Worth to trust?

125 12 0
                                    

21

Dipta

            Ini cuman perasaan gue aja atau memang suasana di mobil mendadak canggung? Ini cuman perasaan gue aja atau memang Evelyn mendadak diam waktu dia mau mengubah lagu di radio karena bosan? Gue ada salah apa ya barusan? Nggak lucu kalau Evely ternyata menjauh dari gue lagi di saat sebulan belakangan ini kami mulai dekat lagi.

"Udah sampai, Lin." Tutur gue santai, berusaha mencairkan suasana. Evelyn yang tadinya bengong mendadak gelagapan menjawab omongan gue yang mungkin terlalu tiba-tiba untuknya.

"Oke. Makasi ya," jawabnya cepat—dengan nada yang nggak seperti biasanya. Dia juga keliatan banget melepas seat belt cepet-cepet dan keluar dari mobil ini secepat mungkin. Sebelum Evelyn keluar mobil kalau udah sampai tujuan biasanya kami berdua ber-tos ala kami, tapi sekarang kayaknya dia lupa untuk lakuin itu padahal gue udah memajang tangan menunggu sambutan tangannya juga.

"Dip, Bang Bayu tiba-tiba chat terus katanya dia yang mau jemput. Jadi lo bisa nongkrong aja, nggak perlu jemput gue," ucapnya sebelum melambaikan tangan perpisahan kepada gue.

Dia bahkan pergi tanpa menunggu gue menjawab dulu, nggak kayak biasanya. Kalau cewek tiba-tiba kayak gini berarti ada yang salah kan? Evelyn kecapekan? Atau dia mendadak badmood karena jadwalnya besok yang mulai padat? Atau karena Evelyn yang sibuk mikirin gimana cara dia bagi waktu mulai besok sampai minggu depan dalam organisasi dan sekolahnya? Ponsel gue yang berdering tiba-tiba buat lamunan gue buyar. Rama setan—nama penelepon.

"Dimana lo? Gue sama yang lain udah di Moa Cafe, sini buruan elah!"

"Sabar, baru aja selesai anterin Evelyn," jawab gue santai.

"Idihh pantes aja ngajak nongkrong jauh-jauh ke sini, taunyaa ya lo bu—,"

Gue mematikan sambungan telepon ini sebelum Rama menyelesaikan ledekannya. Gue tau dia mau bilang gue budak cinta makannya nggak mau buang-buang waktu dan kuota cuman buat dengerin hal yang selalu gue denger dari si kampret itu.

            Begitu sambungan telepon itu mati, Spotify gue langsung terbuka. Mungkin Evelyn nggak sempet kembali dari aplikasinya. Baru aja gue berniat untuk menutup aplikasi itu dan menyetir mobil menuju sahabat-sahabat gue, kembali gue teringat sesuatu. Di aplikasi itu terbuka jelas playlist yang gue buat untuk Chintya—dulu. Dan itu artinya Evelyn lihat. Nggak menutup kemungkinan kalau cewek gue itu cemburu setelah melihat apa yang dia lihat di Spotify gue. Pantes aja dia tiba-tiba diem. Bodohnya gue adalah memutar lagu yang ada di playlist itu saat bersama Evelyn. Bukan karena gue masih mencintai Chintya, tapi karena gue nggak sempat menghapus playlist itu dan membuat yang baru. Bodohnya gue adalah apa-apa mau cepet sampai lupa kalau ini bisa aja buat Evelyn mikir yang aneh-aneh dan semakin susah untuk percaya sama gue sepenuhnya.

Evelyn Cornelia
Rapatnya udah mulai.
Gw kabarin lg pas udah sampe rumah aja ya. Thank's udah anterin.

Mungkin pesan itu terlihat biasa aja, tapi pesan itu jelas banget bukan kayak Evelyn setiap harinya saat mengabari gue. Cuman gue yang tau letak bedanya dimana.

Evelyn

Pernah nggak sih lo menuntut otak banget untuk fokus sampai-sampai itu buat kepala lo sakit sendiri? Kalau pernah, itu yang gue alami sekarang. Sulit banget untuk menaruh fokus gue pada Kak Bimo—purna Putra Sekolah tahun lalu (yang membimbing dan membantu supaya proker tahun ini berjalan lancar). Dia lagi sibuk mengoceh diiringi slide materi yang terpancar di layar putih dari mesin proyektor. Penyampaian materi yang sukses buat semua anggota di sini nggak ada yang main-main buat gue sampai sakit kepala karna memaksa diri untuk memahami sama apa yang dia sampaikan.

PathwayOnde histórias criam vida. Descubra agora