Jangan Pernah Melewati Batas!

7.4K 399 1
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi nyaring. Pertanda kalau jam pelajaran sudah habis dan waktunya pulang. Angkara mulai berjalan menuju lorong. Saat Angkara melewati kelas XII IPA 2, tiba-tiba Angkara di hadang oleh Azura, Vindyka dan Amel.

"Eh Angkara!" Panggil Azura sembari berdiri di pintu kelasnya dan Angkara pun berhenti tepat di hadapan Azura. Namun Angkara tidak menoleh ke arah Azura.

"Gue perhatiin kayanya ada yang berubah dari lo. Gue denger-denger katanya tadi lo dihukum sama bu Susi. Masa masternya nilai bisa sampe dihukum sih?" Ucap Azura sembari melipat tangannya di dada.

Sebagian murid yang belum pulang pun menoleh ke arah Azura dan Angkara karena ingin menyaksikan apa yang akan Azura lakukan lagi pada Angkara. Saat itu juga AVEGAS keluar dari kelasnya secara bersama-sama.

"Eh coy liat tuh! Kayanya ada yang mau dibully lagi sama si Azura." Ucap Nano yang melihat di kejauhan.

"Eh itu kan cewek yang tadi nyengkal tangan gue!" Ucap Elvano dengan spontan.

"Cewek itu kaya gak asing." Gumam Saga sembari memfokuskan penglihatannya.

"Itu bukannya cewek kepang daun? Anak kelas XII IPA 1?" Tanya Abi yang akhirnya bisa mengenali Angkara meski dari kejauhan.

"Cewek kepang daun?" Gumam Nano sembari mencoba mengingat dan memfokuskan penglihatannya. "Oh iya lo bener Bi, itu si cewek kepang daun!" Lanjut Nano.

"Beneran?! Gila berarti tuh cewek, kerasukan apa tiba-tiba berubah 180° kaya gitu? Gue yakin, pasti sekarang dia bakal ngelawan si Azura." Elvano sangat terkejut tetapi diakhir ia berbicara begitu percaya diri.

"Yakin banget lo El!" Ucap Ray yang melihat Elvano begitu percaya diri.

"Kita liat aja!" Jawab Elvano. Lalu akhirnya AVEGAS pun menyaksikan apakah perkataan Elvano benar terjadi atau tidak.

"Eh! Kalo diajak ngomong tuh liat kesini!" Ucap Azura dengan tegas sembari memegang bahu Angkara dan memutar tubuh Angkara dengan kasar agar menatapnya dan Angkara pun kini berhadapan dengan Azura dengan sorot mata yang tajam pada Azura.

"Lo gagu ya? Kayanya lo gak bisa ngomong setelah kepergian kakak lo." Lanjut Azura yang bicara begitu kasar.

Sorot mata Angkara pun semakin tajam dan kedua tangannya mengepal dengan erat. Namun Angkara masih bisa mengontrol emosinya, tanpa menanggapi perkataan Azura. Angkara langsung berbalik dan hendak pergi. Tetapi saat Angkara baru saja hendak melangkah, Azura menarik tangannya sampai Angkara terhempas.

"Eh! Lo berani sama gue? Hah?" Ucap Azura setelah menarik dan langsung menghempaskan Angkara.

Semua orang pun semakin penasaran dan berjalan mendekat. Bahkan ada yang sampai mengabadikan dengan ponsel mereka.

"Gila tuh si Azura! Cewek tapi kasar banget." Gumam Nano.

"Mana katanya cewek kepang daun itu mau ngelawan? Tapi buktinya diem aja dari tadi." Ucap Ray.

"Sabar kunyuk! Ini baru permulaan." Jawab Elvano dengan tegas.

"Eh Angkara dengerin gue! Gak ada yang boleh ngelawan gue di sekolah ini. Jadi lo jangan macem-macem sama gue. Ngerti lo! Kayanya didikan keluarga lo emang kurang ya!" Azura berbicara sembari mendekati Angkara.

Angkara pun tidak bisa menahan emosinya lagi dan ia langsung mencengkram kerah baju Azura dan mendorong Azura sampai Azura bersandar di dinding dan sulit untuk bernafas.

"Azura! Jangan pernah lo jelekin keluarga gue! Jangan mentang-mentang bokap lo punya kekuasaan di sekolah ini jadi lo bisa semena-mena sama murid yang lain. Dulu gue masih diem, tapi sekarang gak lagi. Dan gue peringatin sama lo, jangan pernah lagi ngusik hidup gue atau lo bakal tau akibatnya!" Ucap Angkara dengan tegas dan langsung melepaskan tangannya yang mencengkram kerah baju Azura dengan kasar. Semua orang pun tidak ada yang berani membantu Azura, termasuk Vindyka dan Amel.

BALAS DENDAM! ✔Kde žijí příběhy. Začni objevovat