26 ~ Kakak kelas

48.2K 2.1K 93
                                    

Setelah Alisa mengamuk tempo hari, kini Alisa semakin nempel dengan Althaf, selalu mengikuti langkah cowok itu kemana-mana. Kehadiran mereka berdua selalu menarik perhatian banyak pasang mata, Althaf tidak menyukai itu.


Alisa dan Althaf berjalan masuk ke dalam kantin yang ramai, banyak tatapan tidak suka melihat Alisa yang menggandeng tangan Althaf. Althaf beberapa kali menoleh ke lengan kirinya yang digandeng Alisa karena itu membuatnya merasa terganggu.

Sudah beberapa kali Althaf menolak, tapi Alisa semakin memperkuat gandengannya membuat Althaf pasrah. Masalah kemarin yang Alisa marah-marah pada Dyandra, membuat Althaf dimarahi abis-abisan oleh papahnya karena Alisa yang mengadu. Banyak masalah yang datang saat Alisa kembali di hidupnya, dia ingin secepatnya membereskan masalah ini karena dia tau masalah lain akan menghampirinya.

"Kita mau kemana sih?!" tanya Alisa yang berjalan masuk ke kantin sambil menggandeng lengan kanan Althaf.

"Mau duduk di sana," tunjuk Althaf pada meja pojok yang biasa dia duduki, ada teman-temannya dan juga Dyandra serta sahabat-sahabatnya.

"Aku engga mau!" tolak Alisa, dia tidak ingin bergabung dengan Dyandra.

"Engga mau? Ya udah engga usah ikut, bagus," Althaf melepas tangan Alisa dan berjalan menuju meja yang di duduki teman-temannya.

Alisa nampak berpikir sejenak, jika dia membiarkan Althaf sendiri, maka membuat Althaf semakin dekat dengan Dyandra. "Ya udah, duduk di sana."

Althaf melangkahkan kakinya mendekati meja itu, matanya bertubrukan dengan mata Dyandra sebentar dan lalu diputuskan oleh gadis itu.

"Gue gabung, ya," ucap Althaf.

Semuanya menoleh ke sumber suara, membuat obrolan mereka terhenti dan melihat ke sebelahnya.

Arkie menjawab, "Duduk aja, masih banyak yang kosong."

Althaf duduk di meja pojok dan Alisa mengikutidi sebelahnya. Dia tidak ingin makan karena seleranya makannya hilang.

"Kunaon?" tanya Anzero karena suasana tiba-tiba hening. [Kenapa]

Rachel menoleh ke arah Anzero, "Kak Anzero bisa bahasa Sunda?"

"Baru belajar dikit-dikit, biar kalo ngomong sama orang Sunda ngerti. Masa udah beberapa tahun tinggal di Bogor engga ngerti bahasa Sunda," jelas Anzero, matanya melirik ke arah Alisa sebentar.

"Owh ... gitu pantes aja kalo ngomong suka campur sama Sunda," timpal Nazwa, ia mengaduk makanan miliknya.

"Kalian bisa bahasa Sunda?"

"Bisa dikit," jawab Rachel seraya mendekatkan ibu jari dan telunjuk memperagakan sedikit. "Kalo Dyandra payah bahasa Sunda."

Dyandra yang merasa tersindir hanya menatap tajam Rachel.

"Coba ngomong aya naon iye teh?" suruh Rachel menantang Dyandra. [Ada apa ini]

Dyandra menatap abangnya minta pembelaan, tetapi abangnya itu malah tertawa kecil melihat wajahnya yang melas. Dia mendengus kesal.

"Oke," balas Dyandra, dia tidak bisa mengelak. Apa yang harus dia omongakan aja sudah lupa.

"Em apa tadi? An-ana eh bukan aya na-naon iyu teh?" balas Dyandra dengan terbata-bata. Dia menggaruk lehernya yang tidak gatal.

Dyandra [NEW VERSION] Where stories live. Discover now