Hancurnya Sebuah Hati

2.6K 123 4
                                    

Beberapa hari sudah terlewati begitu saja tanpa terasa. Hari ini sepulang sekolah Angkara harus pergi ke padepokan karena harus berlatih silat lagi. Sesampainya di padepokan kebetulan Kai dan Karan sedang beristirahat jadi Angkara bisa berbincang sebentar dengan mereka menghilangkan rasa rindu. Karena beberapa hari belakangan ini Angkara sudah jarang pergi ke padepokan untuk berlatih, sehingga ia jarang bertemu dengan Kai dan Karan.

"Serius amat ngobrolnya?" Ucap Angkara yang sudah berdiri di depan basecamp padepokan.

"Eh Rara? Kapan kamu dateng?" Tanya Kai yang menoleh diikuti dengan Karan.

"Dari sejak setahun yang lalu gue berdiri disini." Ucap Angkara sembari berjalan masuk dan duduk di antara Kai dan Karan.

"Macam mana pula kau berdiri disitu sejak setahun yang lalu. Orang aku saja baru masuk." Ucap Karan.

"Haduh pusing gue. Untung orang kaya lo cuma satu disini bang. Coba kalo lebih dari satu, bisa-bisa mati berdiri gue disini." Ucap Angkara yang membuat Kai tertawa.

"Memangnya kenapa sama aku? Ada yang salah?" Tanya Karan dengan polos.

"Kayanya di otak lo itu ada yang kesumbat deh bang. Makannya jalan fikirnya lama." Jawab Angkara diakhiri dengan senyuman jail.

"Ah kurang ajar sekali kau ini Ra. Durhaka kau sama aku, ngatain aku begitu."

"Haha iya maaf-maaf. Gue kesini mau latihan, kalian gak latihan?"

"Kita lagi istirahat dulu. Oh iya Ra kamu tumben sekarang jarang kesini? Terus gimana rencana kamu selanjutnya untuk balas dendam ke geng itu?" Tanya Kai.

"Iya soalnya gue lagi males latihan. Kalo soal balas dendam gue udah ngumpulin semua buktinya dan tinggal nyusun strategi aja. Gue cuma mau bilang sama kalian, kalo untuk kali ini gue mau beraksi sendiri. Nanti kalo disaat emang gue gak kuat sendiri, gue bakal libatin kalian."

"Loh mengapa begitu Ra. Mana mungkin lah kita biarin kau bertindak sendiri."

"Iya bener apa kata Karan Ra. Abang gak mungkin biarin kamu ngelawan mereka sendiri. Apalagi di antara mereka ada satu orang yang paling terkenal sadis, abang gak akan biarin kamu maju sendiri. Kalo masih cuma geng Swag Partner sendiri mungkin abang masih izinin kamu sendiri, tapi ini beda. Ada masternya di geng mereka, abang takut nanti kamu kenapa-napa."

"Ayolah bang, gue kan udah bilang kalo gue masih kuat sendiri gue bakal lakuin sendiri. Tapi kalo emang gue bener-bener gak kuat sendiri gue pasti bakal minta bantuan kalian berdua, kalian tenang aja gak usah khawatir. Oke?! Yaudah gue mau latihan dulu. Bye..." Ucap Angkara sembari beranjak dari duduknya lalu pergi.

"Menurutmu apa yang harus kita lakuin Kai?" Tanya Karan setelah Angkara sudah pergi.

"Ya gimana lagi? Kita harus ikutin semua permainan Angkara. Tapi kita juga ikut siaga, jadi nanti waktu Angkara butuh apa-apa kita udah ada disana."

"Oh oke lah kalau begitu, siap!"

💀☠️💀

Hari menjelang sore. Angkara pun sudah selesai berlatih silat dan hendak kembali ke rumah. Namun saat di tengah jalan ada dua orang wanita yang berdiri di samping mobil sedan berwarna hitam dan sepertinya Angkara mengenali kedua sosok wanita itu. Lalu Angkara pun akhirnya berhenti di depan mobil yang terparkir di tepi jalan itu. Setelah Angkara memarkirkan motornya, Angkara langsung menghampiri kedua wanita tersebut.

BALAS DENDAM! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang