#25

84.6K 3.7K 73
                                    




180 v0te and 20 cmments for next

btw ini flashback sblm kejadian di part sblmnya.


**





Gladys hampir saja membanting ponselnya ketika panggilannya lagi-lagi diabaikan oleh Darren. Entah apa yang sedang lelaki itu lakukan di dalam sana, sampai-sampai ia tak menjawab telepon!

"Sial, sial!!!" Gladys menjerit kesal dan ingin berteriak. Rasanya ia bisa melampiaskan kemarahan ke mana saja, kalau ia tidak ingat tempat. Sekarang ia berada di depan hotel dengan penerangan yang minim dan banyak kendaraan yang berlalu lalang. Dia tidak mau mempermalukan dirinya lagi, jadi Gladys tidak bisa berbuat banyak selain menghela napas, mengumpat kasar, dan mengepalkan tangan.

Perempuan itu dengan frustrasi hendak menghubungi Darren lagi, sampai siluet seorang pria tegap tiba-tiba terlihat. Lelaki tersebut berjalan mendekati Gladys dan saat jarak mereka sudah dekat, Gladys bisa mengenali siapa dia.

Benar! Itu Darren!

Mata Gladys tiba-tiba berkaca-kaca. Dengan cepat, perempuan itu hendak memeluk Darren dan mengomel soal bagaimana ia sudah menunggu begitu lama di sini. Namun, gerakannya terhenti karena ketika Gladys hendak menghambur ke dada Darren, lelaki itu menahan lengannya.

"Darren? Kau dari mana saja?!" Gladys bertanya dengan suara serak--saking frustrasinya ia tadi. "Dan kenapa kau menahan tanganku?"

"Aku ada sedikit urusan di dalam." Darren memaksakan senyuman dan melepas tangan Gladys setelah lelaki itu mencegah Gladys untuk memeluknya. "Maaf karena sudah membuatmu terkena masalah karena kecerobohanku."

Gladys menatap mata lelaki itu dengan api yang membara di netranya kala ia mengingat soal apa yang ia alami, ia bahkan lupa kalau tadi ia hendak memeluk Darren.

"Aku ingin kau memecat para bajingan yang menyeretku keluar! Mereka benar-benar mempermalukanku! Astaga! Mereka sama sekali tidak percaya dan tak membiarkanku masuk, bahkan setelah aku membawa namamu! Kau benar-benar membuatku dipermalukan hari ini, Sayang!"

"Aku minta maaf, sungguh." Darren mengulangi kalimatnya. "Tapi aku tidak bisa memecat mereka."

"Kau--apa? Apa?! Kenapa tidak bisa?!" Gladys meninggikan nada suaranya. Dia benar-benar kesal kalau mengingat momen di mana ia diseret keluar dengan tidak manusiawi. "Kau punya wewenang! Kenapa kau tidak bisa membuat mereka berhenti?!"

"Karena mereka juga punya hak untuk bekerja, mereka tidak akan kupecat hanya karena menyeretmu keluar, aku tidak bisa semena-mena hanya karena Malferent milikku, Sayang."

"Darren? Apa yang salah denganmu?" Gladys memandang lelaki di depannya dengan tatapan bingung. "Kenapa kau begini ...? Biasanya kau selalu mengabulkan soal apa yang kumau ...."

"Aku minta maa--"

"Aku tidak butuh maafmu! Berhenti meminta maaf." Gladys berteriak kesal kala Darren terus mengulang perkataan yang sama.

"Maaf, Aku tidak bisa memecat sembarang orang karena mereka tidak melakukan kesalahan yang fatal, tolong mengertilah." Darren menghela napas. "Hari ini aku merasa agak lelah dan Papa baru bilang, kalau aku harus menjaga image sebagai suami yang setia, supaya aku bisa memenangkan salah satu proyek penting untuk Malferent. Jadi ... sepertinya kau tidak bisa masuk ke dalam. Pulanglah naik taksi."

Gladys tidak bisa berkata-kata kala ia mendengar penjelasan kurang ajar Darren yang memintanya pulang--setelah apa yang ia alami di sini. Semua emosinya tiba-tiba meluap sampai-sampai dia tanpa sadar melayangkan tangannya ke wajah Darren.

Marrying Mr. BASTARD! [TAMAT]Where stories live. Discover now