#30

77.7K 3K 34
                                    

Jennifer berjalan keluar koridor setelah sekitar lima menit Violet berkata bahwa ia akan segera sampai, tapi ia tidak kunjung hadir. Suasana lobi yang sepi membuat perempuan berkaca mata itu merasa firasatnya menjadi buruk. CCTV memang ada di mana-mana, tapi tidak semua dari mereka bekerja. Jennifer tahu fakta itu karena ia pernah tidak sengaja meninggalkan bukunya di sekitaran sini dan keesokan harinya, benda tersebut raib. Jadi, dia berusaha untuk menghubungi bagian keamanan. Namun, mereka tidak membantu. Ada beberapa kamera di kampus ini yang rusak dan belum diperbaiki, termasuk yang ada di koridor ini.

Perempuan berambut pirang itu terus melangkah dengan suara hujan yang terus mengalir deras saat ia tidak sengaja menginjak sesuatu.

"Handphone? Punya Violet?" Jennifer bergumam dan menunduk. Ia mendapati sebuah ponsel yang cukup mahal dengan warna Violet tergeletak di lantai. Ia tahu itu milik temannya, karena beberapa kali Jennifer sempat memperhatikan case cantik milik Violet. "Kenapa di sini?"

Ponsel Violet tidak dikunci. Perempuan berambut pirang itu semakin kebingungan setelah ia menemukan benda ini. Karena, tidak mungkin, bukan, seseorang meletakkan ponselnya dengan sengaja di tengah koridor, lalu menghilang?

Dia tidak akan melakukan itu, kecuali ... ada sesuatu yang buruk yang telah terjadi pada Violet ....

"Astaga!" seru Jennifer tiba-tiba. Ada begitu banyak pikiran buruk yang muncul di dalam otaknya, sampai ia ketakutan sendiri. Di tengah pergulatan batin itu, Jennifer memutuskan untuk mencari nama Angela di kontak Violet. Karena hanya dia yang Jennifer kenal--dari nama-nama yang ada di ponsel Violet.

Untungnya, Angela dengan cepat mengangkat telepon.

"Halo? Kenapa, Vi? Jennifer nanya kenapa aku gak datang, ya?" Jennifer bahkan belum sempat berbicara saat Angela langsung menyela, begitu telepon mereka terhubung. Suaranya terdengar serak.

"Halo? Angela? Ini Jennifer."

"Jennifer?" Ada jeda sejenak setelah Angela mengucapkan nama Jennifer. "Uhm, ya? Kenapa kau meneleponku lewat ponsel Violet? Dia ke mana?"

"Anu ... ini, aku bingung," ucap Jennifer sambil mengigit bibir bawahnya.

"Apa ada sesuatu yang pada Violet? Omong-omong aku tidak bisa mendengar suaramu dengan jelas karena bunyi hujan yang deras, bisakah kau pindah ke dalam ruangan?"

Jennifer bergerak ke arah toilet terdekat dan mulai berbicara lagi setelah itu. "Violet bilang dia akan segera sampai, jadi aku menunggunya, tapi setelah lima menit, dia tak kunjung sampai. Aku tahu dia adalah tipikal orang tepat waktu, jadi kuputuskan untuk mengecek ke koridor--in case dia nyasar, mengingat tempat ini agak sepi dan jarang dikunjungi, tapi ... secara tak sengaja, aku menginjak ponselnya yang tergeletak di lantai. Aku ... tidak bisa menemukan dia di mana-mana dan benda ini tidak dikunci, aku tidak tahu harus menelepon siapa. Jadi ... aku hanya bisa memikirkanmu."

"Kau sudah cek CCTV?"

"Aku pikir itu tidak perlu, aku pernah kehilangan bukuku di sekitaran sini dan mereka bilang beberapa kamera di sini sudah lama rusak dan sepertinya masih belum diperbaiki."

"Ouh, shit. Baiklah. Tolong telusuri setiap tempat yang mencurigakan, terlebih tempat yang tampak sepi. Violet punya beberapa penggemar gila dan aku khawatir mereka melukai Violet. Aku akan segera ke sana, jadi tolong, cari dia dan bawa sesuatu untuk digunakan sebagai senjata--siapa tahu kau akan membutuhkannya."

"Oke."

Bip.

Telepon terputus. Hujan masih begitu deras. Karena ia merasa ia tidak berdaya bila memang ada orang yang berniat jahat pada Violet, maka Jennifer memutuskan untuk mengajak seorang security dengan perawakan tinggi dan besar untuk berkeliling bersamanya.

Setidaknya ... ia berharap Violet tak kenapa-kenapa.

**

"Lepas! Lepaskan aku!" Violet menangis sambil berusaha memberontak kala Joseph berusaha menciumnya dengan paksa. Pakaiannya sudah robek sana-sini. Joseph bilang, dia punya beragam fantasi tentang Violet, karena itu lelaki itu melakukan banyak sekali hal gila pada Violet. Mulai dari menjilati wajahnya--yang membuat Violet semakin gemetar dan lemas karena ketakutan, sampai memaksa Violet untuk melakukan hal yang sama.

Violet nyaris pingsan ketika pipinya ditampar entah untuk keberapa kali oleh Joseph, karena ia terus melawan. Sekarang, pakaian Violet sudah sobek sana sini. Joseph telah meraba dan menyentuh hal yang seharusnya tidak boleh dipegang oleh siapa pun--kecuali suami Violet. Dan hal itu membuat Violet menangis, memberontak, dan berusaha melawan. Meski pada akhirnya tenaganya tetap kalah jauh dan perlawanan yang ia lakukan sama sekali tidak membuahkan hasil.

Perempuan bermata abu itu merasa hina dan kotor. Meski sampai sekarang ia dan Joseph belum melakukan penyatuan, tapi tetap saja Violet benar-benar merasa dirinya begitu murahan hingga ia bisa diperlakukan seperti ini. Violet marah, tapi dia tidak bisa berbuat banyak. Tubuhnya benar-benar lemas. Kakinya bahkan tidak bisa berdiri dengan lurus. Ia menyedihkan. Sangat.

Violet menemukan sisi baru dari Joseph yang tidak pernah ia kenal. Lelaki itu seakan berubah menjadi monster gila yang ingin menguasai tubuh Violet. Dia bukanlah orang yang sama dengan manusia yang pernah Violet ketahui.

"Aku sudah bilang tak akan melepaskanmu." Joseph mencengkeram wajah Violet sambil tertawa keras-keras. Dia begitu mengerikan. "Dan tidak akan ada yang menemukanmu di sini, Sayang. Kalau kau mau teriak, teriaklah. Hujan yang deras seakan membantuku untuk melancarkan aksi ini dan aku tahu, Tuhan merestui hubunganku denganmu."

"Jangan ... bawa-bawa ... Tuhan." Violet menyela tak senang, bahkan ketika ia sudah begitu lemas. Air mata terus mengalir dari matanya. "Aku tidak mau, karena beberapa makhluk kotor sepertimu, nama Tuhan jadi tercoreng."

Seketika, wajah Joseph memerah karena perkataan Violet. Dengan amarah yang memuncak, dia berkata dengan suara yang sangat rendah. "Kurasa aku terlalu lama bermain-main denganmu, sampai kau jadi kurang ajar seperti ini." Lelaki itu mendorong tubuh Violet dengan begitu keras, sampai kepala Violet terbentur ke tembok. "Karena itu, kenapa tidak sekalian saja kuhancurkan tubuhmu ini supaya kau dan suamimu itu tidak bisa bersama lagi?"

Itulah kalimat terakhir yang Violet dengar dari mulut iblis jahat yang berusaha memperkosanya. Karena setelah itu, Violet merasa pandangannya mulai mengabur dan kesadarannya pun berangsur-angsur menghilang.

**

Seorang pria berlarian seperti orang kesetanan di tengah derasnya hujan. Ia membuka setiap ruangan sepi nan mencurigakan, memeriksa setiap tempat, dan terus berputar-putar dengan kecepatan penuh seperti orang kehilangan akal. Ketika ia mendengar bahwa Violet mungkin saja dalam bahaya, lelaki tersebut langsung kemari tanpa pikir dua kali--yang beruntungnya, saat itu posisi ia tidak jauh jadi tidak butuh waktu lama untuknya sampai ke sini.

Ia terlalu takut akan skenario buruk yang menari di otaknya. Ia takut terjadi sesuatu yang buruk pada Violet. Ia ... ia tidak tahu apakah ia bisa memaafkan dirinya sendiri, bila hal itu sampai terjadi--meski bukan ia penyebab kenapa Violet bisa mengalami semua ini.

Dada lelaki itu sudah naik turun karena ia terlalu banyak berlari saat ia tidak sengaja melihat sebuah tempat yang berada di ujung kampus ini. Sebuah toilet yang sedaritadi tidak pria tersebut sadari kehadirannya. Pikirannya kalut, ia panik, jadi ia bisa jadi sangat tidak teliti di situasi ini.

Lelaki tersebut berjalan mendekat ke arah ruangan yang amat sangat mencurigakan itu dan menemukan bahwa pintunya terkunci. Ruangan tersebut tidak terpakai dan ia tidak bisa mendengar suara apa pun dari dalam--yang berarti mungkin saja Violet tidak ada di sana--, tapi, entah kenapa firasatnya begitu kuat pada ruangan ini, sampai-sampai ia memutuskan untuk mendobrak pintu tersebut tanpa pikir panjang.

Brak!!

Ruangan itu sudah tidak dipakai. Pintunya juga terlihat rapuh, tapi, butuh beberapa kali perjuangan bagi lelaki itu untuk merelakan tubuhnya, sampai pintu buruk itu terbuka ... dan dia menemukan sesuatu yang sama sekali tidak ingin dia lihat.

"BERENGSEK!!!!!!!!!!!!!!!!"

Marrying Mr. BASTARD! [TAMAT]Where stories live. Discover now