Pencak Silat

9.1K 462 27
                                    

Di setiap hari setelah Angkara pulang sekolah. Ia selalu melakukan rutinitasnya bersama Arjuna yaitu latihan pencak silat. Angkara sudah mulai latihan sejak ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar, begitu pun dengan Arjuna. Bahkan sekarang Arjuna sudah menguasai sabuk tertinggi dalam pencak silat yaitu sabuk hitam. Angkara juga sudah menguasai sabuk hitam, namun ia masih di dasar dan belum setinggi Arjuna. Terlebih lagi Angkara adalah anak yang manja, jadi ia jarang sekali melatih kembali kemampuannya dengan keras.

Sepulang sekolah, Angkara dan Arjuna harus pergi ke tempat latihan silat yang berada cukup jauh dari rumah mereka. Padepokan itu adalah milik teman Arjuna dan mereka kini sudah berada di padepokan  yang sudah ramai dan tempatnya cukup besar.

"Hai bang Kai!" Sapa Angkara kepada teman Arjuna pemilik tempat padepokan pencak silat.

"Hai Ra, kan abang udah bilang sama kamu. Kalo udah banyak orang jangan panggil abang, bang Kai dong Ra. Kan gak enak dengernya, udah ganteng-ganteng kaya gini dibilang bangkai." Gerutu Kai karena Angkara selalu memanggilnya dengan sebutan abang yang jika digabung dengan nama Kai akan menjadi bangkai.

"Ganteng liat dari sedotan kali Kai-Kai!" Jawab Arjuna sembari duduk di dekat Angkara dan Kai yang sedang duduk di bangku panjang di bawah pohon besar.

"Ah lo mah dari dulu emang enggak ngakuin kegantengan gue. Tapi abang emang ganteng kan Ra?"

Arjuna dan Kai memang sudah berteman sedari duduk di bangku Sekolah Dasar sampai sekarang. Mereka bukan lagi seperti teman, melainkan sudah seperti keluarga. Diantara mereka ada satu orang lagi yaitu Karan.

"Iya bang Kai ganteng kok, kaya oppa-oppa." Jawab Angkara diakhiri dengan senyuman.

"Haha, macam mana pula kau ini Ra, kalo bicara selalu benar. Si Kai itu emang mirip sama opung-opung." Ucap Karan yang baru datang sembari tertawa dan menghampiri mereka bertiga. Angkara dan Arjuna pun tertawa mendengar perkataan Karan yang keturunan Batak.

"Woy gila lo, baru dateng cari perkara! Maksud si Rara itu mirip oppa korea, bukan kaya opung lo yang keriput!" Jawab Kai terkekeh. Angkara dan Arjuna pun tertawa mendengarnya.

"Eh Kai kau jangan suka menghina opungku, di tendang opungku mental kau!"

"Udah-udah! Kenapa jadi bahas opung-opung sih? Oh iya, aku mau tanya deh, kenapa sih nama kalian bertiga itu sama kaya nama pemain film?" Tanya Angkara pada Arjuna, Kai dan Karan.

"Kalo abang sih jelas Ra, abang itu kan ganteng kaya artis korea." Jawab Kai dengan percaya diri.

"Haha macam betul kau ini Kai! Kalo aku sih dulu kata mak ku, waktu aku masih di dalam perut. Mak ku suka sekali sama film India, apalagi yang pemeran yang jadi Karan. Katanya Karan itu orangnya ganteng, makanya mak ku kasih nama aku Karan biar gantengnya mirip sama artis India." Jawab Karan yang sempat mengejek Kai.

"Haha. Ada-ada aja deh. Kalo bang Jujun kenapa?" Tanya Angkara sembari melirik Arjuna.

"Dulu kata almarhum ibu, ibu suka banget sama film India masa kerajaan. Apa lagi sama yang namanya Arjuna, katanya orangnya ganteng, hebat, juga disukain banyak perempuan. Makanya ibu kasih nama abang, Arjuna." Jawab Arjuna diakhiri dengan senyuman tipis.

Angkara dan Arjuna adalah anak yatim piatu. Ayah dan ibunya meninggal dunia karena kecelakaan saat Angkara masih duduk dibangku Sekolah Dasar dan Arjuna masih duduk di bangku SMA.

"Ibu-ibu jaman dulu emang penggemar film ya?" Ucap Angkara.

"Iya, aku juga sampe kalah sama mak ku kalo nonton film. Aku mau nonton film bola, mak ku mau nonton film India. Kalo aku ambil remot tv nya, mak ku malah melototin aku kaya mau telan anaknya sendiri. Jadilah aku mengalah sama mak ku, emang semua mak itu the power of emak-emak." Jelas Karan dengan begitu detail sampai membuat yang lain tertawa.

BALAS DENDAM! ✔Where stories live. Discover now