14 ~ Tampak Mengecewakan

59K 2.5K 54
                                    

"Orang dengan mudah mengatakan mengikhlaskan, tapi tidak pernah merasakan rasanya menjalankan"

~Dyandra~

"Pulang, udah siang tambah panas," ucap Althaf yang menemani Dyandra selama satu jam. Dyandra hanya membalas gelengan pelan, dia sedang enggan berbicara.

"Pulang sekarang," ajak Althaf dan membantu Dyandra berdiri.

  Dyandra menuruti perkataan Althaf dengan pasrah dan mulai berdiri pelan-pelan, tapi saat berdiri dia merasakan pusing di kepalanya.

  Dyandra memegang kepalanya sambil menutup matanya sebentar. Dadanya terasa sesak dan saat membuka matanya kembali, ia melihat sekitar seperti berputar-putar, "Bentar," ucap Dyandra pelan dengan suara seraknya.

"Kenapa?" jawab Althaf sambil melirik Dyandra yang memejamkan matanya.

Gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Pusing," balas Dyandra sambil memegang kepalanya, menggunakan sebelah tangannya.

"Pusing?" tanya Althaf sembari memegangi dahi Dyandra dengan punggung tangannya. Benar saja, badannya sedikit panas. "Mau ke dokter dulu?"

"Istirahat di rumah aja," jawab Dyandra pelan.

  Althaf mengangguk paham dan mulai membantu gadis itu berjalan menuju parkiran. Mereka berjalan melewati gundukan-gundukan tanah, tak banyak gundukan tanah yang mereka lewati ditumbuhi rumput liar. Hingga mereka sampai di parkiran motor, tak jauh dari mereka ada seorang ibu dan anaknya yang sepertinya sedang ziarah makam seseorang.
 
   Ibu itu menangis memeluk nisan makam tersebut, sedangkan anaknya memeluk ibunya dan berkata 'Jangan nangis, kan macih ada aku'. Dyandra yang melihatnya, kembali menitihkan air mata. Mengingat bundanya yang kini pergi menyusul Deandra.

  Althaf melirik Dyandra yang sedang melihat sesuatu dan matanya tertuju pada seorang ibu dan anak tadi.

"Nangis lagi, hmm?" tanya Althaf sambil mengusap air mata gadis itu.

"Gue kangen Bunda ... hiks," bukannya berhenti, tetapi Dyandra tambah menangis.

   Gadis itu menangis tersedu-sedu menumpahkan segala kesedihannya. Cowok itu menghela nafas berat, susah ternyata kehilangan sosok yang berharga itu dalam kehidupan.

"Semua aja pergi ... hiks, semuanya aja diambil ... hiks ...," ungkap Dyandra disela-sela tangisannya.

"Kenapa bukan gue ... hiks ... kenapa bukan gue ... hiks, gue benci! Kenapa bukan gue yang MATI!" ujar Dyandra lagi, dia lebih meninggalkan dari pada ditinggalkan. Memang egois bukan dia? Dia tidak memikirkan perasaan orang yang dia tinggalkan.

   Rasanya, Althaf seperti memiliki adik kecil yang cengeng.

"Jangan ngomong gitu, masih ada Abang lo, Om Tama, sahabat-sahabat lo," jawan Althaf, dia menghela nafas gusar.

  Tidak ada sahutan dari Dyandra, tangisannya lama kelamaan mulai berhenti.

"Kita pulang, lo butuh istirahat," ajak Althaf sambil menarik gadis itu  menuju motornya.

~Dyandra~

  Dyandra turun dari motor Althaf saat berada di depan gerbang rumahnya. Ada sebuah tenda di depan rumahnya dan bendera kuning terpampang di sana. Banyak orang yang datang dan pergi dari rumahnya itu.

Dyandra [NEW VERSION] Where stories live. Discover now