Membela Kebenaran

6.6K 361 8
                                    

Pagi hari ini Angkara sudah siap untuk pergi kesekolah. Angkara berpenampilan seperti sebelumnya. Saat Angkara hendak keluar rumah, tante Indah memanggil Angkara dan Angkara pun menghentikan langkahnya.

"Rara!" Panggil tante Indah sembari membawa kotak makan di tangannya. "Kok kamu malah pake topi lain, bukan topi sekolah?" Tanya tante Indah.

"Udah aku bilang tante gak perlu ikut campur urusan aku! Yaudah aku berangkat dulu." Ucap Angkara dengan tegas.

"Tunggu! Ini tante udah siapin bekel makanan kesukaan kamu. Kamu kan belum sarapan." Ucap tante Indah sembari memberikan kotak makan pada Angkara diakhiri dengan senyuman.

"Gak usah. Aku bisa makan di kantin." Ucap Angkara ketus sembari beranjak pergi meninggalkan tante Indah dan tante Indah pun hanya menatap sendu Angkara. Lalu Angkara pun pergi kesekolah.

💀☠️💀

Pintu gerbang sekolah sudah terbuka lebar. Murid dan guru pun sudah berdatangan. Saat Angkara memasuki pintu gerbang, entah mengapa semua pasang mata melihat kearahnya. Bahkan ada yang berbisik sembari melihat kearah Angkara, namun meski Angkara merasa semua orang memperhatikannya. Angkara tidak bergeming dan terus mengendarai sepeda motornya menuju tempat parkir.

Setelah Angkara memarkirkan sepeda motornya, Angkara langsung berjalan menuju kelasnya. Tetapi saat Angkara hendak menaiki anak tangga, seorang guru memanggilnya dan itu ternyata adalah bu Asih.

"Angkara!" Panggil bu Asih sembari menghampiri Angkara dari arah sebelah kiri.

Angkara yang hendak melangkahkan kakinya pun akhirnya tidak jadi dan kembali menurunkannya lalu menoleh kearah bu Asih.

"Angkara kenapa kamu sekarang jadi kaya gini? Sekarang kamu ikut ibu. Bapak kepala sekolah manggil kamu ke ruang guru." Ucap bu Asih.

"Ngapain bu? Saya kan gak ada urusan sama pak Kepsek." Jawab Angkara dengan santai.

"Kamu kemaren udah bikin masalah sama Azura. Azura ngelaporin ulah kamu kemaren ke papahnya dan papahnya ngelaporin itu ke pak kepala sekolah. Lagian kamu itu kenapa? Dulu kamu kebanggan sekolah ini, tapi sekarang malah sebaliknya."

"Dasar! Mentang-mentang anak pemilik sekolahan dia bisa-bisanya fitnah gue. Liat aja apa yang bakal gue lakuin sama dia." Gumam Angkara dalam hati dengan sorotan mata yang tajam.

"Yaudah ayo!" Ucap bu Asih. Lalu bu Asih berjalan terlebih dahulu dan Angkara mengikuti dari belakang.

"Huu... Makanya jangan macem-macem sama gue!" Teriak Azura yang berada di lantai dua sembari tersenyum menyeringai. Namun Angkara tidak bergeming karena ia tahu itu adalah suara Azura.

Saat Angkara sudah sampai di ruang guru, Angkara pun langsung masuk dan terlihat ada beberapa guru di dalam termasuk pak kepala sekolah dan kepala yayasan yang tidak lain adalah orang tua dari Azura.

"Angkara ayo duduk." Ucap pak kepala sekolah bernama bapak Sumadi. Lalu Angkara pun duduk berhadapan dengan pak Sumadi dan disofa sebelah kanan ada kepala yayasan yang bernama pak Mirza.

Saat itu juga Azura dan kedua temannya mengintip dari balik pintu dengan senyuman menyeringai. Bahkan beberapa murid yang penasaran pun ikut mengintip dari balik pintu dan mengabadikan dengan ponsel mereka.

"Angkara... Apa yang udah kamu lakuin sama Azura kemaren itu udah keterlaluan. Kenapa kamu bisa berubah jadi anak yang kasar kaya gini? Dulu kamu kebanggaan sekolah, tapi apa yang udah kamu lakuin kemaren itu bikin malu sekolah ini. Reputasi sekolah bisa hancur cuma karna kejadian kemaren. Kamu tau itu kan? Karna itu udah termasuk tindakan kriminal." Jelas pak Sumadi dengan tegas.

BALAS DENDAM! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang