Diam Meski Terdesak

7.1K 352 8
                                    

Pagi ini seperti biasanya Angkara selalu melakukan rutinitasnya yaitu pergi kesekolah. Angkara selalu diantar oleh Arjuna ke sekolah sebelum ia berangkat bekerja. Pagi ini seperti biasanya Angkara terlihat sangat cantik dengan rambut yang selalu dikepang daun dan pakaian yang sangat rapih.

"Pagi pak Udin..." Sapa Angkara kepada satpam laki-laki paruh baya yang selalu menjaga pintu gerbang diakhiri dengan senyuman.

"Eh neng Angkara, pagi neng." Jawab satpam itu diakhiri dengan senyuman.

"Pak satpam udah sarapan belum?"

"Kebetulan belum neng, soalnya istri bapak teh belum masak tadi dirumah."

"Ini pak untuk pak Udin. Tadi abang aku bikin roti isi, banyak. Dimakan ya pak, biar tambah semangat kerjanya!" Angkara memberikan kotak makan berukuran sedang yang berisi roti isi. Angkara memang sangat sering memberikan pak Udin sarapan saat Arjuna membuat makanan yang cukup banyak.

"Wah.. Makasih ya neng. Bapak teh jadi gak enak kalo sering-sering dikasih makanan sama neng Angkara." Pak Udin pun menerima kotak makan yang diberikan Angkara.

"Gak papa pak, aku malahan seneng. Yaudah kalo gitu aku masuk dulu ya pak? Jangan lupa dimakan! Nanti pulangnya aku ambil lagi kotak makannya."

"Iya neng, sekali lagi makasih ya?"

"Iya pak, permisi..." Ucap Angkara diakhiri dengan senyuman, lalu ia berjalan masuk kedalam.

Saat Angkara sedang menaiki anak tangga, terlihat diatas sudah ada tiga siswi yang menunggunya. Siapa lagi kalau bukan geng yang paling cantik juga sombong yaitu Azura, Vindyka dan Amel.

"Akhirnya putri solo dateng juga..." Ucap Azura dengan tangan dilipat didada dan menatap dengan tatapan sinis.

"Masternya nilai tapi kok kalo berangkat siang melulu sih, jangan-jangan keluyuran dulu lagi." Timpal Amel. Namun Angkara tidak menanggapi perkataan Azura dan Amel.

"Mana buku gue?" Pinta Azura saat Angkara sudah berada diatas. Lalu Angkara pun mengambil buku milik mereka bertiga yang ada di dalam tasnya dan memberikannya.

"Awas aja kalo sampe salah, kemaren gue masih maafin lo pas lo ngerjain soal Biolaogi yang salah. Tapi kalo sekarang lo salah ngerjain soal Matematika gue, liat aja nanti." Ucap Azura dengan nada penuh ancaman. Azura tidak berada satu kelas dengan Angkara. Angkara berada di kelas XI IPA 1, seangkan Azura berada di kelas XI IPA 2. "Cabut girls!" Lanjut Azura sembari pergi meninggalkan Angkara.

Angkara pun hanya menghela nafas berat. Meski Angkara sering sekali diperlakukan semena-mena dengan geng Azura semenjak ia masih berada di kelas X, tetapi Angkara tetap diam dan masih menerimanya. Karena Angkara hanya ingin hidupnya tenang tanpa ada masalah. Apalagi masalah dengan geng Azura, ia sangat tak ingin itu sampai terjadi.

Saat Angkara sedang berjalan menuju kelasnya, Angkara melihat Ayla sedang berjalan menuju kelas pula. Namun Ayla berjalan begitu tidak bersemangat dan terlihat lesu.

"Ayla!" Panggil Angkara sembari berjalan cepat menghampiri Ayla. Ayla pun berhenti dan menoleh ke arah Angkara. "Kamu kenapa Ay?" Tanya Angkara saat sudah bersebelahan dengan Ayla.

"Gak papa." Jawab Ayla tak bersemangat diakhiri dengan senyuman tipis.

"Pasti masih gara-gara kemaren ya?"

"Padahal aku udah susah banget nyari jam tangan itu Ra. Tapi jangankan dipake, diliat sama kak Giorgino juga enggak." Jawab Ayla tak bersemangat.

"Kamu bawa jam tangannya?"

"Bawa, emang kenapa?"

"Nanti aku coba kasih lagi ke kak Giorgino. Siapa tau aja, sekarang dia mau terima. Gimana?" Angkara selalu tidak tega jika harus melihat orang terdekatnya merasa sedih.

BALAS DENDAM! ✔Where stories live. Discover now