#6

81.2K 3.9K 203
                                    

Langit New York sudah menggelap disertai hujan yang begitu deras ketika Darren sampai ke apartemen. Dia tidak basah karena ia pulang menggunakan mobil, tapi suasana sudah benar-benar sepi sekarang karena jam menunjuk pukul tiga pagi.

Ketika sampai di depan apartemen baru yang orang tuanya berikan sebagai hadiah pernikahan, Darren termenung sejenak. Ada password di pintu ini dan dia tidak tahu berapa kodenya. Berusaha berpikir sejenak, Darren menyadari kalau gadis seperti Violet biasanya memasang tanggal ulang tahun maupun pernikahan untuk kata sandi dan benar saja, password dari pintu rumah mereka adalah tanggal pernikahan antara Darren dan Violet.

"Polos sekali dia memasang tanggal pernikahan sebagai password. Bahkan pencuri pun bisa menebak ini." Darren bergumam sambil menggelengkan kepala. Hari ini dia pulang kemari karena suami Gladys sudah kembali dari perjalanan dinas jadi untuk sementara waktu Darren tidak bisa ke sana.

Ketika kaki Darren melangkah masuk ke apartemen, suasananya gelap, hampir tidak ada cahaya penerangan di sana. Wajar karena sekarang sudah subuh, waktu di mana makhluk lain seharusnya istirahat.

Sebenarnya, Darren mengingat kalau Violet bilang dia akan memasak untuk makan malam, tapi Darren sedang tak ingin makan bersama orang lain karena pekerjaannya menumpuk, jadi dia mengabaikan perkataan Violet.

Darren pikir Violet akan tetap baik-baik saja walaupun ia tak pulang. Lagi pula mereka kan tidak sedekat itu untuk makan malam bersama.

Mata biru Darren menelusuri apartemen elit ini. Ada beberapa kamar tidur, tapi hanya ada satu ranjang. Darren tahu persis kalau orang tuanya sengaja ingin membuat ia tidur dengan Violet. Sebenarnya Darren tidak keberatan, hanya saja sebelum itu ia akan memperingati Violet untuk berhenti berperan menjadi istrinya karena Darren tak suka itu.

Ketika Darren bergerak ke arah dapur untuk mengambil minum karena tenggorokannya terasa kering, ia mendapati seorang wanita tengah tertidur di meja makan. Violet, perempuan itu berbaring dengan kepala yang tertumpu pada tangan di atas meja makan.

Meja makan itu penuh dengan makanan. Ada steik dan beberapa lauk lain yang bisa Darren tangkap di kegelapan dan ... Violet tidak memakan makan malamnya. Steik milik perempuan itu masih utuh, tak tersentuh, begitu pula dengan yang Darren.

Darren terdiam untuk sejenak. Terpana dengan apa yang baru saja ia lihat.

Violet menungguku? batin Darren bertanya-tanya. Dia kira, Violet akan terus makan dan meninggalkan Darren karena lelaki itu tak pulang.

Darren kira, perempuan itu tak seserius itu untuk memasak makan malam untuk Darren. Namun, apa ini? Kenapa dia melakukan ini untuk Darren? Darren tak paham.

Mereka memang suami istri, tapi seharusnya Violet sadar, kan, kalau Darren tak menginginkannya?

Darren sudah berusaha bersikap kasar pada perempuan itu agar dia tahu posisinya, tapi kenapa Violet masih baik pada Darren?

Darren memang bajingan dan dia tahu itu. Dia menikahi Violet agar dia bisa bersama wanita pujaannya tanpa halangan. Satu alasan itu sudah cukup untuk membuat Darren menjadi bastard. Namun, dia sebenarnya tak sejahat itu. Dia hanya lelaki biasa, terlepas dari seringnya ia berganti pasangan di masa lalu.

Darren tak pernah membenci Violet, dia ... hanya ingin perempuan itu menjauh agar tak terluka. Namun, kenapa Violet seolah tak mengerti juga?

"Aku pasti menikahi perempuan yang bodoh." Darren menghela napas ketika melihat Violet yang begitu pulas tertidur dengan posisi yang tampak tak nyaman. Darren jamin, besok pagi perempuan itu akan sakit pinggang kalau ia tetap di sana. "Kau bahkan tidak makan karena menungguku. Kau mematikan semua lampu dan menyalakan lilin, mau sok romantis, ha?"

Darren mengomel pada Violet yang masih tertidur pulas. Tatapan mata lelaki itu melembut ketika melihat lilin yang telah melebur karena sumbunya habis terbakar. Violet benar-benar bodoh dan Darren tak habis pikir kenapa ia melakukan semua ini.

Lelaki itu mengendurkan dasi yang sejak kemarin mencekiknya lalu ia meletakkan tas kerjanya di atas meja makan. Perlahan, Darren berusaha menggendong Violet tanpa membangunkan perempuan itu.

Perasaan Darren tentu belum berubah. Dia masih akan tetap memperingati Violet untuk tak menginjak garis di antara mereka. Dia akan memastikan Violet paham hubungan ini agar perempuan itu tak bertindak bodoh lagi, tapi untuk sekarang, Darren hanya ingin memindahkannya agar perempuan itu bisa tidur dengan nyaman.

Darren menggendong Violet ala bridal style. Tubuh Violet seringan bulu. Dia sama sekali tidak berat. Saat hendak membuka pintu kamar, Darren sedikit kesulitan. Namun, ia berhasil. Violet bahkan sama sekali tak terusik ketika Darren memindahkannya, dia tidur dengan sangat tenang.

Darren masuk dan berusaha membaringkan Violet di atas ranjang sepelan yang ia bisa agar perempuan itu tak terbangun.

Ketika ia berhasil, Darren segera menarik selimut dan mengamati wajah Violet. Kamar ini juga gelap, tapi Darren masih bisa melihat dari cahaya lampu kecil di atas nakas yang baru saja ia hidupkan. Hujan masih mengguyur kota New York dengan deras dan udaranya sangat dingin. Darren bahkan merasa tak ingin mandi kalau saja tubuhnya tak lengket.

Ketika hendak beranjak untuk ke kamar mandi, langkah Darren berhenti karena suara pelan yang keluar dari mulut Violet.

"Jangan pergi ...."

Violet berkata seperti itu dengan suara yang lirih, membuat Darren merasa tubuhnya tiba-tiba saja tidak bisa bergerak. Tangan Violet bergerak ke atas, seolah berusaha menggapai sesuatu. Entah dorongan dari mana, Darren justru menggapai tangan Violet dan menyentuhnya. Sentuhan hangat dari Darren membuat Violet tiba-tiba saja berhenti berbicara dalam tidur.

Dengkuran halus terdengar sesaat kemudian yang menandakan Violet telah kembali tenang dari mimpi buruk yang ia alami. Darren menghela napas, merasa bodoh dengan apa yang ia lakukan. Ia mengamati wajah Violet dan membenarkan perkataan Marvin yang mengatakan bahwa Violet cantik.

Perempuan ini memang cantik. Bahkan sangat cantik, tapi dia tidak semenarik itu di mata Darren. Darren telah mencintai Gladys selama setahun belakangan. Hubungan mereka kembali bersemi sehabis Darren bertemu tak sengaja dengan Gladys di salah satu restoran. Mereka ... memiliki cinta yang tak seharusnya ada. Dan untuk mewujudkan itu, Darren harus mengorbankan Violet.

Ah, setiap kali melihat Violet, Darren merasa seperti bajingan jahat.

"Seharusnya kau tak bertemu denganku." Darren berkata di tengah bunyi rinai hujan di malam itu. Suaranya sangat berat dan dia masih menggengam tangan Violet. "Dengan begitu, kau tak perlu tersakiti. Aku minta maaf ... karena telah menyeretmu ke dalam hidupku. Maafkan aku."

**


jadi menurut kalian, Darren itu termasuk bastard atau bukan? Dia gak jahat2 amat kok sebenernya.


jangan lupa vote dan komen! Cerita akan dilanjut saat vote mencapai 50 dan komen 10! thanks!


Marrying Mr. BASTARD! [TAMAT]Where stories live. Discover now