-aw ria mengaduh kesakitan. Matanya menatap penuh kebencian pada jam beker yang menjerit di atas nakas seolah benda bulat itu tersangka utama dari berakhirnya film romansa yang dia perankan di dalam mimpi.

Sial, ini mungkin efek terlalu lama menjomlo. Masih dengan aduhan dan geliatan malas, gadis itu mencoba fokus pada benda bulat itu. Jarumnya masih menunjuk ke angka tiga.

"Apa? Masih pukul tiga?" pekik sang gadis sambil menggosok kedua mata, lalu meraih benda bulat itu dan menyamakannya dengan jam yang ada di layar ponsel.

"Yak! Yoo Eunjung sialan!" umpatnya, terbayang wajah bulat sang sahabat yang sedang tertawa terbahak-bahak, "awas, ya!"

Han Yoora nama gadis itu, bermata indah dengan double eyelid yang jarang dimiliki orang Korea, berwajah tirus dan berhidung mancung ditambah bibir pink alami, ah, dapat dikatakan dia itu gadis yang cantik. Hanya saja kecantikannya tidak terlihat karena dia memilih berdandan seperti laki-laki. Dia sangat menyukai sweater kebesaran, celana robek, topi, dan lolipop.

Mencoba mengatupkan kembali netranya yang telah terbuka sempurna, Yoora hanya bisa berdecak geram karena dengan sialannya kedua pelupuk itu enggan kembali tertutup. Bahkan, cara lawas dengan menghitung domba imajiner yang meloncat dalam otak pun tak berhasil. Tubuhnya berguling ke kiri dan kanan--kesal sendiri--lalu memutuskan untuk duduk dan merancang aksi balasan untuk Eunjung di sekolah besok.

Tak salah lagi, dalang dari distelnya jam beker di angka tiga pagi itu pastilah Eunjung. Kemarin sore gadis itu berkunjung ke rumahnya dengan binar penuh semangat menceritakan sebuah misi pernyataan cinta yang entah ke berapa kali—Yoora bahkan tidak tertarik mengetahui yang ke berapa saking terlalu seringnya—dengan binar kelewat semangat disertai lonjakan-lonjakan tubuh penuh percaya diri, Yoora hanya menimpali dengan gumaman tidak jelas. Hal itu tentu membuat Eunjung dongkol setengah mati hingga terbesit dalam sirkuit otaknya untuk menjahili sang sahabat yang terlampau dingin itu. Hasilnya, dia harus berbangga diri karena ulah kejahilannya sukses membuat Yoora terjaga sampai pagi.

Yoora berdecak kesal, menatap pantulan dirinya di cermin dengan kantung mata menggelayut hitam persis seperti panda. Berkali-kali dia mengutuk Eunjung dengan tangan sibuk memijat kantung matanya berharap gadis itu tersedak dalam tawa yang sebalnya begitu terpeta dalam bayangan.

YOONGI'S LOVE SCENARIO || MYG ||Where stories live. Discover now