#41

75.5K 3.2K 239
                                    

Mon maap ini lebih pendek dari biasanya. Cerita ini udah agak deket ke ending.

Semoga tetap suka!

Banyaknya vote dan komen akan mempengaruhi semangatku ><


**

"Hai! Oh, kau tampak berantakan." Angela mengubah ekspresinya secara cepat, kala Violet baru saja memasuki mobil.

Violet berusaha memaksakan senyum. Sekarang, ia sudah berada di mobil yang akan mengantarnya ke bandara, ia benar-benar akan pergi. Meski sudah terus meyakinkan diri, rasanya Violet masih sulit untuk percaya.

"Terima kasih karena mau menemaniku," ucap Violet sembari menatap Angela. Kemudian, pandangannya beralih ke depan, ke tempat kursi penumpang di mana ada Marvin di sana. Ya, mereka menyewa jasa supir hari ini dan sekarang mereka sudah dalam perjalanan menuju ke bandara. Dan Violet memang memutuskan untuk pergi bersama kakak-adik Frew. Ia hanya memikirkan Marvin kala ia berniat untuk pergi,  karena ... Violet tahu Marvin memang mau ke luar negeri, sedangkan Angela?

Violet mengajaknya karena ia tidak mau dibilang berselingkuh ataupun kabur dengan lelaki lain. Ia tidak mau menambah masalah. Sekarang saja, kepalanya sudah hampir pecah, sampai kemudian Violet bertanya-tanya, kapan sebenarnya semua rasa sakit ini berakhir?

"Tidak masalah. Aku hanya sedikit mempercepat jadwal keberangkatanku." Marvin menjawab dari depan tanpa menoleh.

"Dan aku bahagia karena bisa liburan, meski harus cuti kuliah." Angela tersenyum lebar, kemudian dia mendekati Violet dan memeluknya dari samping. "Kita akan pergi ke luar negeri, ini kali pertama kita liburan bersama. Jadi Honee, jangan bersedih lagi, oke? Kau tahu aku ikut untuk menghiburmu."

Violet mengelus tangan Angela yang bergelayut di lehernya dan mengangguk. Dipeluk seperti ini terasa hangat. Kemarin dia memang sudah menceritakan semuanya—baik ke Angela maupun Marvin. Rasanya ada sedikit beban yang diangkat dari tubuh Violet ketika ia berbagi dan ia bersyukur karena ia punya kedua orang ini di sisinya.

Perjalanan menuju ke bandara terasa sunyi, tetapi menenangkan. Angela terus memeluk Violet dan tertidur di sisinya, sedangkan Violet tidak mengalihkan pandangan dari kaca jendela barang sedetik pun.

Perempuan itu terus meyakinkan diri bahwa ini adalah jalan yang terbaik, meskipun hatinya terus berkata ... bahwa meninggalkan Darren tanpa pemberitahuan adalah sebuah keputusan yang salah.

**

Darren membuka pintu apartemen. Ia mengurungkan niat untuk lembur lagi malam ini dan memilih untuk pulang. Sehari tidak bertemu Violet saja, rasanya ia menderita. Terlebih karena perempuan itu sama sekali tidak membalas pesan yang Darren kirim, meskipun ia membacanya.

Sakit sekali ternyata. Selama ini, Darren hampir tidak pernah diabaikan oleh wanita. Dia adalah lelaki populer, itulah kenapa ia tidak pernah merasakan cinta yang tertolak. Dan ternyata, Violet memberikannya pelajaran baru. Sebuah perasaan yang tidak pernah Darren kira akan ia rasakan sebelumnya.

"Violet?"

Darren memanggil nama istrinya pelan, tetapi tidak ada jawaban. Lagi-lagi, lampu apartemen dimatikan. Darren merinding, dia jadi teringat kejadian beberapa hari yang lalu. Lelaki itu berjalan dengan pelan sambil meraba dinding untuk mencari saklar dan ketika ia menemukannya, ia menarik napas lega.

Pria bermata biru itu mengendurkan dasinya dan melepaskan jas, lalu berniat untuk mencuci tangan sebelum ia mencari Violet lagi, saat ia menemukan makanan yang ia masak kemarin sebagai sarapan untuk Violet berada di tempat sampah—dengan bau basi yang menyeruak ke udara.

Marrying Mr. BASTARD! [TAMAT]Where stories live. Discover now