Paul Dan Laila

1.4K 36 3
                                    


"Paul ...." Mak Nur menggebrak pintu berwarna coklat itu. Rumah panggung ber-cat hijau sedikit bergetar kala tangan tuanya menggedor pintu kamar anak semata wayangnya. Sambil membenarkan letak kain yang menutupi kepalanya, wanita berusia menjelang enam puluh tahun itu kembali berteriak, "gimana rejeki mau dekat, jam segini masih tidur!"

"Kenapa, Mak? Pagi-pagi udah marah?" Laila yang mengenakan gamis hijau namun masih mengenakan handuk di kepala menghampiri mertuanya yang masih berdiri di depan kamar. Napas wanita tua itu masih memburu, terlihat jelas dari dadanya yang turun naik, "biar saya aja yang bangunin Abang." Laila mengusap lembut bahu Mak Nur. Tanpa banyak bicara, wanita paruh baya itu mengalah dan berlalu dari depan kamar.

"Bang ... bukain pintu, ih." Laila mengetuk pintu kamar pelan. Perlahan pintu kamar terbuka, lelaki jangkung itu menarik lengan istrinya, pintu kamar kembali ditutup.

"Udah siang, loh. Abang nggak ker ...." Kalimat Laila terhenti kala Paul mendaratkan sebuah kecupan di bibir tipis istrinya.

"Cukup Mak aja yang berisik. Kalo kamu ikutan, Abang jamin, kamu mandi junub tiap hari," ucap Paul dengan suara parau di dekat telinga kiri Laila. Bulu kuduk wanita itu berdiri saat embusan napas suaminya begitu dekat dengan leher.

Lelaki berkacamata itu kembali merebahkan diri di atas kasur, membiarkan Laila berdiri mematung di pintu. Wanita itu membuka handuk yang berada di atas kepalanya, rambut panjangnya yang setengah basah terurai bebas.

"Kamu udah mandi?" tanya Paul, ia menatap istrinya yang sedang menyisir di depan meja rias.

"Abang pikir, rambutku basah kenapa?" tanya Laila tanpa menoleh. Ia bisa melihat jelas posisi suaminya yang masih tidur tengkurap dari balik cermin.

"Entah ...."

Lelaki bertubuh kurus itu meraih bantal guling yang berada di sudut kasur lalu memeluknya. Memutar tubuhnya menghadap tembok, membelakangi Laila.

"Abang bangun. Abang 'kan mau kerja." Laila mendekati Paul yang masih berbaring, tangan kirinya menepuk pelan lengan kiri suaminya, lelaki itu enggan membuka mata.

"Abang ba ...." Paul menarik lengan Laila, hingga wanita itu terbaring di sampingnya. Paul melempar bantal guling yang semula dipeluknya, dan menarik bahu Laila mendekat. Tangan dan kaki Paul berada di atas tubuh Laila, menguncinya dalam pelukan.

"Jangan berisik, atau Abang bikin kamu keramas lagi." Suara parau Paul terdengar jelas di telinga Laila. Wanita bertubuh berisi itu pasrah berada dalam pelukan sang suami, "biarin Abang tidur sepuluh menit lagi, oke!" Lelaki berkacamata itu tersenyum penuh kemenangan saat menyaksikan wajah Laila yang tak berdaya.

"Ya udah. Abang tidur lagi. Aku nggak ganggu. Tapi biarin aku keluar, mau bantu Mak masak." Laila berusaha melepaskan diri dari pelukan Paul, tapi lelaki itu sengaja mengencangkan pelukan. Lelah. Laila membiarkan dirinya tetap berada di posisi itu, sampai terdengar suara dengkuran. Pelukan Paul mengendur dan Laila bisa membebaskan diri dari terkaman suaminya.

"Mana, Paul?" tanya Mak saat melihat Laila mendekatinya di dapur.

"Masih tidur, Mak," ucap Laila.

"Bener-bener itu anak. Udah punya istri masih aja kaya begini." Mak Nur bangkit dari duduknya, hendak menghampiri Paul yang masih tidur. Cepat, Laila meraih lengan Mak Nur dan menggelengkan kepala.

"Biarin, Mak. Nanti juga Abang bangun sendiri."

Mak Nur kembali duduk, dan tangannya sibuk menghaluskan bumbu yang akan dibuat sambal.

**

Laila Nazilatul Anwar, seorang gadis cantik yang berdarah Jawa, memikat hati seorang Paul, lelaki berdarah dingin yang berasal dari tanah Sumatra. Awal perkenalan mereka cukup singkat, bertemu pandang di sebuah bengkel kala motor matic yang ditumpangi Laila mengalami bocor ban, dan ditambal pada sebuah bengkel yang kala itu Paul sedang nongkrong di sana. Pesona gadis berhijab itu membuat lelaki berkacamata itu jatuh cinta pada pandangan pertama, hingga pada akhirnya Paul memberanikan diri meminta nomor ponsel milik Laila, tapi ditolaknya mentah-mentah.

Tak habis disitu, Paul mencari informasi tentang diri pribadi Laila, gadis yang memiliki wajah bundar yang telah mencuri hatinya. Laila adalah putri sulung dari seorang ustadz, gadis itu mengajar pada sekolah ibtidaiyah Islamiyyah. Pesona ketampanan Paul membuatnya dengan mudah mendapatkan nomor ponsel Laila dari salah satu rekan pengajar di sekolah tempat Laila memberi ilmu.

Menjalani masa ta'aruf selama empat bulan, Paul yang bekerja pada sebuah toko di pasar, memberanikan diri untuk meminang Laila. Usaha dan tekad yang kuat akhirnya berhasil meyakinkan keluarga besar Laila, juga Mak. Dengan resepsi sederhana di tanah kelahiran Laila di tanah Jawa, dengan satu kali tarikan napas, Paul mengucapkan ijab qobul dan gadis itu menjadi istri sahnya.

Mantu Untuk Mak(SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now