9 | Harapan yang hilang

536K 30.7K 2.8K
                                    

Satu hal yang perlu di ingat, apa yang sudah direlakan tidak akan kembali utuh seperti semula.

***

Satu minggu Anara tidak membolehkan Bunda atau pun Bi Suti masuk ke dalam kamarnya. Bila ingin tidur tengah malam gadis itu selalu pindah ke kamar Bundanya, karena dia tidak bisa tidur sendiri.

Berhubung Anara masuk sekolah, seminggu gadis itu beralasan sakit. Tapi Arsi tau anaknya itu sedang berbohong, bila sakit Anara akan manja semanja-manjanya seperti anak mami, tapi ini tidak ia malam sibuk menyendiri.

Bi Suti ditugaskan untuk membersihkan kamar Anara yang berantakan, tidak biasanya gadis itu membiarkan kamarnya berantakan.

Bi Suti telah selesai mengganti seprai yang tadinya berwarna putih polkadot, menjadi coklat mocca. Baju yang menumpuk di sofa sudah dimasukan ke dalam keranjang.

Wanita paruh baya itu kini melangkah menuju kamar mandi berniat untuk membawa baju kotor dan menyikat lantainya supaya tidak licin. Mata menyipit melihat benda kecil panjang, Bi Suti mengambilnya betapa terkejutnya dia melihat sebuah test pack yang bergaris dua lurus, menadakan bahwa alat tes itu positif.

"Astagfirullah," Bu Suti menutup mulutnya, tidak mungkin gadis yang sudah ia kenal sejak bayi itu melakukan hal seperti ini.

Tanpa menunggu lama lagi wanita paruh baya itu segera berlari menyusul majikannya yang akan segera berangkat ke kantor.

"Bu! Ibu!" Bi Suti berteriak memanggil, di dalam rumahnya sudah tidak ada wanita itu langsung berlari keluar, Arsi baru saja akan membuka pintu mobilnya, tapi terhenti akibat teriakan Bi Suti.

"Bu!"

Arsi menoleh. "Kenapa, Bi? Ada apa?"

"Ini gawat Bu, bicaranya di dalam saja."

"Gak bisa bisa, Bi. Saya sudah telat." ucap Arsi, lalu kembali membuka pintu mobilnya.

"Tentang Non Ana, Bu." Sontak Arsi kembali menutup pintu mobilnya, dan menatap Bi Suti penuh harap.

"Ya sudah, ayo, Bi." Arsi dan Bi Suti bergegas masuk ke dalam rumah, lalu duduk di sofa.

"Ada apa, Bi? Ana kenapa?" tanya Arsi panik.

Dengan ragu Bi Suti mengeluarkan benda kecil itu dari saku celemeknya, dia simpan di meja tanpa berkata.

Arsi belum mengerti apa yang Bi Suti maksud, dia mengambil benda itu lalu dalam hitungan detik mata Arsi mendelik nyaris copot.

"I-ini punya siapa, Bi?" tanya Arsi ketakutan, dia tidak ingin apa yang ada dipikirannya benar, dia ingin semua itu salah.

"Saya nemu di kamar mandinya Non Ana, Bu," ucap Bi Suti pasrah, dia tau perasaan majikannya ini pasti sangat sakit mengingat Arsi sangat menyayangi Anara, dan selalu menjaga Anara lebih dari apapun.

Tubuh Arsi melemas, hatinya bagai tercabik-cabik. Sangat sakit mendengar pernyataan ini. Anaknya yang selama ini dia jaga dia sayangi, tapi akhirnya memberikan mimpi buruk seperti ini.

Terjawab sudah atas prilakunya yang berbeda selama satu bulan ini, muntah saat mencium daging itu adalah efek dari kehamilannya. Berubah menjadi seseorang yang pendiam.

Arsi pergi ke kamarnya tanpa berkata apapun lagi pada Bi Suti, hatinya sakit sekali. Sebagai ibu dan sekaligus menjadi ayah, dia gagal mendidik anak.

***

Pandangan Anara tak lepas pada Galang, di kelas dia tidak berkonsentrasi. Padahal ini sedang ulangan harian matematika. Kertas yang berisikan soal itu biasanya sangat tertarik, tapi kali ini tidak, kertas itu terlalu membosankan.

Galang : Musuh Jadi Suami? [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now