36 ~ Bocah

38.8K 1.8K 53
                                    

Arkie memasuki rumahnya yang sepi, sepertinya adiknya berada di kamarnya. Badannya cukup lelah setelah berkemah selama tiga hari di puncak. Matanya melirik ke arah tangga, dia tersenyum kecil karena adiknya belum tau jika dirinya sudah pulang. Adiknya itu tau jika dirinya akan sampai malam hari di rumah.

Bi Nuni berjalan dari arah dapur karena mendengar suara langkah kaki.

"Nak Arkie udah pulang? Katanya nyampenya malem," tanya Bi Nuni. "Eh ada Nak Althaf juga."

"Engga, Bi, sore udah nyampe. Dyandra mana, Bi? Tidur?" tanya Arkie, dia meletakkan tas ranselnya di atas meja.

"Engga, Nak Dyandra ada di kamarnya," jawab Bi Nuni sambil melirik ke lantai atas.

"Tasnya Bibi bawa, ya. Isinya baju kotor, 'kan?"

Arkie mengangguk.

"Nak Althaf mau minum apa?" seru Bi Nuni sambil mengangkat tas ransel dari meja.

Althaf menggeleng, "Engga usah, Bi, engga akan lama."

"LOH ABANG UDAH PULANG???"

Althaf, Arkie dan Bi Nuni kompak menoleh ke arah tangga paling atas. Ada Dyandra yang berjongkok di tangga menatap ke lantai bawah. Gadis itu memakai hoodie oversize berbulu berwarna coklat seperti beruang. Tak lupa tudungnya yang berada di kepalanya.

"KOK ENGGA BILANG SIH?!"

"Sini turun," panggil Arkie sambil mengayunkan tangannya meminta adiknya mendekatinya. Dia kira suaranya tidak akan terdengar sampai lantai atas.

"Bibi ke belakang dulu, ya," pamit Bi Nuni.

"Iya, Bi," jawab Arkie sambil menoleh ke arah Bi Nuni sebentar.

Dyandra bangkit berdiri dan menuruni tangga dengan cepat. Suara ketukan cepat terdengar dari sendal yang dia pakai. Gadis itu menuruni tangga dengan semangat melihat kepulangan abangnya.

"Abangggggg!"

"Dek, pelan-pelan turunnya nanti jatuh," tegur Arkie yang khawatir melihat adiknya yang begitu terburu-buru menuruni anak tangga. "Hati-hati."

Dyandra tidak mendengarnya, dia terus menuruni tangga dengan cepat. Dia berlari sambil sesekali berloncat gembira dan langsung memeluk abangnya.

"Kangen bangetttttt," gumam Dyandra sambil memeluk abangnya erat. Tudung yang berbentuk telinga beruang itu merosot karena gadis itu berlari. "Katanya pulang malem ish!"

Arkie terkekeh sambil membalas pelukan adiknya, "Niatnya mau ngagetin kamu. Kedengaran bukan suara Abang dari kamar kamu?"

Gadis itu melepas pelukannya dan menganggukkan kepalanya, "Soalnya pintu kamar Dy dibuka, engga ditutup jadinya kedengeran samar-samar."

Arkie menaikkan tudung berbentuk telinga beruang itu kembali ke kepala adiknya.

"Udah makan?" tanya Arkie, dia menoleh ke belakang.

Gadis itu memiringkan badannya, penasaran dengan apa yang ada di belakang abangnya, "Udah tadi siang ...."

"Loh, kok tiba-tiba ada dia?" tanya Dyandra sambil menunjuk Althaf yang berada di belakang abangnya. Dia benar-benar tidak sadar jika ada Althaf.

"Lo buta?" tanya balik Althaf. Membuat gadis itu mendengus kesal.

Althaf memang merasa tidak salah jika memanggil gadis itu anak kecil, bocil ataupun bocah. Dia melihat gadis itu bertingkat seperti anak kecil tadi. Dia juga bingung, sepertinya gadis itu memiliki dua kepribadian atau bagaimana. Terkadang galak, keras kepala, tidak mau mengalah, tapi dia melihat gadis itu bertingkah manis. Tapi wajahnya langsung berubah lagi ketika menyadari keberadaannya.

Dyandra [NEW VERSION] Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora