25 YLS

1.1K 204 539
                                    

Yoora pikir, Yoongi itu pemuda yang cukup licik. Bagaimana bisa dia menyatakan cinta sesaat setelah dia menciumnya dengan begitu rupa? Dan bodohnya, seakan terhipnotis, kepala Yoora manggut-manggut saja menerima.

Ah, Yoora bahkan tidak tahu seberapa merah kedua bongkah pipinya kala dia memasuki rumah sementara Woobin menatapnya penuh curiga.

"Noona kenapa senyum-senyum seperti itu?" tanyanya sambil memicingkan mata. "Yoongi hyung sudah pulang?"

"Ya."

"Kenapa kau menyentuh bibirmu terus? Apa hyung menciummu Noona?" tuduhnya dengan mata menilik penuh telisik. Woo Bin itu anak yang terlalu blak-blakan, aduh.

Bagaimana cara Yoora mengelak jika apa yang Woobin katakan itu seratus persen benar? Barang kali cara yang paling ampuh adalah mengulum senyum dan memilih langsung ke kamar tanpa menjawab.

Dalam degup anomali dengan kroma merah muda yang masih menyisakan desir, Yoora mulai membersihkan wajah dan terkikik geli kala jari-jemarinya menyentuh bibir yang terlihat membengkak.

Ya ampun kenapa sensasi bibir Yoongi masih terasa?

Sebutlah keduanya budak cinta baru. Yoora bahkan tidak bisa berhenti tersenyum saat dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Terlebih sebuah pesan manis kini terlihat pada layar ponselnya.

Kim Yoongi
Ra-ya, aku sudah sampai rumah, dan tahu tidak? Aku sudah merindukanmu lagi.

"Nado nado nado," jawab Yoora seraya menyebunyikan wajahnya di balik bantal."

Senyum masih mengembang dengan jari-jemari mengetikkan sesuatu kala sebuah ketukan terdengar di pintu.

Itu Woobin yang kini menyembulkan kepala di balik pintu.

"Noona, aku ingin ngobrol denganmu, bolehkan?"

"Tentu saja, ayo kemari!" jawab Yoora menepuk tempat kosong di sebelahnya.

Sebutlah Woobin memang adik tiri Yoora, tetapi hubungan mereka begitu dekat layaknya saudara kandung. Omong kosong dengan perkataannya pada setiap orang kala dia ingin menikahi Yoora kalau sudah besar nanti. Menurut gadis itu, Woobin hanya cemburu dan tidak mau perhatian padanya terbagi. Kedua kakak beradik itu menghabiskan malam dengan mengobrol dan tertawa hingga ketiduran.

Hari berganti, pagi buta Yoora sudah diajak sang ibu ke pasar tradisional. Keluarganya akan pulang ke Busan nanti sore. Sudah kebiasaan keluarga, mereka akan menghabiskan satu hari dengan memasak dan makan bersama di rooftop.

Sekitar dua jam waktu yang Yoora dan sang ibu habiskan di pasar untuk membeli bahan makanan. Yoora harus kembali tersenyum dan berdecak kagum kala tungkainya menjejak rumah, dia disambut senyuman Yoongi yang saat itu sedang mengobrol seru dengan sang ayah. Dulu Yoora pikir pemuda itu orang yang dingin, kenyataannnya dia begitu mudah bergaul dengan keluarganya.

Yoongi mendekat dan segera menyahut tas belanjaan yang Yoora bawa dengan tangannya yang sehat.

"Kenapa tadi malam tidak membalas pesanku? Aku khawatir kau sakit." bisiknya lembut.

"Mian, kemarin tidak sempat kubalas karena Woobin datang ke kamarku."

"Dia pasti menginterogasimu, ya?"

"Dia hanya rindu Noona-nya yang sudah direbut." Kekeh Yoora.

"Direbut oleh pemuda tampan di hadapanmu ini kan?" jawab Yoongi. "Eomma titip salam untukmu, dan alasanku kemari selain rindu padamu, yaitu untuk memberikan ini pada Paman," imbuhnya menunjuk tas karton tebal yang ada di meja, dia membawanya dan menyerahkan pada Donggun yang sedang menyiapkan pembakaran untuk barbeque

YOONGI'S LOVE SCENARIO || MYG ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang