30 ~ Datang

44.9K 2.1K 178
                                    

Althaf menuju parkiran sekolah, dia naik ke motornya dan langsung membawanya ke rumah sakit yang diucapkan Novan tadi. Sebelum ke rumah sakit, tak lupa dia berhenti sejenak di minimarket untuk membeli sesuatu. Dia simpan di dalam saku jaket bagian dalam. Sebenarnya dia malas membeli sesuatu dulu, tapi mengingat mulut gadis itu yang cerewet lebih baik dia datang tidak dengan tangan kosong.


Cuaca berawan memberi kesan sejuk di sore hari. Ditambah banyak pengendara yang sibuk berlalu lalang kesana-kemari dengan tujuan yang berbeda-beda.

Dyandra sekarang berada di dalam ruang rawat ditemani Bi Nuni, asisten rumah tangga yang baru saja datang kemarin dan menemaninya seharian ini selagi sang abang pergi sekolah. Kondisinya sekarang sudah membaik, hanya saja masih terlihat wajah pucatnya dan juga badannya yang masih hangat. Tama, papanya kemarin sudah sampai di Bogor jam 23.00 WIB dan langsung menuju rumah sakit melihat kondisi anaknya itu. Sekarang sedang pulang ke rumah untuk beristirahat karena kelelahan terbang dari Manado langsung ke Jakarta dan naik mobil menuju Bogor.

Mata Dyandra terarah pada pintu yang baru saja dibuka, dia pikir itu abangnya tetapi bukan. Suster tersebut masuk ke ruangan Dyandra sambil membawa troli makan, lalu pamit pergi lagi.

"Mau makan Nak Dyandra?" tanya Bi Nuni melihat nampan berisi makanan  yang diantarkan suster tadi.

"Emm ... nanti dulu deh," jawab Dyandra, ingin rasanya ingin kabur dari rumah sakit. Makanannya terlalu hambar dan membuatnya tidak selera.

"Ya sudah"

"Bi Nuni makan aja dulu di kantin rumah sakit, Dyandra engga apa-apa sendiri di sini. Bi Nuni belum makan kan," jelas Dyandra, takutnya Bi Nuni nanti ikut sakit sepertinya.

"Ah, Bi Nuni gampang bisa nanti makannya," kata Bi Nuni yang duduk di kursi sebelah Dyandra.

"Engga boleh, sekarang Bi Nuni makan aja dulu"

"Ya sudah, Bi Nuni makan dulu, ya. Kalo ada apa-apa telepon aja," ujar Bi Nuni memperingati anak majikannya.

"Iya, Bi"

Bi Nuni berjalan keluar ruangan  rawat Dyandra. Dyandra yang sedang duduk di atas kasur itu menghela nafas karena bosan, tidak ada orang lagi di ruang itu selainnya. Banyak makanan di meja sampingnya yang dibelikan oleh Abangnya serta papanya. Juga dari sahabat-sahabatnya yang datang pagi hari sebelum pergi ke sekolah.

Tatapan matanya terarah ke pintu, berharap ada yang datang. Setelah beberapa menit bergelut dengan pikirannya sendiri, sekarang tatapan matanya teralih ke arah sebelah tangannya yang di infus. Masih teringat, rasa sakit saat memasang infus tersebut. Dyandra merasa sedikit haus dan tangan kanannya mencoba meraih gelas yang cukup jauh, susah digapai karena infus yang terpasang di lengannya. Dia menggeserkan badannya agar dapat mencapai gelas tersebut hingga tidak tersadar ada seseorang yang baru saja masuk.

"Ish, jauh banget sih itu gelas," keluh Dyandra seraya meraih gelas tersebut.

"Kalo susah, bilang. Minta tolong sama orang"

Gadis itu terhenti sejenak, suara yang sangat dia kenal. Tatapannya yang awalnya pada gelas beralih ke suara tersebut.

"Atap Genteng?" tanya Dyandra yang terkejut, kapan Althaf masuk ke ruangannya.

"Sakit aja masih tengil," jawab Althaf, lalu berjalan mendekati Dyandra dan membantunya mengambilkan gelas.

"Nih," ujar Althaf seraya memberikan gelas yang tadi ingin gadis itu ambil.

"Makasih," jawab Dyandra mengambil gelas tersebut dan meminumnya sedikit.

Setelah Dyandra minum, Althaf kembali membantu gadis itu menaruh gelasnya.

Dyandra [NEW VERSION] Where stories live. Discover now