#17

76.5K 3.7K 78
                                    

140 votes and 15 comment for next, maaf lama apdet! 


ada yang masih nunggu, kan?


iya, kan? wwkkw


**





Lelaki itu bangun dengan kepala yang pening ketika ia mencium wangi masakan yang membuat perutnya secara refleks berbunyi--meski kesadarannya baru saja terkumpul. Marvin bangun dan berdiri. Tak jauh dari tempatnya tegak, ia mendapati Violet tengah bergerak di dapur sambil menggoyang-goyangkan panci. Marvin menegak salivanya kasar sembari menggosok matanya pelan untuk mendapat penglihatan yang lebih jelas. Damn she is sexy.

"Hei, sedang masak apa?" Marvin mendekat dan menatap tubuh Violet dari belakang. Menyedihkan kalau membayangkan perempuan ini harus menangis hanya karena ia mencintai orang yang salah.

"Kau bangun?" Violet memutar tubuhnya dan membulatkan mata. "Aku membuat omelet. Apa kau suka?"

"Aku terbiasa hanya meminum susu saat pagi, tapi kurasa tak ada salahnya makan sedikit sarapan hari ini." Marvin menjawab sambil menatap Violet intens dari atas ke bawah. "Kau sudah mandi? Ini jam berapa?"

"Baru jam tujuh lewat, aku berencana membangunkanmu setelah aku selesai memasak. Aku kira kau harus makan sedikit setelah semalam kau menegak begitu banyak bir."

"Bir itu tanpa alkohol. Jadi, aku tak apa. Perutku sudah terbiasa meminum yang lebih dari itu." Marvin berkata sembari melirik ke arah panci masakan Violet. "Ini terlihat enak, bisa pindahkan ke meja makan sekarang? Aku mau mencobanya."

"Oke. Kau tunggulah di sana, nanti kubawakan." Violet memerintahkan Marvin dan interaksi mereka mengalir begitu saja. Seperti ... kedua manusia tersebut adalah teman lama yang sudah sering bertemu, bukannya orang asing yang baru berjumpa kemarin.

"Kau koki yang hebat, aku masih tak tahu kenapa Darren menyia-nyiakan perempuan sesempurna dirimu," puji Marvin sembari menyuap sesendok omelet ke dalam mulutnya. Perkataan itu membuat pipi Violet memerah. "Oh, seharusnya aku tak membahas dia."

"Tidak apa." Violet menggeleng. "Aku memang bodoh karena justru mencintainya di saat aku sudah tahu kalau dia memiliki perempuan lain dan tak akan mungkin melirikku."

"Aku mau bilang kau bodoh dari kemarin karena masih menyukainya, tapi aku takut kau tersinggung," kata Marvin dengan nada jenaka yang membuat Violet melotot. Sepersekian detik kemudian, lelaki itu menyengir lebar, menampilkan deretan giginya yang rapi nan putih. "Bercanda, Sayang."

"Sayang?" Violet semakin membulatkan matanya, kali ini bahkan lebih lebar. "Siapa yang kau panggil sayang, huh?"

"Kau, memangnya tak boleh?" balas Marvin masih dengan santainya. "Kau kan secara 'hati' tidak ada yang punya."

Violet mengembuskan napas. "Dasar playboy. Aku sudah dengar dari Angela kalau kau punya banyak wanita, apa kau memang selalu sebaik ini dengan mereka semua?"

"Tidak. Aku hanya baik padamu." Marvin berhenti mengunyah dan tiba-tiba mendongak. Kedua manusia itu punya warna obisidian yang sama--abu--, tapi, satunya berwarna gelap, satunya lebih condong ke terang. Dan yang gelap adalah milik Marvin.

Deg. Violet merasa jantungnya tiba-tiba berdegup lebih kencang. Sejak kemarin, Marvin selalu menyatakan perasaannya yang lebih terdengar seperti candaan bagi Violet, tapi pagi ini, lelaki itu tampak serius. Ada sesuatu di dalam tatapannya yang membuat Violet terpaku, entah apa itu.

Marrying Mr. BASTARD! [TAMAT]Where stories live. Discover now