®MatahariLangitSix

894 46 0
                                    

Angin berhembus lembut menyapa Wajah Cantik Adena. Rambutnya beterbangan kebelakang, memperlihatkan lekuk lehernya yang indah.

Adena berjalan dengan kaki yang terasa Nyeri,Namun niat nya tidak pudar untuk mencapai Kantin. Ia tetap berusaha keras berjalan sambil menahan bunyi di perutnya.

Orang yang berpapasan dengan Adena hanya melirik nya datar, tanpa membantu berjalan. Sepertinya mereka ada dendam pada Adena.

"Salah apa sih gue?." tanya Adena pada dirinya sendiri.

Adena berhenti melangkah,Ia menatap lurus kedepan tanpa berkedip,Satu hal yang ia lakukan sekarang adalah bergeser sedikit,Agar seorang lelaki Dingin itu dapat berjalan dengan mulus.

Adena terus memperhatikannya.Saat sudah melewati Tubuh Adena Lelaki itu tiba tiba berhenti melangkah dan membalikkan badan nya. Adena yang tengah menatapnya pun hanya dapat mengernyit.

"Mau kemana?." tanya Arsenio yang memasang wajah datar.

Shit! Apa apaan ini? Kenapa Arsen berlagak bertanya tanya pada seorang wanita Lembut.

"Kantin." jawab Adena dengan nada suaranya yang lembut.

Sepertinya ada sesuatu yang menjalar ke ulu hati Arsenio. Ia merasakan sesuatu yang berbeda didalam dirinya.

"So hati hati." ucap Arsen yang kemudian melanjutkan langkah nya lagi.

Adena mengkerutkan keningnya bingung. "Arsen? Seorang Arsenio berbicara itu? Serius? Kagak percaya gue! Tapi--Ahkkk laper.." gumam Adena.

Daripada terus memikirkan sikap Arsenio yang Aneh mending Pergi kekantin untuk makan.


"Ri..." teriak Langit tepat ditelinga Matahari.

Matahari memejamkan matanya sambil menutup telinganya.

"Hahahaha..." tawa langit pecah terdengar keras keseluruh Kantin.

Matahari membuka matanya kemudian menatap Langit Datar.

"Untung Sayang!." cibir Matahari.

"Sayang sebagai Sa..."

"Pacar!." potong Matahari cepat sambil tersenyum manis.

"Sahabat kamvret." kata Langit Datar.

"Bosen gue sahabatan mulu sama lo!."

"Apa lo bilang?." langit berhenti mengunyah gorengannya.

"Canda goblok." kata Matahari lalu meneguk es teh nya.

"Hemm,Lo selalu berhasil buat jantung gue copot Ri!." ucap Langit datar.

Matahari terdiam sejenak,menit kemudian ia beralih menatap Langit dengan raut wajah yang sulit untuk diartikan.

Karena merasa aneh dengan sikap Matahari,Langit pun membalas tatapan itu dengan penuh kebingungan?.

"Lo ngomong nggak kebalik apa?." tanya Matahari.

"Hah?"

"Bukannya lo ya,Yang selalu Berhasil buat Jantung gue mau copot!."

Langit memalingkan wajahnya.

"Lo bisa nggak sih lang, setiap gue bilang gue suka sama lo! Lo tatap gue, lo bilang sesuatu yang bisa buat gue lebih semangat untuk dapetin lo!Bisa nggak sih lang?."

Matahari Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang