Berubah

16.6K 266 129
                                    

Bobby POV
Sudah hampir 2 tahun kami tinggal di Singapura. Usaha yang kami rintis, Alhamdulillah mulai berkembang, dan keluarga kecil kami pun bahagia. Hari-hari kami lewati dengan penuh bahagia, hingga semua terjadi hampir sebulan ini. Dikira aku tidak tau, tapi aku pura-pura saja tidak tau, walaupun yang sebenarnya hatiku sakit dan hancur. Hanya demi menjaga perasaan anak-anak, aku masih bertahan. Kevin dan kevan, kini tumbuh dan bahagia-bahagianya. Lari kesana kemari, yang kadang membuat aku jadi kewalahan. Aku biarkan saja, dan aku akan sangat bersabar. Jika dia memintaku untuk pergi, aku akan pergi dan akan membawa anak-anak.

Wisnu POV
Aku bahagia dengan keluarga kecilku, aku bekerja keras untuk mereka, usaha kami, aku dan Bobby, sangat lancar. Ditahun kedua kami di Singapura, Ketika Kevin dan kevan bisa jalan, Bobby memutuskan untuk merawat mereka sepenuhnya. Dan memintaku untuk mencari pegawai yang bisa menjadi sekretaris ku. Setelah seminggu prosesnya, akhirnya aku mendapat sekretaris itu. Lelaki muda berusia 22tahun, tampan putih seperti Bobby, namanya Andrew.

Bulan pertama tak terjadi apa-apa, kami bekerja dengan profesi, walau ku tau dia sering curi pandang terhadapku. Aku biarkan saja, karena aku tak merasa terganggu.

Andrew POV
Aku bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan baru berkembang, bos ku bernama Wisnu, sangat tampan, umurnya mungkin 37an, aku tau dia punya keluarga. Sebagai seorang gay, aku sangat tertarik, dan ingin memilikinya. Di bulan pertama, aku sering curi pandang, dan selalu menggodanya, tapi tak terpancing sedikitpun. Bulan kedua ini, aku memakai tak tik lama, yaitu mencampurkan minumannya dengan obat perangsang. Seperti biasa, aku membuat kopi untuknya di pantri, dan mencampurnya dengan obat perangsang yang ku bawa. Setelah selesai, ku bawa kopi keruangan kami, dan mengunci pintu, sebelumnya aku bilang sama resepsionis, jika kami lagi kerjakan laporan proyek penting, jika ada tamu suruh kembali besok, dan itupun berhasil.
"Diminum kopinya pak..."
"Thanks..." Aku kembali ke mejaku, untuk melanjutkan pekerjaanku. Ku lihat pak Wisnu, menyeruput kopinya. Beberapa menit kemudian, pak Wisnu gelisah berkeringat, sesekali tangannya ke bawah meja.
"Yes berhadil" batinku
"Bapak kenapa... Kok berkeringat.. sakit kah pak?"
"Tidak.. mungkin kecapean saja"
"Biar saya pijat pak" sambil berjalan kearahnya, menuju belakang kursinya. Ku mulai memijat, pak Wisnu hanya diam, ku lihat celananya mengembung. Tanpa sepengetahuannya, ku buka seluruh pakaianku hingga ku telanjang bulat. Ku beranikan mencium pipinya. Pak Wisnu kaget dan membalikkan kursinya, dia terkejut sudah melihatku telanjang. Dia terus melihat tubuh mulusku, penisnya bergerak-gerak di dalam celananya. Ku duduk dipangkuannya, dan ku lumat bibirnya. Bibir kami saling melumat, dan pak Wisnu menciumi leherku, serta mengenyot putingku. Ku buka dasi dan kemejanya, ku raba dada bidangnya dan perut ratanya yang penuh dengan roti sobeknya. Dua terus menjilati tubuhku, hingga penuh bekas merah. Pak Wisnu membuatku mendesah dan mengerang, karena perlakuannya pada tubuhku. Sungguh luar biasa perlakuannya, dan aku harus memilikinya. Ku berdiri dihadapannya, begitupun pak Wisnu, ku buka Gasper dan celananya, serta CD putihnya. Kontolnya sungguh raksasa, aku menyukainya, ku pegang, ku Elus, lalu ku masukkan kedalam mulutku.
"Ahhhhhhhh ndrew... Ohhhhh" aku terus mengoral kontolnya, dia mengerang keenakan. Mulutku masih mengoral penisnya, dan ku dudukkan kembali pak Wisnu pada kursinya, sedang aku mulai menaikinya, dan mengarahkan kontolnya pada pantatku.
"Emmmhhhjh" erangku tertahan.
"Oughhhhhh" desahnya, dan blesssss masuk smuanya, ku cium bibirnya untuk menghilangkan rasa sakit pada pantatku. Setelah kurasa cukup, ku mulai menggoyangkan pantatku.
"Ahhhhh ndrew ohhhh mhhhhh" ku berikan goyangan terbaikku.
"Ohhhh sayang ahhhh enakhhh ohhh goyanganmuhhh"
"Ahhhh pakhhhh ohhhh" ku terus menggoyangkan pantatku, 30 menit kemudian.
"Sayanghhhh ahhhhhh akuhhhh mauhhhb"
"Ayo pak hhhhhh" crottt crottt crottt pak Wisnu memuntahkan penuhnya dalam pantatku cukup banyak. Nafas kami tak beraturan, ku lumat bibirnya. Ku peluk lehernya, ku pura-pura nangis.
"Kamu kenapa"
"Saya takut pak"
"Kenapa"
"Saya suka sama bapak... Saya cinta sama bapak.. ku takut setelah ini pak Wisnu akan meninggalkanku"
"Tidak akan..." Dia melumatku kembali.

CeritaKuWhere stories live. Discover now