40 | Tendangan dari Dia

500K 30.7K 5.3K
                                    

Akhirnya aku tau, tak perlu mewah untuk bahagia. Cukup ada kamu di sampingku, dan memberikan kenyamanan. Itu sudah bahagia bagiku.

***

Ini hari terakhir ujian akhir semester, cukup melegakan karena seminggu mereka harus berfikir keras. Terlebih Anara harus mengajari Galang yang tidak punya bekal materi sama sekali. Anara tidak mau nilai Galang remedial seperti semester-semester sebelumnya.

Perayaan kecil-kecilan mereka adakan di sebuah Kafe kenamaan yang sering anak muda kunjungi. Tapi kali ini bukan Galang yang membayar, Samuel mengajukannya agar meneraktir mereka semua.

Makanan sudah mengisi penuh meja, memang kadang Ringgo dan Aji suka tidak tau diri bila gratisan. Tak tanggung-tanggung mereka memesan banyak makanan, bilangnya kalo nggak abis urusan belakangan, yang penting dapet gratisan nggak boleh di sia-siakan.

"Cielah, dunia kayak milik berdua," cibir Zigo yang sudah hampir setiap hari melihat Anara dan Galang bucin, tidak hanya Galang yang bucin.

Semenjak hubungan mereka tidak lagi backstreet Galang semakin menjadi bucin pada Anara. Mulai berduaan saat di kantin, selalu menghampiri meja Anara dan melemparkan senyuman manis. Bahkan feed instgaramnya sekarang penuh dengan foto Anara, sebucin itu Galang pada Anara. Dan perlakuan Galang banyak mematahkan hati para penggemarnya.

Tak mendengarkan Zigo Galang terus melakukan kegiatannya dengan memandangi Anara.

"Lang, makan," suruh Anara, dia kadang risih bila Galang bersikap seperti ini di depan teman-temannya. Terlebih lagi Gaisa masih suka jutek padanya, tapi bila sedang bersama Galang.

Lelaki itu tak membantah, dia langsung memakan spageti yang ada di depannya. Sebegitu nurutnya Galang pada Anara.

"Kayaknya kalo Ara nyuruh Galang loncat ke jurang dia bakal turutin deh," ucap Ringgo.

"Buchin," Mulutnya masih penuh dengan makanan Aji berucap.

"Tapi lucu loh, kapan lagi liat Galang manis ke cewek," kata Caca sambil melirik Jay, "lagian Ara kan satu-satunya punya Galang, jadi ya dia kasih semuanya ke Ara." Caca menyindir Jay, Caca cape karena Jay terus membagi cintanya pada orang lain, bahkan sekarang gebetannya bertambah lagi.

"Caca pengen jadi satu-satunya, ya?" cetus Zigo, lalu dia menyikut Jay yang ada di samping kirinya, "kasian anak orang lo gituin, karma tau rasa lo."

"Kalo lo pacaran sama gue insyaallah jadi satu-satunya, tapi gue nggak suka cewek-cewek imut tepos kayak lo," lanjut Zigo yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Jay. Baru saja Caca senang Zigo membelanya tapi akhirnya dia
mengatainya, memang dasar cowok!

"Emang gue mau sama lo?" tanya Caca kesal, "lo kira tipe cowok gue kayak lo?"

"Iye tau Ca, Jay yang the best tau, tau. Tapi emang si Jay-nya aja yang berengsek."

"Tapi Cacan mau, lagian gue itu adil nggak membedakan Cacan. Cuma Cacan yang gue anter jemput ke sekolah, gue apelin kalo malam minggu." Jay melakukan pembelaan.

Itu karena sejak awal gue terjebak dalam permainan gue sendiri! Batin Caca, definisi pergi sulit bertahan sakit ada pada Caca.

"Gaisa diem aja, berak ya lo?" tegur Ringgo, sejak datang ke sini Gaisa tak berbaur mungkin dia kesal melihat Galang dan Anara. Anehnya bila sedang bertiga dengan Anara dan Caca Gaisa bersikap seperti biasa, tapi bila sudah menyinggung Galang dia berubah jutek lagi.

"Yang bakal cinlok sama Gloues siapa lagi, ya? Caca sama Jay, Ara sama Galang," Zigo menatap Galang terlebih dahulu tapi lelaki itu tampak tak menyimak, "Gaisa sama siapa?"

Galang : Musuh Jadi Suami? [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now