®MatahariLangit30

594 34 5
                                    

Arsenio menghempaskan tubuhnya ke ranjang empuknya, Hari ini sungguh sangat melelahkan. Namun ada menyenangkan nya juga Pikir Arsenio.

Seketika Arsenio tersenyum tipis karena mengingat Moment dimana Dia bisa berdekatan dengan Adena. Nyaman! Itu yang dirasakan Arsen ketika ada didekat Adena.

Jujur Arsenio merasa Nyaman jika sudah berada di empat orang terdekatnya. Yang pertama Bi ijah ART yang sudah ada sejak Arsen lahir, kedua Sahabat nya lebih tepatnya Saudara tirinya Yaitu Agler,

Lalu yang ketiga tentunya Matahari teman satu kelompoknya saat MOS Tahun Lalu,Juga yang terakhir Adalah Wanita yang akhir akhir ini selalu memenuhi pikirannya, siapa lagi kalo bukan Adena.

Tokk...Tokk....

Arsen mengalihkan pandangannya kearah pintu.

"Den! Dipanggil ibu! Disuruh kebawah sebentar!." kata Bi ijab diluar kamar.

Arsenio membenarkan posisi tidurnya menjadi duduk.
"Iya bi, nanti Arsen turun kebawah!." jawabnya.

Arsenio pun segera mengganti pakaian nya dahulu sebelum menemui Ibunya. Sebenarnya dia malas untuk Turun, apalagi menemui ibunya. Mau menolak pun pastinya akan Dipaksa!

"Ayah dimana sekarang?" gumam Arsenio sambil menatap Bingkai poto yang terpajang dimeja belajarnya.

'Huftt!'

Arsen melangkahkan kakinya menuju pintu kemudian keluar dari kamar dengan Kaos hitam polos dan dipadukan oleh celana cream pendek nya.

Dia turun sambil memfokuskan Pandangannya pada handphone. Sudah jadi kebiasaannya jika harus melewati atau bertemu pasti dia akan fokus pada handphone.

"Sen! Nanti malam kita di undang makan malam di rumah Matahari. Kamu usahain dateng ya." ujar Alma selembut mungkin.

Arsenio mendongkakkan kepalanya sebentar menatap Sang ibunda.
"Iya." jawabnya Dingin.

Alma menghembuskan nafas nya kemudian tersenyum sekilas.
"Kamu udah makan?."

"Belum." jawab Arsen tetap Dingin.

"Mama ambilin makan ya."

"Nggak usah ma!."

"Loh kenapa? Nanti kamu sakit perut sen." kata Alma khawatir.

"Arsen nggak laper! "

Alma menghembuskan nafas panjang nya. Alma tahu Arsenio masih belum bisa memaafkan nya. Hati kecilnya selalu rapuh jika sudah melihat Arsenio tidak seceria seperti dulu lagi.

"Maafin mama sen, mama sayang sama Arsen." Batin Alma.

Arsenio menghembuskan nafas nya kasar.
"Udah kan ma! Arsen mau balik ke kamar!."

Alma terlihat menundukkan kepalanya seraya menyeka Air matanya yang ingin jatuh.

Detik itupun Arsenio merasakan hatinya tergores melihat sosok ibunya yang bersedih.

"O-ohh,Iya." jawab Alma terdengar seperti lirihan.

Arsenio awalnya enggan untuk pergi, jujur dia sangat ingin memeluk ibunya Namun apalah daya Gengsi nya terlalu besar. Arsen pun memilih untuk pergi dan meninggalkan ibunya sendiri.

"Maaf ma..." gumam Arsen pelan setelah mengeleos dari hadapan ibunya.

~©MatahariLangit.~

Langit biru kini perlahan meredup,memperlihatkan cahaya merah nya, pertanda bahwa Matahari akan segera meninggalkan nya untuk sementara waktu.
Dan akan digantikan oleh Bintang juga Bulan.

Matahari Langit Where stories live. Discover now