Kepindahan Adhitya

145 11 0
                                    

18

Dipta

"I'm here whenever you need me,"

Hatinya mulai luluh.

"Bang Bayu nggak bisa terima lo lagi, tapi gue masih bisa,"

Evelyn mau memberikan gue kesempatan baru dan mungkin kepercayaan yang baru juga—lebih dari teman. Evelyn nggak bilang tapi gue sadar kalau abangnya membenci gue sekarang, mungkin karena tau apa alasan adiknya masuk UGD kemarin itu gue.

            Baru aja gue sampai di perumahan ini—menghantar Evelyn pulang, gue melihat sahabat-sahabat gue udah berjejer rapi di depan rumah gue yang cuman beberapa maju beberapa langkah dari rumah Evelyn. Kenapa mereka bisa di sini padahal gue belum bilang apa pun tentang bokap yang tiba-tiba pulang?

"Lo pada kok di sini baru aja mau gue susul ke Ale lagi?" tanya gue setelah pulangin Evelyn dengan selamat. Walau pun tadi dia menemani gue mengulur waktu untuk nggak pulang, selagi ada bokap di rumah gue nggak akan pulang dulu. Makannya niatan awal gue setelah memulangkan Evelyn itu balik ke Ale Cafe atau menginap di rumah Rama seperti biasa.

"Cewek lo yang kasi tau om Rudy di rumah tuh," jawab Yoga.

"Iya, dia chat Rama terus kita langsung lah ambil seragam buat nginep di sini." Timpa Iko.

Evelyn?

Dia yang memberi tau sahabat gue supaya datang karena dia tau gue butuh itu? Evelyn masih peduli, lebih tepatnya dia nggak pernah berhenti peduli sama gue. Big thank's Lin.

Bokap nonton dengan nyokap sambil membawa dua porsi mie instan di tangan mereka. Kalau sahabat-sahabat gue nggak ada di sini, bokap pasti bela-belain jeda serial Netflix yang dia tonton sekarang cuman untuk berdebat sama gue. Kalau nggak ada sahabat-sahabat gue mungkin sekarang untuk naik ke atas aja makan waktu tiga puluh menit lamanya. Kadang gue mikir, sampai kapan begini terus? Sampai kapan harus bentrok terus sama bokap sendiri? dan sampai kapan gue terus bergantung sama sahabat-sahabat gue setiap bokap pulang?

Kapan gue bisa kasi jawaban yang jelas setiap ada yang bertanya 'kenapa sih lo benci baget sama bokap?' 'kenapa sih debat mulu sama bokap?'? Karena setiap ada yang bertanya hal itu jawaban gue cuman 'gak tau'. Iya, gue nggak tau kenapa selalu adu bacot setiap ada bokap di rumah bahkan nggak sekali kami adu otot.

"Gue liat-liat ada yang kepikiran karna di ajak makan sama mantannya barusan nih!" ledekan mahluk astral papan atas—Rama, membuyarkan pikiran gue.

"Apaan,"

"Cie di ajak makan bareng. Gue kaget si awalnya kok Ivy malah baikin lo, eh taunya karna bokap lo dateng."

Bisa di bilang hari ini pertaa kalinya gue bersyukur bokap pulang di luar prediksi. Kalau aja gue nggak liat mobilnya di luar, mungkin Evelyn nggak akan mengajak gue makan bareng tadi. Mungkin gue nggak akan tau kalau cewek gue itu masih peduli sama gue.

"Muka lo kenapa bingung gitu sih? Nggak seneng udah baikan?" cerocos Yoga, peka juga ini orang. Gue menghela nafas panjang dan empat sahabat gue mulai memperbaiki posisi duduknya. Mereka tau kalau gue begini berarti gue perlu di dengarkan dengan serius.

"Gue bingung sama perasaan gue ke Evelyn itu gimana, jujur." Lirih gue.

Orang yang pertama gue tatap itu Rama karena dia yang paling dekat dengan Evelyn, gue nggak mau kalau kalimat gue punya kemungkinan buat Evelyn patah hati lagi.

"Maksudnya?"

"Ya gue bingung. Gue nggak tau gue ini cinta sama dia atau gue begini karena mau hilangin rasa bersalah aja. Secara lo semua tau gue sejahat apa sama Evelyn,"

PathwayWhere stories live. Discover now