®MatahariLangit55 [Ditinggalkan]

517 46 31
                                    

Hari demi hari langit selalu menghabiskan waktu nya bersama Bulan. Semakin hari mereka semakin dekat. Seperti hari ini Bulan yang sudah sehat kembali langsung langit ajak untuk melihat acara menerbangkan lampion ditaman kota,Untuk malam hiburan saja.

Selama berada disana Bulan terus berada disamping Langit, Genggaman tangannya seakan berkata bahwa tidak mau berjauh jauhan.

"Kamu baru liat?." tanya langit melirik Bulan.

Bulan tersenyum lalu mengangguk.
"Biasanya aku cuman liat diHandphone atau Televisi,Sekarang aku bisa liat secara langsung....ternyata Menerbangkan Lampion sebanyak itu sangat indah." kagumnya yang terus memperhatikan lampion yang menyala diatas sana.

Langit tersenyum kemudian mengacak pucuk rambut Bulan gemas.
"Kita duduk, Aku nggak mau kamu cape berdiri." Ajak langit yang mengajak Bulan untuk duduk di kursi taman.

Setelah duduk Bulan diam diam memperhatikan Langit. Tatapan nya tiba tiba menyendu. Langit yang tersadar pun meliriknya dengan tatapan bertanya.

"Kalo aku udah nggak ada, kamu sedih nggak?." tanya Bulan yang membuat Langit menatap nya kesal.

"Aku bakalan usahain buat cari pendonornya!." kata langit.

"Jawab Lang. Aku cuman mau kamu jawab pertanyaan aku."

Langit terdiam sembari mempererat genggaman nya pada tangan Bulan.
"Aku bakalan sedih dan menjadi pria termenyedihkan didunia kalo kamu pergi!."

Bulan terdiam lalu tersenyum simpul.
"Kamu bakalan kangen aku?."

"Pasti. Aku selalu kangen kamu!."

"Janji sama aku, Kalo aku udah pergi kamu jangan sedih dan jangan Kangen Sama aku!." kata Bulan seraya menaikkan jari kelingking nya.

Langit menatap nya datar, dan memilih memalingkan wajahnya.
"Aku pasti bakalan dapetin pendonornya buat kamu Lan! Jangan menyerah dulu"

Bulan menurunkan kelingking nya.
"Pada akhirnya walaupun aku dapet pendonor, kalo ginjal nya gagal sama aja aku kehilangan nyawa aku!."

Langit menarik nafas nya dalam dalam lalu berlaih menatap Bulan.
"Kalo gitu aku yang baklan donorin ginjal aku buat kamu!."

"Enggak! Aku nggak mau!."

"Kenapa? Kalo pun aku kasih aku masih bisa hidup!."

"Kamu memang masih bisa hidup tapi kamu bakalan terus kesakitan. Aku nggak mau..."

Langit mendengus kasar.
"Kalo gitu kamu jangan pernah bilang kayak gitu lagi, aku yakin sebentar lagi ada pendonor yang cocok untuk kamu."

Bulan mengeluh lalu mengangguk pasrah.
"Aku punya satu pertanyaan lagi."

"Apa?."

"Matahari apa Aku?."

Degg...

Pertanyaan itu membuat langit bingung.

"Aku tau pasti Kamu pilih Ma-"

"Aku nggak akan jawab!. " potong Langit yang memilih memperhatikan lampion lampion yang ada diatas sana.

Bulan menghembuskan nafas panjang nya.
"Aku tau kamu pasti menyukai Matahari bukan aku!." batinnya.

~©MatahariLangit.~

Matahari menjatuhkan handphonenya setelah mendapatkan telpon dari nomor ayahnya. Tiba tiba air matanya menetes begitu saja. Matahari sudah tidak mampu menahan kesedihannya lagi.

Matahari Langit Where stories live. Discover now