®MatahariLangit32

646 37 0
                                    

Senin...
Waktu terus berputar. Siang sore malam semua aktivitas kembali setelah beristirahat dimalam yang panjang.

Matahari kembali pada Aktivitas Pagi harinya yaitu berangkat sekolah pagi pagi agar tidak merusak gelar nya sebagai 'Ketua Osis'. Hari ini Matahari tidak dapat berangkat bersama Arsen maupun Langit karena mereka sedang sibuk pada urusannya masing masing,Mungkin masih 'Ngebo'.

Matahari berjalan dengan cepat setelah Kakaknya sudah menghidupkan Mobilnya untuk pergi pulang. Niat pulangnya terurung pasalnya Matahari memaksa agar mengantarkan dia dahulu. Mau tidak mau Grizalle pun menurut.

"Langit kemana?."tanya Grizalle.

"Dia mungkin baru pulang nanti sore. Soalnya masih dirumah oma nya.."

"Apa oma nya sakit?."

"Ya gitulah."

"Kamu nggak ada niatan untuk jenguk?."

"Mau. Tapi langit nya nggak pernah ngajak."

"Kamu sendiri aja, mungkin langit banyak urusan."

"Hemm... Urusan apaan coba?."

"Positif thinking aja lah..."

Matahari terdiam seketika bayangan Wajah Bulan muncul sekilas. Seketika Matahari menggeleng untuk membuang bayangan tersebut.

"Apa langit sibuk pedekatean sama Bulan ya?." batin Matahari.

~©MatahariLangit.~

Sial. Satu kata itulah yang menggambarkan keadaan Langit saat ini. Sudah terlambat bangun dihari senin, dia juga lupa membawa Atribut upacara. Terpaksa Langit bergegas kekoprasi untuk membeli topi dan Dasi, secepat mungkin dia berlari melewati koridor yang sudah terlihat sepi.

Langkahnya semakin cepat ketika langit sudah mendengar suara Matahari dari lapangam sana. Yang sedang merapikan barisan. Hanya tinggal dua langkah lagi langit smapai dipintu koprasi tiba tiba seseorang baru saja keluar dan disitulah Langit bertabrakan dengannya.
Ya memang dia sedang sial,jadi mau bagaimana lagi.

Perlahan Langit mencoba bangkit meskipun bokongnya terasa nyeri. Ternyata dia bertabrakan dengan si pria Dingin yang selama ini selalu dekat dengan Matahari,siapa lagi kalo bukan Arsenio.

"Lo punya mata nggak sih?!."kata Arsen ketus ples dingin.

Mendengar kata itu dari pria yang begitu menyebalkan, membuat Langit semakin emosi.

"Heh! Lagian salah lo sendiri ngapain pakek ada didepan gue!." dengus Langit tak kalah ketus.

"Bego!."cibir Arsen kemudian kembali berjalan dengan santai menuju lapangan upacara. Jelas saja Langit kesal bukan main dan bergegas menyentuh bahu Arsen yang membuat Arsen berhenti berjalan.
Kemudian kembali menatap Langit datar.

"Lo nggak usah sokk cool jadi cowok! Inget ya, lo tu nggak seganteng gue, nggak seberuntung gue!." kata Langit menyombongkan dirinya.

Arsen mengernyit lalu berfikir sejenak.
"Gue nggak butuh kesombongan lo." celetuknya tetap Dingin.

Langit tersulut emosi kemudian merangkulkan Lengannya pada Arsen.
"Kalo ini bukan sekolahan gue udah buat lo babak belur sen!." bisiknya kesal.

Arsen sedikit melirik Langit dengan tajam. Kemudian balik merangkulnya.
"Punya tenaga berapa lo!." ledeknya.

Langit mendengus kasar kemudian memulai aksinya. Mereka berkelahi namun dengan segala gerakan yang begitu aneh.
Hingga seorang siswi menghampiri kedua pria yang menurut nya sangat bobrok.

Matahari Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang