Dipta dan Hidupnya

351 13 0
                                    

41

Lima belas tahun berlalu. 

Lima belas tahun telah berjalan setelah kematian Evelyn karena infeksi jantung yang memberikan luka terdalam di hati banyak orang. Orang tuanya, kakaknya, Chintya, Rama, teman-teman yang lainnya dan juga....Dipta, pacarnya.

Lima belas tahun berlalu tentunya sudah banyak yang berubah sejak kepergian Evelyn. Bayu yang linglung tidak punya semangat hidup di tahun pertama kepergian Evelyn. Namun pada akhirnya ia bisa mempunyai bisnis sendiri bahkan menikah dengan wanita yang ia cintai. Hidup bahagia dengan keluarga kecilnya.

Orang tua Evelyn yang perusahaannya sempat down selama tiga tahun usai kepergian anak gadis satu-satunya. Namun, di tahun keempat mereka kembali bangkit bahkan berkali-kali lipat lebih sukses.

Chintya dan Rama pun begitu, sempat tak memiliki selera apa pun dalam menjalani hidup. Tapi lihatlah mereka sekarang, bahkan mereka sudah menikah dengan pasangannya masing-masing.

Hidup mereka bisa tetap berjalan ke depan. Sayangnya, itu tidak berlaku untuk Dipta. Berbagai cara telah di lakukan oleh Rudy dan Veona untuk membuat hidup anak tunggalnya berjalan kembali, seperti mencarikannya pasangan hidup, mengajaknya liburan bahkan menikahi anaknya dengan anak rekan kerjanya—semua itu tidak berguna sedikit pun. Dipta yang sekarang tetaplah Dipta lima belas tahun yang lalu. Dipta yang mencintai Evelyn, Dipta yang menyesal karena sempat menyakiti hati Evelyn dan Dipta yang sulit menerima kenyataan. Dipta yang sekarang adalah Dipta yang kembali memberanikan diri untuk datang ke pemakaman gadis kesayangannya setelah enam tahun mencoba menjalani hidup tanpa mengingat Evelyn.

"Lin, apa kabar di sana?" dan ini pertanyaan yang pertama ia lontarkan sekali pun tidak mendapat jawabannya. "Omonganku memang nggak pernah salah ya," ujarnya usai meletakkan bunga garbera di sebelah batu nisan yang bertuliskan nama Evelyn Cornelia Carla.

"Flowers really suit with you,"

Kalimat yang sama, arti yang sama, untuk orang yang sama di keadaan yang berbeda. Evelyn-nya yang ada di hadapannya sekarang berbeda dengan Evelyn yang ada di hadapannya lima belas tahun yang lalu.

"Lima belas tahun udah jalan, Lin. Aku belum denger jawaban atas pertanyaanku di rooftop sebelum kamu pergi ninggalin aku," ujar Dipta dengan nada sendunya. Dari awal kepergian Evelyn, Dipta selalu mempertanyakan jawaban dari pertanyaannya lima belas tahun lalu. Tapi kali ini....setelah lima belas tahun Dipta mulai mengerti jawaban apa yang Evelyn berikan padanya.

Dipta menangis. Iya, dia menangis lagi. Janji yang telah dia buat pada dirinya sendiri untuk tidak menangisi Evelyn hanya berjalan empat belas tahun saja. Di tahun yang ke lima belas ini, Dipta meluapkan seluruh rasa rindunya. Ia menangis atas jawaban yang telah Evelyn berikan terhadap pertanyaannya di rooftop dulu.

Aku milik kamu selamanya. Tapi kamu bukan milik aku untuk waktu selama itu.  

Itu jawaban dari Evelyn yang baru Dipta sadari selama lima belas tahun berlalu ini.

"Aku pernah menikah, Lin. Aku terpaksa lakuin itu dengan harapan aku bisa jalani hidup tanpa terbayang-bayang sama kamu. Dengan harapan aku bisa balik bahagia lagi dan nggak buat Mama dan Papa khawatir," lirih Dipta mulai bercerita.

 "Tapi aku salah, Lin. Pada akhirnya aku nggak bisa mulai hubungan baru di saat aku masih sibuk cari kamu di orang lain."

Dipta masih terisak dalam tangisannya. "Maaf selama enam tahun belakangan ini aku nggak pernah jenguk kamu. Aku merasa aku bisa hidup sama keluarga kecil hasil perjodohan mama dan papa. Aku nggak mau kecewain istri aku, mama dan juga papa kalau mereka tau aku belum bisa lupain kamu." Dipta berusaha mengatur nafas, "Tapi pada akhirnya aku ke sini lagi karena sampai kapan pun aku nggak bisa lupain kamu, Lin."

Dipta mengusap batu nisan milik gadisnya lalu menciumnya lama. Ia tetap membungkuk sambil menangis di atas batu nisan milik Evelyn.

"Tanpa kamu di sini semuanya terasa percuma..."

Tangisan Dipta terhenti. Ia menarik nafas dalam-dalam sebelum mulai mengatakan kalimat selanjutnya. Kalimat yang kalau istrinya, anaknya, orang tuanya dan juga sahabat-sahabatnya Dipta dengar, mereka tidak akan tinggal diam.

"Aku susul kamu ya, sayang. Sampai ketemu di sana..."


oOo

THE END!


PathwayWhere stories live. Discover now