®MatahariLangit46 [First]

462 35 4
                                    

Poww!

Arsen memasuki ruang osis dengan wajah kesalnya. Membuat Matahari mengalihkan pandangannya pada Arsen.

"Lo kenapa?." tanya Matahari bingung.

Arsen mendengus kasar.
"Bisa nggak sih gue pindah ke kelas lo!."

"Lah, kenapa?."

Arsen menatap Matahari tajam yang malah membuat Matahari berusaha menalan ludahnya.

"Nggak papa." jawabnya dingin.

"Lo kenapa sih?!." pandangannya berfokus pada Arsen penuh. Dan megabaikan tugasnya.

Arsen menggelengkan kepalanya namun raut wajahnya tidak berubah. Dia tetap terlihat kesal.

Matahari memutar bola matanya lalu menghembuskan nafas kasarnya.
"Lo kalo mau cerita cerita aja! Gue mau kok jadi pendengar c-"

"Lo berisik banget sih!." celetuknya Ngena banget smapai ke hati Matahari.

Matahari mengedipkan kedua matanya. Detik kemudian matahari melengkungkan Bibirnya (

"Kenapa marahnya Arsen nakutin." batin Matahari.

Arsen tersadar bahwa ia baru saja menyentak Matahari. Arsen melirik Matahari yang tengah memalingkan wajahnya sembari terus mengedipkan matanya dan terlihat telinganya memerah.

Arsen menjulurkan tangannya lalu menyentuh pipi Matahari dan membawanya kembali kehadapan Arsen. Ternyata Matahari sedang membendung air matanya. Entah kenapa Sentakan Arsen tadi malah membuat Matahari Ingin menangis.

Arsen terkekeh lalu mencoba menghibur Matahari.
"Apa sih kayak anak kecil lo..." ledeknya dengan kekehan kecil.

Matahari tetap terdiam dan terus cemberut.
Arsen berhenti terkekeh kemudian berdehem sejenak lalu menangkup kedua pipi Matahari. Matamya menatap dalam dalam bola mata Matahari.

"Maaf, gue nggak bermaksud buat marahin lo!." ujar Arsen lembut dan tidak dingin seperti biasanya.

Tatapan matahari menyendu.
"Lo jahat!." lirihnya langsung membuat wajahnya memerah.

"Astaga! Lo malah makin cengeng sih!." Arsen terus menangkup pipi Matahari.

"Abisnya lo lampiasin emosi lo ke gue!..."

Arsen terkekeh kemudian mengacak pucuk rambut Matahari gemas.
"Maaf!."

Matahari terdiam cukup lama setelah Arsen melepas Tangannya dari pucuk rambut Matahari.

"Gue bantuin lo deh!." kata Arsen yang berlaih mengambil berkas berkasnya.

Matahari memejamkan matanya lalu menggelengkan kepalanya beberapa kali.
"Lo kenapa sih ri!." batin Matahari.

Arsen sibuk merapikan berkas berkasnya dan sementara Matahari, dia diam diam terus memperhatikan wajah Arsen yang terlihat seperti Malaikat itu.

~©MatahariLangit.~

"Gimana keadaan bulan dok?." tanya Mirna setelah melihat dokter keluar dari ruangan Bulan.

"Kondisinya sudah mulai membaik,bu" jawab sang dokter.

Mirna bersyukur kemudian tersenyum.
"Apa bulan bisa disembuhin dok?."

Dokter yang biasanya disebut Dokter Rangga itu menghela nafas nya berat.
"Jika kami sudah menemukan ginjal yang cocok untuk di cangkok maka kami akan usahakan itu, bu."

Matahari Langit Where stories live. Discover now