BALAS DENDAM!

8.3K 430 13
                                    

3 Hari kemudian...

Setelah kepergian Arjuna, hidup Angkara menjadi gelap. Hatinya kini seakan berubah menjadi kepingan baja. Tak akan ada lagi yang bisa menyentuhnya tanpa seizinnya walaupun itu api sekalipun. Kini dihidup Angkara hanya ada warna hitam saja dan tak ada warna selain itu. Bahkan dirumah Angkara tidak ada lagi foto Arjuna yang terpajang. Semua foto Arjuna, Angkara simpan di dalam kamarnya.

Kini Angkara sedang berdiri di depan cermin dengan pakaian silat berwarna hitam lengkap dengan sabuknya juga yang berwarna hitam, rambut diikat satu dan Angkara memakai topi milik Arjuna yang berwarna hitam bertuliskan Demon di samping kiri topi tersebut. Padahal sebelumnya Angkara tidak pernah hanya mengikat satu rambutnya. Tapi mulai hari ini, ikat satu rambut itulah yang akan selalu Angkara bentuk. Setelah selesai bersiap, Angkara pun pergi ke padepokan.

Sesampai disana, Angkara langsung menghapiri Kai dan Karan yang berada di basecamb. Kai dan Karan pun terkejut dengan kedatangan Angkara yang berpenampilan sangat berbeda. Saat Arjuna masih ada, Angkara masih mengenakan pakaian silat berwarna putih meski seharusnya ia sudah mengenakan pakaian silat berwarna hitam dan Angkara selalu membentuk rambutnya kepang daun, namun kali ini hanya mengikat satu rambutnya. Bahkan dulu Angkara sangat tidak suka memakai topi selain topi sekolah, tetapi sekarang topi berwarna hitam seakan menyatu di kepalanya.

"Rara?" Gumam Kai dan Karan berbarengan karena terkejut dengan kedatangan Angkara secara tiba-tiba. Angkara pun masuk kedalam basecamb dan duduk menghadap Kai juga Karan.

"Kamu udah baikan Ra?" Tanya Kai pada Angkara.

"Bang Kai, gue kesini cuma pengen tau semuanya. Gue mau tau siapa yang udah nyebabin bang Arjuna meninggal, termasuk ayah juga ibu." Angkara langsung berbicara pada intinya tanpa menjawab pertanyaan Kai.

"Kau ini kenapa Ra? Kenapa gaya berbicara kau sama kita berdua berubah?" Tanya Karan yang masih bingung dengan perubahan yang terjadi pada Angkara dalam waktu singkat.

"Bukan itu tujuan gue kesini. Gue cuma mau kalian jelasin sejelas-jelasnya." Jawab Angkara dengan nada tegas.

"Oke bakal abang jelasin. Yang nyebabin ayah dan ibu kamu meninggal sepuluh tahun yang lalu adalah geng anak sekolah yang pakai jaket warna hitam dan ada gambar tengkorak kepala yang dililit naga dibagian belakang jaket itu dan geng yang sama juga yang udah bikin Arjun meninggal tiga hari yang lalu."

"Iya gue masih inget gambar itu waktu ayah sama ibu kecelakaan tabrak lari. Tapi kenapa bang Arjuna juga meninggal dan penyebabnya geng yang sama?"

"Dulu Arjun tidak bisa menerima kepergian orang tua kau. Dia mau balas dendam atas kepergian orang tua kau. Meski sudah ada bukti saat terjadi kecelakaan orang tua kau dan geng itu bisa dilaporkan ke polisi, tapi Arjun melarangnya, katanya dia tak akan semudah itu menghukum orang yang sudah membuat orang tuanya meninggal. Selama ini Arjun mencoba mencari tau tentang geng itu dan memberikan teror. Kita berdua pun ikut membantunya, tapi puncaknya kemarin tiga hari yang lalu. Geng itu tau dan tidak terima. Mereka mengajak Arjun bertemu, kita berdua juga ikut dengan Arjun. Tapi geng itu datang berkelompok dan kita hanya tiga orang saja. Mereka juga bawa senjata tajam, tapi diawal kita bisa mengalahkan mereka sampai mereka tidak memegang senjata tajam lagi. Tapi saat Arjun mau memberi pelajaran pada ketua geng itu, dari belakang ada yang melempar batu besar kearah belakang kepala Arjun dan Arjun langsung terjatuh dengan kepala bagian belakang yang sudah dipenuhi darah." Jelas Karan.

"Kurang ajar!" Gumam Angkara dengan nada suara kesal sembari mengepalkan kedua tangannya. Dengan mata yang memerah menahan air yang hendak keluar. Angkara benar-benar tida bisa menerimanya.

"Kita punya bukti waktu kejadian kecelakaan Arjun. Kamu bisa laporin kejadian itu kepolisi." Ucap Kai.

"Enggak! Gue bakal ngelakuin hal yang sama kaya yang bang Arjuna lakuin. Gue gak bakal semudah itu ngasih hukuman kemereka dan Gue bakal bikin hidup mereka penuh penderitaan kaya yang gue alamin sekarang. Tujuan hidup gue sekarang cuma satu. BALAS DENDAM!" Ucap Angkara dengan nada suara penuh ancaman.

BALAS DENDAM! ✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant