Malam Pertama

795 13 0
                                    


"Bang, malam ini Laila temani Mak tidur, ya!" Laila berbisik di telinga Paul. Lelaki berkacamata itu melirik Laila dengan tatapan entah.

"Ya Allah, Laila. Masa malam ini bikin abang bobo sendiri!" serunya dengan nada manja.

Tamu undangan sudah mulai sedikit yang datang, ditambah malam juga semakin larut. Bibi pun menyarankan agar Laila dan Paul turun dari pelaminan. Paul menggandeng Laila yang kesusahan menuruni panggung pelaminan, langkahnya sedikit susah karena gaun pengantin yang besar, ditambah siger di kepala yang lumayan berat.

"Bibi bantu kamu ganti baju ya, Dek!" seru bibi saat keduanya sudah berada di dalam kamar. Laila yang sedang duduk di pinggir ranjang mengangguk, tapi dengan cepat Paul menghadang bibi di bibir pintu.

"Makasih, Bi. Biar saya yang bantu Laila ganti baju," ucap Paul tegas. Dengan senyum malu, bibi meninggalkan pintu kamar pengantin baru.

"Ish, Abang apaan sih. Kan biar cepet beres kalo ada bibi yang bantuin. Malah disuruh pergi." Laila bangkit dari duduknya, menghampiri Paul yang sedang menutup pintu.

"Biar abang yang bantu Laila ganti baju. Abang ikhlas lahir bathin, Sayang," ucap Paul dengan nada bicara menggoda. Itu membuat Laila salah tingkah, dengan cepat ia membalikkan badannya menghindari Paul yang semakin mendekat.

"Abang jangan mendekat!"

"Kok gitu. Siapa pula yang akan marahin abang deketin Laila." Paul semakin asyik menggoda Laila, langkahnya pasti mendekat hendak meraih tubuh istrinya, tapi perlahan pula Laila berjalan mundur mengindari Paul.

Laila menoleh ke belakang, tak ada lagi jalan keluar saat tubuhnya terantuk sisi ranjang. Aroma mawar merah memenuhi ruangan. Kelopak bunga bertebaran di atas kasur yang berselimut seprei putih.

Laila terduduk di sisi ranjang, kepalanya menunduk. Ia sama sekali tak peduli apa yang akan dilakukan Paul selanjutnya. Kedua tangannya meremas gaun pengantin. Bahagia, juga rasa takut, ini kali pertama bagi Laila berada sedekat ini dengan seorang lelaki.

"Laila, ini abang. Kenapa pake kabur segala, sih?" Paul berjongkok di hadapan Laila. Ada rasa khawatir yang tergambar dari raut wajahnya. Paul menyentuh tangan Laila yang sedikit gemetar, membawanya menyentuh ke dada.

"Laila bisa rasain ... Abang juga merasakan hal yang sama." Debar di dada Paul terasa kencang, seperti habis lari maraton keliling lapangan sepak bola.

"Maaf," ucap Laila lirih. Gadis itu menatap wajah Paul. Ia bahagia, sangat bahagia.

"Abang paham, Sayang. Kita pelan-pelan jalaninnya. Abang janji akan berusaha jadi imam yang baik buatmu."

"Terima kasih, Bang." Laila mensejajarkan tubuhnya, duduk bersimpuh di lantai.

"Abang cinta Laila karena Allah." Tangan kiri Paul meraih kepala Laila, perlahan ia mengecup lembut kening istrinya, "tegur abang jika ada khilaf. Abang janji akan jadikan kamu bidadari surga." Air mata mengalir deras di pipi Laila, dengan penuh cinta Paul mengusap pipi Laila yang basah.

"Abang sayang Laila!" Laila tak bergeming, tubuhnya terasa kaku saat tubuhnya berada sangat dekat dengan Paul. Ingin rasanya ia menjatuhkan diri ke dalam pelukannya, tapi rasa malu membuatnya tampak seperti patung.

Debar jantung keduanya semakin kencang, tatapan keduanya semakin dalam, air mata bahagia terus saja membasahi wajah Laila, dengan sabar Paul mengusap air mata itu dengan punggung tangannya.

"Laila ...." Suara Paul terdengar parau. Perlahan ia mendekatkan wajahnya, hendak mencium bibir Laila. Gadis itu memejamkan matanya, tak bisa berbuat apa-apa selain pasrah.

Mantu Untuk Mak(SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang