32 ~ She

44K 1.9K 35
                                    

Althaf mengupas kulit apel potongan kedua. Dyandra terus memperhatikan kulit apel yang sedang dia kupas.

"Ribet amat sih harus dikupas kulitnya," dumel Althaf, matanya fokus pada kedua tangannya yang sedang bekerja.

"Lagi pengen," balas Dyandra yang masih fokus memperhatikan apel yang sedang dikupas.

"Biasanya engga dikupas?" tanya Althaf melirik gadis itu sebentar.

Dyandra mengangguk, "Iya."

Dia melotot dan langsung membungkam mulutnya.

"Jadi lo ngerjain gue?!" Althaf berhenti mengupas, dia menatap gadis itu dengan tajam.

Dyandra langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat sambil terkekeh, "Enggaaa."

Althaf kembali mengupas sisa bagian yang belum dia kupas. Pisau di tangan kanannya bertukar dengan buah apel yang sudah selesai dia kupas.

Gadis itu membuka mulutnya, Althaf mengulurkan potongan apel ke depan mulut gadis itu. Dyandra menggigit setangah bagian dan mengunyahnya. Lalu kembali memakan setengah bagian lagi. Dia bergumam senang sambil mengunyah apel yang rasanya manis itu.

"Mau pir," pinta Dyandra menunjukkan buah pir yang berada di piring kecil yang sedang dia pegang.

"Gue tamu malah dijadiin babu," sindir Althaf, dia mengambil pir dan memotong menjadi empat bagian juga.

"Kapan lagi coba," jawab Dyandra sambil tertawa.

"Lo doang yang berani jadiin gue babu"

Dyandra mengibaskan rambutnya sambil terkekeh, dia menyombongkan diri, "Oh iya dong, ordal gue kuat."

Orang dalam yang dia maksud adalah abangnya. Althaf mengupas buah pir sesekali melirik ke arah TV.

"Buka mulut lo," suruh Althaf sambil mengulurkan tangan kanannya ke depan mulut gadis itu.

Dyandra membuka mulutnya, matanya menatap ke arah TV yang sedang menyiarkan tentang misteri-misteri yang terjadi di dunia.

"Manis pirnya, lagi-lagi," pinta Dyandra, kapan lagi menyuruh Althaf.

Althaf menghela nafas gusar, dia kembali mengambil potongan pir.

Ting!

Ting!

Ting!

Ting!

Dyandra menoleh ke arah Althaf saat mendengar notifikasi hp cowok itu.

"Widih spam chat dari kekasih tercinta," ledek Dyandra yang langsung mendapat tatapan tajam.

"Kupas sendiri buahnya," Althaf mengulurkan pir dan pisau ke arah gadis itu.

"Iya-iya engga lagi bercanda, lanjutin ngupasnya," Gadis itu menyengir, dia mendorong tangan Althaf.

Althaf mendengus, dia kembali mengupas buah pir.

Sebenarnya banyak telepon dan juga pesan dari Alisa yang dia abaikan dari tadi. Menanyakan dimana dirinya sekarang dan lain-lain. Althaf tidak mengangkat telponnya maupun membalas pesan Alisa.

Terdengar suara deringan telepon dari saku celananya, membuat Althaf menghela nafas panjang. Dia mengabaikan seolah tidak mendengar apa-apa. Dyandra menoleh sebentar ke arah Althaf dan kembali menonton TV.

Suara deringan berhenti selama beberapa detik, tidak lama terdengar lagi suara deringan telepon. Althaf tetap acuh, tetapi gadis di sebelahnya risi merasa terganggu karena sedang menonton TV, dering telepon Althaf tak mau berhenti.

Dyandra [NEW VERSION] Where stories live. Discover now